Sabtu, 24 November 2012

Kehilangan Kepercayaan

Kepercayaan adalah modal pertama kita dalam menjalani kehidupan, kepercayaan lahir dari kejujuran dan sikap terpuji dan bisa menghargai orang lain layaknya menghargai diri sendiri, kepercayaan terus tumbuh seiring berjalannya waktu, sebutir demi sebutir kepercayaan hingga tumbuhlah dia menjadi sesuatu yang kokoh, megah dan berwibawa.

Jika sebuah kepercayaan di nodai oleh sedikit warna negatif? Ibarat kain putih yang terpercik noda hitam, akan nampak jelas dan menjadi kotor, walau setitik, tetapi noda itu dapat terlihat jelas, yang tidak di harapkan, noda tersebut akan terus berkembang dan membesar, sehingga menutupi warna putih yang ada di kain tersebut. begitu juga dengan tingkat kepercayaan orang terhadap orang lain, begitu mudah menghancurkan kepercayaan, dengan hanya melakukan sedikit kesalahan maka pada saat itu juga kepercayaan seseorang akan hancur, turun setahap demi setahap.

Apa yang akan terjadi jika hal tersebut terjadi pada diri kita? krisis percaya diri, tekanan batin, seperti pukulan yang menusuk kedada, begitu sakit, begitu sulit, dari sini adalah bagaimana cara kita untuk bisa menyikapi dan menyelesaikan masalah tersebut, hal ini adalah ujian, tes yang harus kita lalui untuk kemudian bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya, jika kita tidak lolos dari ujian ini, kita akan hanyut dan terbawa oleh arus, keep Fighting dan jalani kehidupan dengan apa yang kamu anggap baik, percaya pada diri sendiri dan teruslah maju untuk menjadi yang terbaik.

Jumat, 23 November 2012

Trik Analisa HP onlineshop abal-abal


Alfons Tanujaya  16 November 2012 

Aksi online-shop abal-abal sebenarnya sudah mulai teridentifikasi oleh para pengguna internet dan mayoritas pengguna internet kelihatannya memang mengetahui adanya aksi penipuan ini sehingga toko abal-abal ini makin sulit mencari korban. Ibarat perusahaan bisnis yang selalu mengembangkan produknya sebenarnya pemilik toko fiktif ini juga merasa ruang geraknya terbatas dan mencoba untuk memperluas calon korbannya. Kalau di lihat dari perkembangan situs fiktif yang tadinya berfokus hanya pada smartphone murah dan mulai merambah ke elektronik murah, perkembangan terakhir toko fiktif ini mulai menjual produk lain seperti baju dan produk kesehatan, namun modus operandinya sama dimana ia akan berusaha membodohi korbannya untuk percaya dan mengirimkan uang ke rekening penipu dan setelah itu ia akan menghilang, dari aksi ini kelihatan bahwa salah satu TO (Target Operasi) yang di incar adalah kaum hawa. Namun kelihatannya perpindahan bisnis ini kurang berhasil karena satu dan lain hal dan terlihat bahwa penipu mulai kembali pada produk lama smartphone dan elektronik namun kini sasaran yang di incar adalah pemilik handphone dan cara mencapai sasaran tersebut kalau selama ini mengutamakan pembajakan akun Facebook beralih menjadi menggunakan SMS dengan cara mengirimkan SMS Spam ke semua calon korbannya. Tujuannya jelas mencari sasaran di luar kalangan yang melek IT. Harap anda semua berhati-hati dan kontribusi aktif menginformasikan modus SMS penipuan ini kepada rekan-rekan anda akan meningkatkan kesadaran akan ancaman ini dan menekan munculnya korban baru. 

Mulai menggunakan SMS 
SMS (Short Message Service) merupakan komunikasi teks yang sempat merajai pengiriman pesan antar pengguna ponsel sebelum populernya aplikasi teks lainnya seperti BBM (Blackberry Messenger), Whatsapp dan messenger lain. Karena cakupannya yang sangat luas dan jelas lebih luas daripada pengguna komputer karena pemilik HP jauh lebih banyak dari pengguna komputer bahkan beberapa bank menggunakan SMS sebagai sarana untuk mengamankan transaksi perbankan (sebagai faktor tambahan dalam T-FA, Two Factor Authentication) atau bahkan melakukan transaksi finansial langsung melalui SMS. Secara sekuriti sebenarnya T-FA menggunakan SMS lebih beresiko dibandingkan token karena maraknya malware di smartphone khususnya Android namun dengan ancaman malware sekalipun hal ini akan mempersulit kriminal mengeksploitasi pengamanan internet banking dan jelas jauh lebih aman daripada pengamanan tanpa T-FA. 
Pemilihan SMS ini jelas karena biayanya yang relatif lebih murah, cakupannya yang sangat luas melebihi pengguna komputer / internet dan satu faktor terakhir yang paling penting adalah SMS ini sifatnya pribadi dan berbeda dengan email, SMS akan langsung mencapai pemilik HP dan masih sangat sedikit saringan / filter atas SMS Spam. Hal ini sebenarnya secara tidak langsung terjadi karena adanya kepentingan operator yang mendapatkan keuntungan dari pengiriman SMS sehingga terkesan tutup mata atau bahkan secara tidak lagnsung mendukung pengiriman SMS Spam, baik iklan Kredit Tanpa Agunan (KTA), kartu kredit atau asuransi. Dan hal ini rupanya dimanfaatkan oleh penipu Batam Online ini yang mulai mengirimkan link situsnya ke nomor-nomor handphone dengan iming-iming harga handphone murah seperti gambar 1 di bawah ini  
Gbr 1, SMS tawaran akses situs online shopping palsu mituaraelektronik 
yang menawarkan Blackberry Porshce, Dakota dan Torch dengan harga yang sangat miring guna menjerat korbannya dan mengarahkan pada situswww.mutiaraelektronik.co.cc. Sebagai catatan, domain .co.cc adalah domain level ke dua dari .cc milik Cocos Island, namun perlu anda ketahui .co.cc ini tidak ada hubungannya dengan Cocos Island dan second level domain tersebut ternyata dimiliki oleh perusahaan Korea yang menjualnya dengan sangat murah (hampir gratis) dan merupakan domain yang paling banyak digunakan untuk aktivitas jahat seperti mengirimkan SPAM dan menyebarkan malware. Bahkan Google akhirnya memutuskan untuk memblok lebih dari 11 juta domain .co.cc karena aktivitas jahat dari domain-domain .co.cc ini. Karena itu, jika ada perusahaan yang berjualan menggunakan domain .co.cc hampir dapat dipastikan merupakan perusahaan abal-abal alias fiktif. Dibandingkan .com, biaya mendapatkan .co.cc sangat murah dan dibandingkan .co.id perbedaannya antara langit dan bumi karena selain harus membayar biaya yang sama dengan .com, domain .co.id melakukan verifikasi seperti meminta tanda pengenal dan izin usaha yang walaupun terkesan merepotkan calon pemilik domain namun hal ini menyulitkan kriminal untuk menyalahgunakan domain .co.id dalam aksi kejahatannya. Ambil contoh kasus pemalsuan domain klikbca.com yang diplesetkan kilkbca.com, hal ini sangat sulit terjadi jika dimain tersebut adalah klikbca.co.id karena pendaftaran domain tersebut harus menunjukkan dokumen yang sah. Namun inilah yang membuktikan bahwa pengamanan / sekuriti berbanding terbalik dengan kenyamanan dimana kalau mau lebih aman tentunya harus lebih repot (bagi pemilik domain), bagi konsumen tidak akan ada bedanya dan karena itu Vaksincom menyarankan para pengguna jasa jualan online untuk mendukung penggunaan domain .co.id karena selian mendukung penggunaan domian Indonesia juga terbukti jauh lebih aman dibandingkan .com .... apalagi .co.cc :p. 

Mengecek Kode Area HP 
Dalam artikel ini Vaksincom ingin membantu anda mempersempit ruang gerak penipu dengan mengidentifikasi lokasi alamat yang di klaim dan dibandingkan dengan lokasi kode area telepon selular yang diberikan. Seharusnya jika onlineshop memang valid dan bukan fiktif akan berani memberikan nomor telepon SLJJ Batam 0778 (bukan HP) dan hal ini dapat kita jadikan sebagai salah satu tolok ukur keabsahan onlineshop tersebut. (namun jangan jadikan ini sebagai satu-satunya parameter pengambilan keputusan). 

Sebagai gambaran pada situs www.mutiaraelektronik.com yang pada bagian kontaknya beralamat di Batam, Kepulauan Riau tidak mencantumkan nomor telepon lokal dan hanya mencantumkan nomor HP 
087803368777 (lihat gambar 2) 
Add captionGambar 2, Mutiaraelektronik.com yang sampai saat ini masih aktif hanya memasang nomor HP
Setelah dilakukan pengecekan, nomor HP tersebut ternyata tidak berdomisili di Batam dan merupakan nomor XL yang diperuntukkan bagi wilayah lain. 

Analisa pada gambar 1 di atas, saat ini situs www.mutiaraelektronik.co.cc sudah di nonaktifkan tetapi data pengirim SMS 085323052088 menurut pengecekan Vaksincom adalah Kartu As untuk lokasi Bandung, tetapi nomor HP yang dihubungi untuk transaksi adalah 085230602345 adalah Kartu As untuk lokasi Surabaya dan tidak ada satupun yang berlokasi di Batam. 
Sebagai contoh terakhir pada gambar 3 di bawah ini dimana informasi kontak pada situs mengklaim beralamat di Jln.Imam Bonjol Lantai Dasar Nagoya Hill Blok A No.27 Batam. Indonesia dengan nomor telepon yang dapat dihubungi 083891478787 dan setelah di cek oleh Vaksincom, nomor HP tersebut adalah nomor Axis yang berdomisili di Jakarta.
Gbr 3, Batam-shop.blogspot.com yang mengaku beralamat di Nagoya Hill menggunakan HP Axis yang berdomisili di Jakarta
Dalam seminar Evaluasi Malware 2012, Trend 2013 dan antisipasinya http://vaksin.com/2012/1112/seminar/seminar.html, Vaksincom akan memberikan informasi bagaimana cara mudah menganalisa telepon seluler yang diberikan sehingga anda bisa mengetahui lebih jauh informasi nomor HP yang diberikan oleh online shop abal-abal ini. 

Adapun daftar 12 onlineshop valid yang sudah di cek oleh Batam Watch dan daftar onlineshop abal-abal dapat dilihat di http://www.batamwatch.com/scam/ 

Sumber : Vaksin Yahoo Group

Jumat, 16 November 2012

SMP Frater, Sekolah Pangeran Makassar

SMP Frater Tahun 1962
Dikatakan sekolah pangeran Makassar, dulunya SMP Frater Makassar hanya menerima siswa dan diperuntukan khusus anak laki-laki.. Kepala sekolahnya yang pertama seorang Frater berkebangsaan Belanda bernama J. M. de Lange (Fr. Harold CMM). Uang Sumbangan Pembangunan (uang Pangkal) dan uang sekolah boleh dikatakan tidak ada, tidak ditentukan nilai rupiahnya berapa, milih sendiri bahkan kalau tidak bersedia memberi Sumbangan Pembangunan dan tidak bersedia membayar uang sekolah tidak perlu khawatir dan tak perlu takut jika tidak diterima dan terancam akan dikeluarkan dari sekolah karena tidak membayar uang sekolah bagi yang kurang mampu. Kesetiakawanan Sosial SMP Frater amat tinggi.

Fr. Harold bersama foto-2 alumni '50 - '54 di ruang kerja Kep Sek
Keunikan SMP Frater, test masuk bukan mata pelajaran yang diujikan jadi tidak perlu belajar semalam suntuk mempersiapkan diri untuk hadapi test masuk. Gampang deh test masuknya tak perlu belajar. Mau tahu test masuk SMP Frater yakni Psikotes, gampang toh ... hanya cocokin gambar-gambar dan hitungan cepat luar kepala misalnya 1 + 5 - 3 + 2 .... tuh gampang sekali kan.Pelajaran anak kelas satu SD ... hehehehehe ... banyak juga yang berjatuan hadapi test saringan masuk SMP Frater.alias banyak yang tidak lulus test.Jangan harap bisa letjen (lewat jendela) ... jangan berharap.

Ciri khas murid SMP Frater Makassar, rambut gondrong, dasi kupu-kupu, lengan panjang warna putih, celana pendek warna biru-tua, kaus kaki panjang sebatas lutut warna putih. Sepatu warna hitam. Jika guru beralangan mengajar, jangan harap bisa pulang, percetakan sudah menunggu lipat-lipat buku ....

Kenalannya juga unik ... kenalan anak laki-laki, meski demikian tidak seperti negeri Cowboy Texas sana. Palingan usil terhadap teman lain kelas. Pada saat pulang sekolah kelas mana yang agak telat keluar ... dorong ya sepedanya cari tukang sepeda untuk beli pentil ban sepeda karena ban sepedanya sudah dikempisin dan pentilnya diambilin oeh kelas yang agak cepat keluar. Penjual es putar dan jual nyuk nyang sering mengeluh kehilangan gelas dan mangkuk.
SMP Frater 2012
Kepala Sekolah
1. J. M. de Lange (Fr. Harold CMM)
2. Jonas Nifinluri
3. Fr. Kornelis Wulgole Banin HHK
4. Fr StanisLaus La Osu HHK, S.Pd
5. Fr. Paulino Mega, HHK, S.Pd
6. Fr. Hironimus Tangi, HHK, S.Pd, M.Pd

 
Pak. Jonas Nafinluri - Kepala Sekolah ke II
Guru senior yang masih aktif dapat kami sebutkan antara lain :
- Ibu Maria Tiwow,
- Ibu Nurani Ahmad,
- Bapak Badduring Tassap

Guru yang Pernah Ngajar SMP Frater:
- Bapak Herman Hampp, MA
- Bapak M.J. Melang
- Bapak J. Rambing
- Bapak Mailoor
- Bapak J. Gerungan
- Bapak Heiko Yap
- Bapak Katende
- Bapak Samosi
- Bapak Andilolo
- Bapak J. Itang
- Bapak P. Malisan
- Bapak Gerzon Albert Opit
- Bapak Lodewyk Pitoy
- Bapak Bachtiar Pasra
- Bapak Azon Adilang
- Ibu Sam Merung
- Bapak Yosep Lapu
- Bapak Julius Pampang
- Bapak Yan Tua
- Ibu Tamboto Kilisan
- Bapak Yusuf
- Bapak Anselmus Ramba
- Bapak jonas Nifinluri
- Bapak Candikusuma
- Ibu Dafrosa Runtu
- Bapak E.C. Runtu
- Bapak Yance Palar
- Bapak Nico Koning
- Bapak Pangemanan Tumanan
- Bapak Malisan
- Bapak Massale

Senin, 12 November 2012

Gedung MULO

Gedung Mulo 1927

Gedung MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dibangun pada 1927 oleh Pemerintah Kolonial, terletak di Hospitalweg (kini Jl. Jenderal Sudirman No.23), Kelurahan Mangkura, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar.

 Belanda. Gedung MULO yang berarsitek Belanda sekaligus warisan kolonial di Makassar, hingga kini masih tampak berdiri tegak di antara bangunan modern di kota ini. Bagi mereka pengagum produk dan bangunan gaya modern, tentu saja hanya memandang sebelah mata bahkan cenderung mengabaikan fungsi dan peranannya. Sebaliknya, bagi mereka yang berpikir historis-kultural akan selalu tergiring ke sebuah suasana keingintahuan tentang momen penting apa di balik bangunan ini tempo dulu.

Gedug Mulo dibangun dengan bergaya arsitektur klasik Eropa dipadu dengan tradisional.Gedung yang awalnya digunakan sebagai sekolah lanjutan tiga tahun khusus bagi anak-anak pribumi yang orang tuanya mengabdi kepada Belanda dan dipersiapkan untuk kebutuhan pegawai Pangreh Praja itu kini difungsikan sebagai Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Sulawesi Selatan.

Latar sejarahnya, bangunan ini difungsikan sebagai sekolah lanjutan 3 tahun khusus bagi anak-anak pribumi yang orang tuanya mengabdi pada Belanda dan dipersiapkan untuk kebutuhan pegawai pangreh praja. Di kekiniannya, gedung yang terawat baik ini difungsikan sebagai kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Provinsi Sulawesi Selatan, yang sebelumnya berfungsi sebagai Kantor Wilayah Depdiknas. Sebagai peninggalan sejarah, gedung MULO dilindungi undang-undang dengan nomor register 327 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Kolam Renang Taman Bahari Tinggal Sebuah Nama

1325765325828147489

Sejarah mencatat gedung kesenian ini dibangun pada tahun 1896 berdampingan dengan kantor gubernur yang saat itu berstatus sebagai Gubernur Celebes(sekarang gedung Balaikota Makassar) dan di sebelah selatannya terdapat Fort Rotterdam serta pemukiman orang-orang Belanda yang disebut Vladingen.

Lokasi tempat bangunan ini berdiri, awalnya merupakan sebuah tanah lapang di sisi jalan Prins Hendrik yang sekarang menjadi jalan Riburane di sebelah utara Fort Rotterdam atau benteng Ujungpandang. Pada awal berdirinya Gedung peninggalan pemerintah kolonial Belanda itu dikelolah oleh sebuah badan yang disebut Direktie yang dipimpin oleh seorang kepala dewan dan dibantu beberapa orang anggota.
Dewan direksi atau Direktie diangkat setiap tiga tahun dengan tugas-tugas yang menyangkut urusan keuangan, latihan, busana, material, hubungan luar, dan tata usaha. Termasuk juga membuat aturan yang salah satunya adalah melarang penonton membawa makanan dan minuman ke dalam gedung. Itupula sebabnya di gedung ini tidak tersedia buffet tempat penyimpanan makanan dan minuman sebagaimana yang ada di kursi bioskop pada umumnya. Untuk kebutuhan makan dan minum, pengunjung pergi ke Koffe Huis yang letaknya sekitar 100 meter sebelah barat Societeit de Harmonie. Untuk mencapai koffe Huis, pengunjung berjalan melintasi Wilhelmina Park, sebuah taman tempat koffe Huis berada. Taman ini dipercantik dengan sebuah kolam renang Zwembad Harmonie yang setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kolam Renang Tirta Bahari. Sementara Koffe Huis itu sendiri lebih dikenal dengan nama “Gedung Panti Penghibur” lalu berganti menjadi “Taman Bahari” setelah kemerdekaan. Sekarang tempat itu telah dipenuhi ruko dengan nama “de Rotterdam”
Bangunan gedung Societeit de Harmoni yang berciri Eropa abad XIX dengan gaya Reneisance ini bisa juga dianggap sebagai gedung serba guna di zamannya, gedung ini tidak hanya untuk acara kesenian, tetapi juga menjadi tempat pertemuan Gubernur, Walikota, dan pejabat tinggi militer Belanda. Bahkan tidak jarang Gubernur Jenderal Belanda mengundang orang-orang China kaya untuk menghadiri pesta yang diadakan di gedung ini. Gaya Reneisance atau Yunani Baru merupakan perkembangan dari Gaya Roko, ada pula yang menyebutnya Gaya Empire yang sedang trend di Eropa pada masa itu.
Societeit de Harmonie dibangun ketika pemerintah kolonial Belanda menjadikan kota Makassar sebagai kota pemerintahan dan kota niaga. Di gedung inilah orang-orang Belanda,orang-orang China kaya, dan segelintir kalangan bangsawan pribumi dihibur dengan tonil,drama, dan sandiwara yang merupakan karya para dramawan Eropa terkenal tapi dimainkan secara amatir oleh pemain-pemain drama lokal.
“Hawaian” merupakan salah satu kelompok music yang cukup terkenal saat itu. Kelompok Hawaian yang anggotanya adalah orang-orang Ambon eks KNIL ini tampil secara berkala di gedung itu. Barulah pada pertengahan tahun 1900-an, pihak pengelola gedung mendatangkan rombongan pemain sandiwara dari Belanda dan beberapa Negara Eropa. Group-group tonil dan pemain drama ini biasanya mampir di Makassar, setelah berpentas di Schouwburg Weltevreden di Batavia yang sekarang menjadi Gedung Kesenian Jakarta. 
Ruko diatas Eks Taman Bahari

Kamis, 08 November 2012

Siri’ na Pacce

Dalam budaya Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar dan Tana Toraja) ada sebuah istilah atau semacam jargon yang mencerminkan identititas serta watak orang Sulawesi Selatan, yaitu Siri’ Na Pacce. Secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi Pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).

Pengertian Siri na Pacce 

Laica Marzuki (1995) pernah menyebut dalam disertasinya bahwa pacce sebagai prinsip solidaritas dari individu Bugis Makassar dan menunjuk prinsip getteng, lempu, acca, warani (tegas, lurus, pintar, berani) sebagai empat ciri utama yang menentukan ada tidaknya Siri’.

Siri’ yang merupakan konsep kesadaran hukum dan falsafah masyarakat Bugis-Makassar adalah sesuatu yang dianggap sakral . Siri’ na Pacce (Bahasa Makassar) atau Siri’ na Pesse’ (Bahasa Bugis) adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dari karakter orang Bugis-Makassar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Begitu sakralnya kata itu, sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’nya atau De’ni gaga Siri’na, maka tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’ kolo’e ( seperti binatang ). Petuah Bugis berkata: Siri’mi Narituo (karena malu kita hidup ). 

Siri’ adalah rasa malu yang terurai dalam dimensi-dimensi harkat dan martabat manusia, rasa dendam (dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerangka pemulihan harga diri yang dipermalukan ). Jadi Siri’ adalah sesuatu yang tabu bagi masyarakat Bugis-Makassar dalam interaksi dengan orang lain
.
Sedangkan pacce/pesse merupakan konsep yang membuat suku ini mampu menjaga solidaritas kelompok dan mampu bertahan di perantauan serta disegani. Paccemerupakan sifat belas kasih dan perasaan menanggung beban dan penderitaan orang lain, meskipun berlainan suku dan ras. Jadi, kalau pepatah Indonesia mengatakan “ Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul ”. Itulah salah satu aplikasi dari kata pacce, jadi Siri’ skopnya dalam skala intern, sedang pacce bersifat intern dan ekstern, sehingga berlaku untuk semua orang.

Asal Mula Budaya Siri Na Pacce
Perkawinan Bugis-Makassar
Perkawinan Bugis-Makassar
Menurut Iwata (Peneliti dari Jepang),  pada mulanya, siri’ na pacce merupakan sesuatu yang berkaitan kawin lari.  Yakni jika sepasang pria dan wanita kawin lari, maka mereka telah dianggap melakukan perbuatan siri’ dan membawa aib bagi keluarga. Keluarga perempuan selanjutnya disebut tumasiri’, yaitu orang-orang yang berhak menuntut sang pria secara hukum adat karena keluarganya dibawa kabur (kawin lari).  Selama belum kembali melakukan perdamaian, maka selama itu pula sang pria tidak diperkenankan bertemu keluarga pihak perempuan sebagai pasangan kawin larinya. Perdamaian hanya bisa dilakukan secara adat dengan kembali membawa sang perempuan ke rumahnya yang selanjutnya disebut a’bajik. Jika ini belum dilakukan, maka status tumasiri’ tetap melekat bagi keluarga perempuan. Namun jika a’bajik sudah dilaksanakan, maka pasangan kawin lari tadi secara hukum adat sudah terlindungi. Siapa saja yang mengganggunya akan dicap sebagai pelanggar adat dan dikenakan hukum adat.

Dari aspek ontologi (wujud) siri’ na pacce mempunyai relevansi kuat dengan pandangan islam dalam kerangka spiritualitas, dimana kekuatan jiwa dapat teraktulkan melalui penaklukan jiwa atas tubuh. sedemikian rupa, siri’ na pacce merupakan emanasi dari islam yang berbusana bugis-makassar yang lahir dari rahim akulturasi islam dan bugis-makassar.

Inti budaya siri’ na pacce itu bukan cuma berkaitan pernikahan. Tapi, mencakup seluruh aspek kehidupan orang Bugis-Makassar. Karena, siri’ na pacce itu merupakan jati diri bagi orang Bugis-Makassar,” Dengan adanya falsafah dan ideologi Siri’ na pacce , maka keterikatan dan kesetiakawanan di antara mereka mejadi kuat, baik sesama suku maupun dengan suku yang lain. Konsep Siri’ na Pacce bukan hanya di kenal oleh kedua suku ini, tetapi juga suku-suku lain yang menghuni daratan Sulawesi, seperti Mandar dan Tator. Hanya saja kosa katanya yang berbeda, tapi ideologi dan falsafahnya memiliki kesamaan dalam berinteraksi.

Jenis-jenis Siri’
Badik
Badik

Zainal Abidin Farid (1983) membagi siri, dalam dua jenis:
Pertama adalah Siri’ Nipakasiri’, yang terjadi bilamana seseorang dihina atau diperlakukan di luar batas kemanusiaan. Maka ia (atau keluarganya bila ia sendiri tidak mampu) harus menegakkan Siri’nya untuk mengembalikan Dignity yang telah dirampas sebelumnya. Jika tidak ia akan disebut mate siri(mati harkat dan martabatnya sebagai manusia).

Untuk orang bugis makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi daripada menjaga Siri’nya, dan kalau mereka tersinggung atau dipermalukan (Nipakasiri’) mereka lebih senang mati dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’nya dari pada hidup tanpa Siri’. Mereka terkenal dimana-mana di Indonesia dengan mudah suka berkelahi kalau merasa dipermalukan yaitu kalau diperlakukan tidak sesuai dengan derajatnya. Meninggal karena Siri’ disebut Mate nigollai, mate nisantangngi artinya mati diberi gula dan santan atau mati secara manis dan gurih atau mati untuk sesuatu yang berguna

Sebaliknya, hanya memarahi dengan kata-kata seorang lain, bukan karena Siri’ melainkan dengan alasan lain dianggap hina. Begitu pula lebih-lebih dianggap hina melakukan kekerasan terhadap orang lain hanya dengan alasan politik atau ekonomi, atau dengan kata lain semua alasan perkelahian selain daripada Siri’ dianggap semacam kotoran jiwa yang dapat menghilangkan kesaktian. Tetapi kita harus mengerti bahwa Siri’ itu tidak bersifat menentang saja tetapi juga merupakan perasaan halus dan suci. Seseorang yang tidak mendengarkan orangtuanya kurang Siri’nya. Seorang yang suka mencuri, atau yang tiodak beragama, atau tidak tahu sopan santun semua kurang Siri’nya”.

Yang kedua adalah : Siri’ Masiri’, yaitu pandangan hidup yang bermaksud untuk mempertahankan, meningkatkan atau mencapai suatu prestasi yang dilakukan dengan sekuat tenaga dan segala jerih payah demi Siri’ itu sendiri, demi Siri’ keluarga dan kelompok. Ada ungkapan bugis “Narekko sompe’ko, aja’ muancaji ana’guru, ancaji Punggawako” (Kalau kamu pergi merantau janganlah menjadi anak buah, tapi berjuanglah untuk menjadi pemimpin). Nenek moyang almarhum Tun Abdul Razak, Mantan Perdana Menteri Malaysia bernama Karaeng Haji, salah seorang putera Sultan Abdul Jalil Somba Gowa XIX yang di merantau ke Pahang dan dikenal dengan Toh Tuan, meninggalkan Gowa pada abad XVIII karena masalah Siri’, perebutan kekuasaan raja Gowa antar saudara.

Nilai-nilai Siri’ na Pacce

Nilai filosofis siri’ na pacce merepresentasikan pandangan hidup orang Bugis – Makassar mengenai berbagai persoalan kehidupan meliputi (1) prototipe watak orang Makassar yang terdiri atas (a) reaktif (b) militan, (c) optimis, (d) konsisten (e) loyal, (f) pemberani, dan (g) konstruktif. 

Nilai etis siri’ na pacce terdapat nilai-nilai etis meliputi (1) teguh pendirian, (2) setia, (3) tahu diri, (4) berkata jujur (5) bijak, (6) merendah, (7) ungkapan sopan untuk sang gadis, (8) cinta kepada Ibu, dan (9) empati. 

Nilai estetis siri na pacce meliputi (1) nilai estetis siri’ na pacce alam non insani terdiri atas (a) benda alam tak bernyawa, (b) benda alam nabati, (c) alam hewani (2) nilai estetis siri’ na pacce alam insani. 

Etos Siri’ na Pacce
Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin
Di dalam sebuah syair sinrilik ada sebuah semboyan kuno masyarakat Bugis-Makassar yang berbunyi “Takunjunga’ bangung turu’, nakugunciri’ gulingku, kualleangnga tallanga natoalia”. Syair tersebut berarti “layarku telah ku kembangkan, kemudiku telah ku pasang, ku pilih tenggelam daripada melangkah surut”. Semboyan tersebut menggambarkan betapa masyarakat Bugis-Makassar memiliki tekad dan keberanian yang begitu tinggi dalam menghadapi kehidupan. Masyarakat Bugis-Makassar dikenal sebagai orang-orang yang suka merantau atau mendatangi daerah lain dan sukses di daerah tersebut. 

Apa yang membuat orang Bugis-Makassar dikenal sebagai pribadi yang pemberani dan tangguh? Atau apa yang membuat orang Bugis-Makassar dikenal sebagai orang yang sukses di daerah sendiri dan daerah yang didatanganginya? Jawabanya adalah etos siri’ na pace. Para pemimpin yang berasal dari tanah Bugis-Makassar menerapkan etos ini sebagai gaya kepemimpinan mereka.
Siapa yang tidak kenal dengan Sultan Hasanuddin. Beliau adalah raja Gowa XVI. Beliau dikenal sebagai seorang yang gagah berani melawan penjajah Belanda. Walaupun pada akhirnya beliau harus menyerah melalui Perjanjian Bungaya yang sangat merugikan Kerajaan Gowa saat itu.
Syech Yusuf
Syech Yusuf
Adapula putra Bugis-Makassar yang bernama Syech Yusuf. Walaupun putra asli Bugis-Makassar, beliau lebih dikenal sebagai penyebar agama Islam di beberapa negara seperti Sri Lanka dan Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, Ia dianggap sebagai sesepuh penyebaran Islam di negara benua Afrika itu. Tiap tahun, tanggal kematiannya diperingati secara meriah di Afrika Selatan. Bahkan menjadi semacam acara kenegaraan. Bahkan, Nelson Mandela yang saat itu masih menjabat presiden Afsel, menjulukinya sebagai “salah seorang putra Afrika terbaik”.

Di era modern dikenal Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau adalah presiden Republik Indonesia ke-3. Beliau merupakan satu-satunya presiden yang berasal dari luar pulau Jawa. Selain dikenal sebagai presiden RI ke-3, beliau juga dikenal sebagai ilmuwan yang sangat jenius. Beliau dikenal sebagai ilmuwan dibidang konstruksi pesawat terbang dan teorinya masih digunakan hingga saat ini.

Ada juga Muhammad Jusuf Kalla. Beliau adalah adalah wakil presiden Republik Indonesia ke-10. Beliau juga dikenal sebagai tokoh perdamaian konflik di Poso dan Aceh. Dengan gaya kepemimpinan khas orang Bugis-Makassar, beliau sukses dalam karir politik serta usaha. Beliau adalah pemilik perusahaan besar Hadji Kalla Group 

Siri’ na Pacce dan Bushido
Ajaran moral Siri’ punya suku Bugis dan Makassar mirip dengan semangat Bushido kaum Samurai Jepang. Bushido adalah etika moral bagi kaum samurai. Berasal dari zaman Kamakura (1185-1333), terus berkembang mencapai zaman Edo (1603-1867), bushido menekankan kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan, dll. Aspek spiritual sangat dominan dalam falsafah bushido. Meski memang menekankan “kemenangan terhadap pihak lawan”, hal itu tidaklah berarti menang dengan kekuatan fisik. Dalam semangat bushido, seorang samurai diharapkan menjalani pelatihan spiritual guna menaklukkan dirinya sendiri, karena dengan menaklukkan diri sendirilah orang baru dapat menaklukkan orang lain.

Kekuatan timbul dari kemenangan dalam disiplin diri. Justru kekuatan yang diperoleh dengan cara inilah yang dapat menaklukkan sekaligus mengundang rasa hormat pihak-pihak lain, sebagai kemantapan spiritual.Perilaku yang halus dianggap merupakan aspek penting dalam mengungkapkan kekuatan spiritual.
Ada banyak persamaan antara semangat ksatria Eropa masa lalu dengan semangat bushido, karena sama-sama mementingkan keberanian, rasa malu, kehormatan, dll. Perbedaannya terletak pada kesetiaan. Hubungan antara seorang satria Eropa dengan bawahan adalah berdasarkan perjanjian sedangkan dalam bushido adalah semata-mata berkat kesetiaan.

Orang-orang di luar Jepang kerap mengasosiasikan semangat bushido dengan praktek seppuku yang tidak pernah dilakukan lagi di zaman modern ini. Seppuku adalah ritual bunuh diri dengan merobek perut sendiri dengan sebilah pedang sebagai bukti rasa tanggung jawab. Mengapa perut? Di masa-masa feodal dulu di Jepang, para pendekar perang menganggap perut sebagai tempat bermukimnya jiwa. Jadi pada waktu mereka harus membuktikan rasa tanggung jawab sebagai pendekar atas perbuatannya, mereka lebih memilih melakukan seppuku. Di jaman Edo, seppuku bahkan merupakan bentuk hukuman mati bagi anggota kelas samurai. Yang bersangkutan melakukan sendiri seppuku, untuk itu disediakan seseorang guna membantu menuntaskan kematian tersebut agar penderitaan tidak berlarut-larut. Dewasa ini seppuku sama sekali tidak dipraktekkan lagi. Kasus terakhir tercatat pada tahun 1970 ketika seorang sastrawan besar Mishima Yukio melakukan bunuh diri dengan cara ini, dan hal itu sangat mengejutkan seluruh negeri Jepang. Di luar Jepang, praktek seppuku lebih dikenal dengan hara-kiri (merobek perut).

Kedua ajaran moral tersebut mulai ditinggalkan namun dengan tingkat emosi berbeda. Jepang dengan harakirinya memiliki fislosofi rasa malu harus berakhir dengan kematian di tangan sendiri. Ini berbeda dengan Siri’ dari bugis-makassar yang berarti tidak selamanya harus mati, tapi masalah itu harus tuntas setunta tuntasnya, tidak ada kata pasrah, justru merekapun menganggap mati berarti pasrah dan tak mampu lagi mengatasi masalah. Dan tentunya karena latar belakang Religius maka hal tersebut tidak diperbolehkan.

Falsafah keberanian orang bugis-makassar itu bijak, seperti pelaut yang berkata “kualleangngangi tallangan na toalia” artinya, aku memilih tenggelam daripada kapal kembali surut ke pantai. Jangan langsung ditafsirkan aku memilih mati daripada mundur. Bukan. Bukan seperti itu. Ketika seorang pelaut mengucapkan itu sebelum berlayar, dia berangkat dengan niat dan tujuan yang jelas, benar dan terang. 

Penerapan Etos Siri’ na Pacce Saat Ini
Penetrasi besar-besaran budaya global melalui jalur globalisasi telah membawa banyak perubahan di seluruh penjuru dunia. Ditambah lagi dengan besarnya pengaruh kekuatan ekonomi (economic power) negara-negara maju. Hal ini menempatkan negara berkembang termasuk Indonesia pada posisi yang serba sulit untuk menghindarinya. Satu-satunya jalan adalah mengantisipasinya. Indonesia harus bisa meminimalisir efek negatif yang ditimbulkan dari globalisasi.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan sosok-sosok muda yang memiliki jiwa dan karakter yang mapan. Anak muda Indonesia yang notabene adalah pemimpin dan pemilik masa depan bangsa ini seharusnya memiliki ­siri’ na pacce dalam diri mereka. Karena, anak muda Indonesia yang sudah dijelaskan di awal, adalah anak muda yang sudah terlalu jauh dari akar budaya mereka. Mereka sudah terlalu dalam terkontaminasi oleh pengaruh negatif globalisasi. Dengan adanya siri’ na pacce, anak muda akan lebih peka merasakan segala macam persoalan yang sedang melanda Indonesia. Mereka juga akan malu melihat keadaan negaranya serta malu jika ia hanya berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa untuk bangsanya.

Pemimpin yang memiliki siri’ na pacce dalam dirinya, akan memiliki keberanian serta ketegasan, namun tetap bijaksana dalam memimpin. Pemimpin yang memegang teguh prinsip ini akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik karena mereka memiliki rasa peka terhadap lingkungan sekitar. Mereka dapat mendengarkan aspirasi orang-orang yang mereka pimpin. Hal ini sangat sejalan dengan konsep negara kita yaitu negara demokrasi.

Meskipun etos siri’ na pacce berasal dari masyarakat Bugis-Makassar, namun etos ini sangat bisa diterima secara nasional. Karena di berbagai daerah Indonesia juga terdapat etos atau pandangan hidup yang hampir sama dengan konsep siri’ na pacce. Ada wirang yang hidup di masyarakat suku Jawa, carok pada masyarakat suku Madura, pantangpada masyarakat suku di Sumatera Barat, serta jenga pada masyarakat suku di pulau Bali. Kesemua pandangan hidup dari berbagai daerah tersebut memiliki kesamaan konsep dengan siri’ na pacce, yaitu malu jika keadaan suku atau bangsa mereka tidak lebih baik dari suku atau bangsa lain. Kesemua konsep pandangan hidup tersebut menanamkan nilai-nilai luhur tentang semangat serta keberanian tanpa melupakan rasa lembut hati sebagai penyeimbangnya.

Sumber:
  • Sinrilik adalah karya sastra Makassar yang berbentuk prosa yang cara penyampaiannya dilagukan secara berirama baik dengan menggunakan alat musik maupun tanpa alat musik.
  • Mohamad Laica Marzuki, Siri’ Bagian Dari Kesadaran Hukum Rakyat Bugis-Makassar, (Bandung: Universitas Padjajaran, 1995), hlm. 214.
  • Suriadi Mappangara, Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905, (Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, 2004), hlm. 137-138.
  • http://whyopu.blogspot.com
  • http://vinderscout.wordpress.com
  • http://maulanusantara.wordpress.com
  • http://www.ppmrahmatulasri.com
  • http://fairuzelsaid.wordpress.com/2011/06/27/siri-na-pacce/

Senin, 05 November 2012

Hutan Wisata Malino, Makassar


Sumber Gambar: geografiunm.files.wordpress
Kawasan pegunungan dengan suasana udara yang segar dapat menjadi pilihan anda berlibur untuk menghilangkan stres dengan pekerjaan rutin sehari-hari. kawasan Malino adalah salah satu kawasan pegunungan yang terdapat di Makassar. Malino merupakan tempat wisata murah yang terletak di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa, yang dapat ditempuh sekitar 90 km dari selatan kota Makassar. Kawasan wisata Malino jika ditempuh menggunakan kendaraan dapat dicapai sekitar 2 jam.

Sumber Gambar:  bone-geographical.blogspot

Hutan wisata Malino menyuguhkan pesona alam yang indah dengan banyaknya pepohonan, bunga, dan sayuran segar. Malino sudah dikenal sejak jaman kolonial Belanda dan juga menyimpan tumbuhan peninggalan Belanda seperti edelweis dan pohon turi. Disekitar kawasan wisata Malino terdapat beberapa air terjun bisa anda kunjungi menggunakan kuda yang disewakan masyarakat setempat.

Air terjun yang terdapat di Malino antara lain air terjun Takapala yang terdapat di daerah Bulutana dan air terjun Lembana. Selain aneka flora disini anda juga dapat melihat aneka fauna seperti burung nuri, burung jalak kerbau, burung gelatik, burung raja udang, kera hitam, dan biawak.

Kawasan wisata Malino berketinggian 1500 meter diatas permukaan laut, tidak heran jika suhu di Malino sangat segar dan sejuk. Jika anda ingin menikmati suasana Malino, anda dapat menginap di sejumlah hotel dan vila yang terdapat di kawasan Malino, Makassar.

Hutan wisata Malino, Makassar walaupun belum terkenal di luar daerah sulawesi selatan namun Malino sangat potensial menjadi kawasan wisata unggulan nusantara.

Jika Anda mengunjungi kota propinsi Makassar, anda juga dapat memilih taman wisata yang banyak terdapat di kota Makassar dengan prasarana lengkap sebagai tujuan wisata murah anda selama berada di kota Makassar.

Sumber : Raja Kamar

Minggu, 04 November 2012

Thoeng dan Pecinan di Makassar

Siang hari, panas masih terik. Saya masih menyusuri jalan Irian dan sekitarnya, berputar-putar dari jalan sempit kampung cina. Pun saya tersesat di jalan Nusakambangan bertemu dengan Eric Salimin-Liem Hoek Jin. Ditempatnya ia bercerita pada masa penjajahan, tentang ketokohan Mayor Thoeng di Makassar.

*****
Sekumpulan tentara Jepang Tokketai memburu keluarga Mayor Thoeng Liong Hoei. Mata-mata menyebut, Mayor Thoeng telah melarikan diri dari kediamannya di Jalan Bacan No 5. Tahun 1942, di perbatasan limbung Makassar, Mayor Thoeng Liong Hoei bersama tujuh anggota keluarganya dibunuh tentara Jepang.

Selain Mayor, mereka yang dibunuh adalah anak sang Mayor bernama Thoeng Kok Sang, Thoeng Kok Tjien, Thoeng Kok Tjeng, dan Thoeng Kok Leang. Satu menantu Mayor Thoeng Tan Hong Teng bersama dua bersaudara Lie ikut dibunuh tentara Jepang.

Sementara tiga istri sang Mayor berhasil kabur. "Hingga kini, kisah Mayor Thoeng terus bergerilya dari mulut ke mulut," kata Liem. Liem masih keturunan marga Thoeng, dari garis ibunya. "Cuma biasanya kalau dari garis ibu, Fam atau She kita sudah hilang," ucapnya. Semakin saya penasaran, semakin menarik perburuan saya tentang keluarga Thoeng ini. Setelah berada di kediaman Liem Hoek Jin, berbekal rekomendasinya, saya disarankan menghubungi keturunan langsung dari Mayor Thoeng bernama Thoeng Boeng Kian atau Harry Kumala.

"Siapa yang tak kenal dengan keluarga kesohor Thung. Oke sebentar kita ketemu di Jalan penghibur," singkatnya.

Marga Thoeng berasal dari Provinsi Hokkiang di Kota Sanchiong Desa Pangli. "Saya sampai tidak habis pikir, bagaimana mereka bisa sampai menyebar," kata Harry Kumala cicit Mayor Thoeng dari Istri kedua. Kumala, nama belakang Harry adalah marga dari keluarga Mala yang konon memiliki garis keturunan Melayu. "Nenek buyut saya itu, masih keturunan bangsawan melayu yang diambil istri oleh Mayor," kata Harry yang memiliki nama Tionghoa, Thoeng Boang Kian.

Setelah Jepang keluar dari Indonesia, dan memasuki masa transisi pada Pemerintahan Soeharto. Keluarga Thoeng dari keturunan Mayor Thoeng Liong Hoei menyebar hingga ke luar negeri. Sejumlah keluarga mengubah nama mereka, sebab pada masa itu nama dan segala macam yang berbau Tionghoa dilarang oleh pemerintah.

Harry Kumala sempat menelusuri garis keturunan Thoeng hingga ke negeri Tiongkok tahun lalu. "Disana memang ada rumah induk, keluarga Thoeng. Mereka ini adalah memiliki garis keturunan dari raja Dinasti Shang. Mayor Thoeng, adalah Mayor pertama di Makassar. Ia diberi gelar langsung oleh ratu Belanda pada masa itu.

Ayahnya bernama Thoeng Tiong Pie juga Kapitan pertama di Makassar. Namun, kesohoran Mayor Thoeng lebih banyak terdegar dibanding ayahnya. "Bahkan gubernur Hindia Belanda di Jakarta takut sama Mayor. Karena Mayor punya tongkat yang ujungnya bertanda cap pemberian dari Ratu," kata dia. Jika sudah begitu, kata Harry, terkadang Mayor Thoeng justru menghukum tentara Belanda yang nakal. "Tentara Belanda bisa disetrupnya, dicambuknya di depan kita-kita," tambahnya.

Oleh pemerintah hindia belanda, ada kesepakatan dimana sang Mayor berhak mengatur warganya yang berasal dari garis Tionghoa. "Mayor itu, semacam kepalanya orang tionghoa, untuk memudahkan pemberian upeti atau menarik pajak kepada pemerintah Belanda masa itu," ucap Harry.

Sebagai tokoh dalam masyarakat Tionghoa pendatang di makassar. Mayor Thoeng hampir menguasai sebagian wilayah dagang di Utara Makassar. "Setelah Jepang terusir, anak cicitnya menyebar di Makassar dan di luar negeri. Mereka umumnya jadi pebisnis yang masih bertahan hingga sekarang," kata Liem Hoek Jin.

Adalagi tokoh-tokoh pejuang Tionghoa keturunan Thoeng di Makassar pada jaman penjajahan Belanda. Sebut saja Thoeng Boen Tjiang, Thoeng Wan Ting, dan Thoeng Tiong Too. Mereka ini adalah tokoh pejuang yang diberi gelar pahlawan oleh Kantor Legiun Veteran Sulawesi Selatan. “Banyak memang cerita, bahwa warga Tionghoa berjuang mempertahankan kemerdekaan dari Belanda maupun Jepang melalui cara sembunyi-sembunyi,” jelas Shaifuddin, peminat kebudayaan pecinan di Makassar. “Perjuangan mereka misalnya menyembunyikan para pejuang indonesia di rumah dagang warga Tionghoa. Termasuk saat para pejuang Indonesia melakukan pertemuan-pertemuan tertutup.” Shaifuddin menyebutkan, tempat persembunyian yang dahulu digunakan warga Tionghoa membantu pejuang Indonesia, salah satunya berada di Jalan Irian yang lokasinya menjadi pabrik es.

Di Makassar, tepatnya di kampung cina masih ada peninggalan kediaman Mayor Thoeng. Informasi Harry Kumala saya telusur hingga sampai ke kediaman pertama Mayor Thoeng yang terletak di Jalan Bacan Nomor 5. Disini, saya bertemu keluarga Tunger, cucu langsung keluarga Mayor Thoeng. "Disinilah kediaman sang Mayor. Bahkan saya yakin, ini adalah rumah bapaknya yang kapitan. Konon khabarnya ia dulu dilahirkan disini," kata Freddy Tunger atau Thoeng Thiong Hoei. ia menyarankan saya menuju rumah paling ujung dari Mayor Thoeng.

Rumah ini, telah dibagi menjadi tiga petak yang luas. "Tapi dari tampilan luarnya kami tak merubahnya, atas pesan papa'," katanya. Kharismatik, tegas, itulah kesan pertama saya saat melihat langsung lukisan sang Mayor berukuran 3x1 meter ini.

Sulit membayangkan ia tewas karena menolak bekerja sama dengan tentara Jepang. Lebih sulit lagi membayangkan saat ia tak dikenang sebagai tokoh di Makassar. Justru di negeri Belanda, peninggalan dan silsilah Mayor Thoeng terpelihara dengan baik. "Barangkali karena pemerintah disana lebih peduli. Sebab, pemberian Mayor itu, tak lepas dari keluarga kerajaan disana," ucap Freddy.

Bisa dibilang Marga Thoeng banyak berjasa di Makassar. Selain keturunan Mayor Thoeng, adalagi keluarga Thoeng lain yang berjasa. Keluarga ini berjasa menyiarkan agama islam di Makassar. Namanya, Thoen Chen Ting atau terkenal dengan sebutan Haji Baba Guru. Putranya bernama Thoeng Tian Kiem atau Haji Faishal Thung. Dia adalah seorang pengelola pertama Stadion Mattoangin Makassar, sekaligus pendiri dan ketua pertama Pengurus Perhimpunan Islam Tionghoa tahun 1970-an.

"Sejak Indonesia di bawah era Soeharto bapak mengganti namanya menjadi Haji Faisal Thung," kata putri perempuan Thoeng Tian Kim, Lusie Faisal Thung. "Kakek saya, bisa dibilang warga keturunan penganut agama Islam pertama di Makassar. Dahulu, sehari-harinya ia mengajar mengaji di Jalan Muchtar Luthfi yang terkenal dengan kampung Maluku," ungkapnya.

Paul Tan yang masih keluarga jauh Haji Baba Guru mengatakan, Marga Thoeng tidak hanya menyebar di Makassar. Haji Baba Guru misalnya, ia menyebutkan, tiba pertamakali di kabupaten Pangkep. “Mereka menyerap Agama Islam disana, lalu menyebarkannya ke Makassar saat ada aturan belanda yang mewajibkan setiap pendatang ditempatkan di utara kota Makassar,” katanya.

Tentu masih banyak keturunan Thoeng yang lain di Makassar ini, yang tidak terlacak lagi. Kalau mau melihat langsung silsilah keluarga Thoeng, silahkan mampir ke Yayasan atau klenteng marga Thoeng di Jalan Sulawesi. Ya, saya juga masih mencari keluarga kakek saya dari keluarga Haji Faisal Thung-Thoeng Thian Kiem. Ia adalah anak dari Thoeng Chen Ting, penyebar agama islam di kampung Maluku.

"Kami lama diam, karena kami masih ada rasa warga keturunan, warga kelas dua..?" tanya mereka yang saya temui dan puluhan tahun terdiam berbicara Mator Thoeng dan Tionghoa di Makassar..


Menelusuri Para Pejuang Tionghoa di Makassar

Di Makassar, ada sebuah Makam tua tak bertuan di Blok F, Taman Makam Pahlawan, Jalan Urip Sumoharjo. Makam ini, hampir tak pernah lagi dikunjungi kerabat keluarga. Letaknya satu kompleks dengan makam pejuang yang melawan Belanda di masa Westerling. Letaknya di sebelah kiri pintu utama Taman Makam Pahlawan (TMP). Di batu nisannya, masih tertera nama S. Kok Tjoang.

Nama yang tertera dari ukiran batu, masih begitu jelas terbaca. Begitu juga dengan tahun kematiannya. "GR 3-1-1-1947. S. Kok Tjoang. 121. Lapris," begitu, tulisan yang tertera di batu nisan. S. Kok Tjoang. Ia diperkirakan gugur saat melawan tentara Westerling. Ia adalah salah satu pejuang yang gugur di tahun 1947, masa di mana penjajah belanda mulai memasuki Makassar kali kedua, setelah Jepang menyerah.

Selain S. Kok Tjoang, adalagi satu makam Tionghoa bernama Liem Kien San. Ia adalah veteran perang berpangkat Kapten Infanteri yang meninggal di tahun 1976. Menurut Jumain, Koordinator pengelola Taman Makam Pahlawan, hanya ada dua makam milik Tionghoa yang dimakamkan di TMP ini. "Hanya dua saja memang.  Satu pejuang yang gugur, satunya lagi veteran perang," katanya.

Jumain tak ingat persis kapan terakhir kali, kedua makam itu dikunjungi oleh kerabat keluarganya. "Kalau makam S. Kok Tjoang saya hampir tak pernah melihat ada kerabat yang mengunjunginya. Beda dengan makam Liem Kien San," katanya. Jumain hanya mengingat, Liem Kien San, dahulu adalah seorang pelaut yang ditarik menjadi pasukan bersenjata Skodam. "Kalau ceritanya seperti itu. Makam ini terakhir kalau tak salah masih dikunjungi keluarganya sekitar setahun lalu," katanya.

Di jaman penjajahan Jepang dan Belanda, sebenarnya, sudah banyak masyarakat Tionghoa yang berpartisipasi. Di masa itu, perjuangan juga masih dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Menurut Eric Salimin, tokoh Tionghoa Makassar, warga Tionghoa di masa itu ada yang melakukan perjuangan secara terang-terangan, maupun dengan cara sembunyi. Mereka misalnya, membantu penjuang Indonesia melalui persediaan logistik atau menyelundupkan para pejuang dari rumah ke rumah.

"Perjuangan mereka ada, meskipun itu tidak besar tapi saya kira lumayan penting," katanya. Perjuangan kecil itu dilakukan, kata Eric, mengingat besarnya resiko yang harus ditranggung masyarakat Tionghoa di masa itu. "Kalau ketahuan kan, hukumannya bisa gawat," katanya.

Yongris, salah satu tokoh muda Tionghoa juga berpendapat sama. "Kita banyak pejuang Tionghoa yang sebenarnya juga terlupakan. Yang paling terkenal belakangan ada nama Liem Kien San," kata Yongris, sembari mengatakan, keturunannya masih ada di Makassar, sampai sekarang. "Ada, saya masih ingat salah satu keturunannya itu bernama Yulie, yang punya rumah makan Panorama," ucapnya.

Selain Liem Kien San, dan S. Kok Tjoang. Nama-nama dari Marga Thoeng juga sempat tercatat sebagai veteran pejuang adalah, Thoeng Boen Tjiang (Musa Edenton), Thoeng Wan Ting (Fatimah), Thoeng Tiong Too (Sonny Tunru) dan Thung Kang Sang. Thoeng Boen  Tjiang atau Musa Edenton, keturunannya masih sempat terlacak. "Kalau Edenton itu, keturunannya seorang Dokter, salah satunya bernama James Edenton berpraktek di Rumah Sakit hikmah," kata Hary Kumala, salah satu pengurus yayasang Marga Thoeng di Jalan Sulawesi.
Marga Thoeng Yang Menjadi Pejuang | NPV/No. Identitas Veteran

Thoeng Boen Tjiang (Musa Edenton) | 17.063.953
Thoeng Wan Ting (Fatimah) | 17.039.495/ 31 Juli 1982
Thoeng Tiong Too (Sonny Tunru) | 17.038.836/ 31 Juli 1982
Thung Kan Sang | 17.038.722/ 31 Agustus 1989
 
Sumber:  :..bantalkepala

Sabtu, 03 November 2012

Kota Makassar di Akhir Abad 17 dan Awal Abad 18


Bagian dalam benteng Fort Rotterdam (foto by: daenggassing.com)

Tulisan ini adalah tulisan berseri tentang sejarah perkembangan arsitektur kota Makassar yang dimulai dari akhir abad 17 hingga awal abad ke 20. Untuk tulisan pertama akan diceritakan tentang perkembangan kota Makassar di akhir abad 17 hingga awal abad ke 18. Tulisan ini akan hadir setiap hari Jumat. [Mks0KM]

Kota Makassar tumbuh menjadi kota metropolitan, salah satu kota tersibuk di luar Jawa. Kota seluas kurang lebih 17,77 km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar dengan luas perairan 100km2 ini menjadi kota terpenting di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia.

Ragam dinamika kota sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, utamanya sejak kerajaan Gowa takluk pada pemerintah kolonial Belanda. Ketika itulah perubahan arsitektur kota menjadi sangat pesat akibat peran penting pemerintah kolonial Belanda.

Pertumbuhan Makassar sebagai kota, berlangsung dari akhir abad  ke-17 hingga awal abad ke-20. Dibagi dalam beberapa periode yaitu; Periode pertama, akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18, Periode kedua, awal abad ke-18 hingga akhir abad ke-19, dan Periode ketiga, akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Pada tulisan pertama ini saya akan coba mengulas tentang pembangunan kota pada akhir abad ke 17 hingga awal abad ke 18 yang ditandai dengan perombakan benteng Fort Rotterdam dan hadirnya lapangan Karebosi 

Sejarah Kota Makassar termasuk sejarah perkembangan kota dan arsitekturnya, dimulai dari Benteng Rotterdam (dulunya bernama Benteng Ujungpandang) yang dipilih Belanda sebagai pusat pemerintahan, sejak jatuhnya Kerajaan Gowa pada tahun 1667. Benteng Rotterdam mengalami perombakan besar-besaran di tahun 1673.

Perombakan ini menyebabkan bentuk arsitektur lama Benteng Rotterdam hilang dan gambar aslinya tidak ditemukan lagi. Benteng inilah yang merupakan elemen pertama pembentukan kota kolonial Makassar .
Benteng Rotterdam menjadi bangunan termegah dan terindah di akhir abad ke-17. Benteng ini disebut dengan “Kasteel” atau “Puri” karena fungsinya sebagai permukiman pejabat tinggi Pemerintah Belanda. Di dalam benteng terdapat beberapa unit bangunan antara lain gereja, gudang mesiu, kediaman gubernur, kantor gubernur, balai kota, kediaman pendeta, kantor kepala bagian perdagangan, kantor pusat perdagangan, barak militer, dan gudang.

Di sekeliling benteng terdapat parit keliling yang fungsinya untuk memutus hubungan penduduk di dalam benteng dengan dunia luar dan menghindari serangan penduduk lokal, dari arah utara, timur dan selatan.

Pada tahun 1730 jumlah penduduk Makassar tercatat sebanyak 4.985 orang, 2915 diantaranya terdiri dari budak, 271 pegawai VOC, 351 “burgers” (Kristen non-kompeni atau bagian dari orang-orang yang nenek moyangnya Eropa dan campuran) , 364 Bugis-Makassar, 310 Cina, 10 “Moor” dan Kodjas (India), 137 orang Buton, 68 orang Ambon dan Banda dan kelompok orang Melayu sekitar 577 orang (Sutherland, 2004; 28). Hal ini menunjukkan bahwa sejak dulu Makassar merupakan kota yang majemuk.

Sekitar abad ke-17, di Kota Makassar telah terbentuk struktur fisik kota, dengan jalan-jalan lurus, sejajar dengan garis bibir pantai dan membujur arah utara-selatan. Empat jalan utama yang membujur, paling barat adalah Cinastraat (Passerstraat) dan sekarang menjadi Jalan Nusantara, Templestraat (sekarang Jalan Sulawesi), Middlestraat (sekarang Jalan Bonerate) dan Burgherstraat (sekarang Jalan Jampea).
Peta 1. Fort Rotterdam dan sekitarnya pada abad ke-17. Benteng Vredenburg yang diatasnya kini berdiri gedung kantor BNI. Peta sumber : Leonard Y. Andaya, Warisan Arung Palakka, 2004.

Di Permukiman Vlaardingen, terdapat jalan utama yang melintang timur-barat yang disebut dengan Hoogepad (berarti jalan tinggi, yang dimaksud adalah istilah Belanda untuk daerah atau tempat-tempat yang bergengsi dibanding tempat lain dalam sebuah kota) dan sekarang bernama Jalan Jendral Ahmad Yani.

Dahulu di ujung timur jalan ini, dibangun benteng kecil yang disebut dengan Vredenburg, untuk mengawasi gangguan dari arah timur. Keberadaan Benteng Vredenburg membuktikan bahwa keadaan Kota Makassar belum aman sepenuhnya. Terkadang masih ada perlawanan dan serangan dari Gowa atau penduduk yang anti Belanda. Benteng Vredenburg dikelilingi parit yang berasal dari kanal yang terhubung langsung dengan laut. Perkembangan penting yang terjadi pada masa abad ke-17 adalah terbentuknya poros jalan dari Benteng Vredenburg ke arah selatan, Gowa. Di atas lahan bekas Benteng Vredenburg kini berdiri gedung Kantor Bank Negara Indonesia.

Hingga sekarang kawasan bekas Vlaardingen maupun Kampung Melayu sangat padat. Vlaardingen lama, sekarang menjadi ikon daerah perdagangan dan  dikenal oleh masyarakat Makassar sebagai wilayah Pecinan. Beberapa bangunan yang mencirikan pola Medieval masih dapat disaksikan, namun tidak sedikit pula bangunan telah hancur seperti Bioskop Jumpandang yang terletak di Jalan Bali.

Perkembangan selanjutnya terjadi di sebelah selatan Benteng Rotterdam yang disebut dengan Kampung Baru. Sekarang wilayahnya termasuk Jalan Somba Opu, Jalan Pattimura, Jalan Samiun, Jalan Wahab Tarruf, Jalan Andi Makkasau, Jalan Bau Massepe dan Jalan Haji Bora. Bagian ini berkembang belakangan oleh karena itu dinamakan Kampung Baru. Kampung Baru dihuni oleh orang-orang Asia yang bekerja sama dengan kompeni beragama kristen, atau lebih dikenal dengan sebutan Mardijkers atau “Maradekayya”, sebutan masyarakat lokal.

Pengelompokan penduduk pada masa akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18 sangat jelas. Egosentris suku, bangsa atau kepentingan sosial ekonomi membentuk mosaik, kelompok-kelompok penduduk dan pola ruang Kota Makassar (Anonim, 1992b; 19). Kondisi ini hingga sekarang dapat diamati terutama dari nama-nama kampungnya (toponim) seperti Kampung Melayu, Kampung Wajo, Kampung Baru dan Maradekayya.

@Nandarkeo – pemerhati sejarah

Perkembangan Kota Makassar Abad 18-19

· · in Sejarah Budaya. ·

Peta 2. Fort Rotterdam dan sekitarnya pada awal abad ke-19. Sumber: Yulianto Sumalyo, 1999

Ini adalah tulisan kedua tentang sejarah perkembangan arsitektur kota Makassar. Kali ini penulis akan bercerita tentang perkembangan kota Makassar pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19. Tulisan pertama dapat disimak di sini. [m0k].

Struktur kota dan bangunan-bangunan penting di Kota Makassar sekitar awal abad ke-19 dapat dilihat pada peta 2. Pemerintah Belanda telah membangun sarana berupa Lapangan Koningsplein yang sekarang bernama Lapangan Karebosi. Secara geografis Koningsplein terletak di tengah-tengah kota menjadi lapangan luas hingga depan Rumah Sakit Pelamonia sekarang.


Bagian selatan Koningsplein yang dipotong oleh Jalan Ince Nurdin, digunakan untuk Schietterrein Voor Infanterie atau lapangan tembak infantri. Daerah sebelah timurnya atau sekarang di sekitar rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Jenderal Sudirman, digunakan untuk lapangan tembak artileri 

Di sisi utara Koningsplein, terdapat tiga bangunan yang dapat mengungkapkan ciri sistem pemerintahan Belanda yaitu unsur eksekutif dan yudikatif, yaitu gedung Stadhuis (Balai Kota), Gevangnis (penjara) dan Gerechtsplaats (pengadilan) (Anonim, 1992b; 26). Kini, lahan bekas ketiga bangunan tersebut menjadi bangunan pertokoan (sekitar Jalan Irian).

Peta 2 menunjukkan pula sebuah sekolah bernama Schoolgebouw, di jalan yang sekarang bernama Jalan Balai Kota dan gedung pertemuan milik Club Soranus di sisi selatan Koningsplein, tepatnya di jalan yang sekarang bernama Jalan Kajaolalido. Schoolgebouw, diganti dengan bangunan baru yang bernama Sekolah Frater, dibangun pada tahun 1934 sedangkan lahan bekas gedung Club Soranus, kini berdiri gedung perkantoran.

Hingga awal abad ke-19, struktur Kota Makassar tidak banyak berubah. Sekitar Benteng Rotterdam menjadi lingkungan Belanda yang eksklusif. Vlaardingen keadaannya semakin baik dengan bangunan yang sebagian besar dari batu. Sementara Kampung Baru, Kampong Melayu dan daerah pinggiran kota kebanyakan terdiri dari bangunan yang terbuat dari bambu sehingga menjadi lingkungan permukiman dengan keadaan yang kurang baik (lihat Peta 3).

Di awal abad ke-18 hingga Akhir Abad ke-19, keadaan politik di Kota Makassar mulai aman. Perlahan, kehidupan dalam benteng ditinggalkan dan beralih ke luar benteng (extra muros), dengan memindahkan beberapa unitbangunan ke luar benteng. Diantaranya membangun kediaman gubernur Belanda pada tahun 1885 dan Gereja Protestan Immanuel tahun 1885 di bagian timur Benteng Rotterdam. Gereja masih berfungsi awal sedangkan kediaman Gubernur Belanda menjadi kantor Polisi Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Makassar yang sebagian besar bangunannya telah mengalami perubahan fisik
Di akhir abad ke-19, Pemerintah Belanda juga mendirikan beberapa bangunan penting diantaranya rumah sakit (sekarang bernama Rumah Sakit Pelamonia) di bagian tenggara Koningsplein, Oliefabrik atau pabrik minyak di Matjiniajo bagian utara Koningsplein, Ysfabriek atau pabrik es bernama Aurora dan Gasfabriek (pabrik gas) di sebelah timur Koningsplein (Sumalyo, 1999; 308). Kecuali rumah sakit, semuanya telah berganti menjadi kompleks pertokoan dan perumahan. Perombakan bangunan diperkirakan terjadi sekitar awal tahun 1990-an.
Pada fase berikutnya, Vlaardingen berkembang menjadi Kampung Cina (Pecinan), bangunannya berpola campuran Medieval dan Tionghoa dengan rumah-rumah berpagar tinggi, tanpa halaman depan. Beberapa bukti peninggalannya adalah Vihara Ibu Agung Bahari/Thian Ho Kong (1738) yang terletak di Jalan Sulawesi. Vihara ini hancur akibat kerusuhan di tahun 1997 dan hanya menyisakan pintu utama. Bangunan lain yang masih bertahan adalah Rumah Abu Famili Nio (pertengahan abad ke-18), Klenteng Kwan Kong (1810-an), Klenteng Siang Ma Kiang (1860), rumah leluhur Marga Thoeng dan rumah abu Thoeng Abadi (1898). Adapun lahan kompleks pekuburan Cina di utara kompleks kuburan Belanda, kini berdiri Makassar Mall.

Sarana penting juga dibangun bagi penduduk lokal, diantaranya pelabuhan rakyat di utara kota yang disebut dengan Paotere. Dekat dengan Paotere sebuah bangunan tempat tinggal didirikan dan disebut dengan Landhuis Patingaloang yang tidak ditemukan lagi bekasnya. Hingga kini Paotere menjadi pelabuhan rakyat dan tempat pelelangan ikan bagi nelayan dari berbagai daerah di sekitar Kota Makassar.

Selain pemukiman bagi orang Belanda, pemukiman bagi orang-orang pribumi juga berkembang mengelilingi pusat kota diantaranya Oedjoeng Tanah (baca; ujung tanah), Wadjo, Bandang dan Matjiniajo (baca; macciniajo) yang terletak di bagian utara dan timur kota. Daerah Bontoala, Pattoenoewang (baca; pattunuang) dan Matjini berada di bagian timur kota, sedangkan Losari, Bassi dan Baroe (baca; baru) di bagian selatan kota. Kampong-kampong tersebut merupakan wilayah penyangga bagi Kota Makassar karena merupakan lahan pertanian penduduk pribumi (peta 4). Hingga kini, Pemukimaan orang-orang pribumi tersebut, tidak ditemukan lagi mengingat rumah mereka terbuat dari kayu yang mudah rapuh. Penggunaan bahan baku kayu, merupakan ciri khas rumah tradisional Bugis-Makassar.

Berkembangnya pemukiman bagi orang-orang Bugis di Kota Makassar seperti Bontoala tidak lepas dari sejarah dan kondisi politik pada masa itu. Saat Raja Bone, Arung Palakka bersama dengan Belanda berhasil menaklukkan Kerajaan Gowa-Tallo, Arung Palakka diberi satu daerah dalam wilayah Kota Makassar yang disebut Bontoala. Belanda memberi gelar kepada Arung Palakka sebagai “Koning der Buginezen”. Di Bontoala dibangun istana Arung Palakka menghadap ke Benteng Rotterdam yang dikelilingi oleh tembok keliling dan halaman yang cukup luas. Gerbang istana terletak di jalan yang sekarang bernama Jalan Masjid Raya (Mattulada, 1991;99), namun bekas istana ini tidak ditemukan lagi. Daerah Bontoala kemudian ramai didatangi oleh orang-orang Bugis utamanya dari Kerajaan Bone yang bermaksud tinggal dan menetap di Kota Makassar.

Begitu pula dengan Kampung Wajo, daerah ini merupakan daerah pemukiman bagi orang-orang Wajo yang datang ke Kota Makassar. Disebutkan Mattulada (1991), bahwa setelah Arung Palakka berhasil menguasai Kerajaan Wajo diadakanlah perjanjian perdamaian antara Belanda dan Kerajaan Wajo yang ditandatangani oleh kedua pihak di Benteng Rotterdam. Setelah perjanjian tersebut, orang-orang Wajo kemudian diberi tempat di utara Vlaardingen yang disebut dengan Kampong Wadjo (Mattulada, 1991; 101).

Pemerintah Belanda dalam membangun kota tidak hanya dari fisik saja namun juga memperhatikan penghijauan kota. Dibuatlah taman agar warga kota khususnya bangsa Eropa merasa berada di negeri sendiri. Taman-taman yang didirikan pada masa ini diantaranya Prins Hendrik Plein di utara Benteng Rotterdam (peta 2) dan Kerkplein di timur Benteng Rotterdam. Di sisi timur Prins Hendrik Plein terdapat Juliana Park dilengkapi dengan muziekkoppel (gardu musik) dan sebuah tugu peringatan (Anonim, 1992b; 30). Tugu yang benama Celebes Monument tersebut sekarang berada di pekarangan Benteng Rotterdam.
Di atas Prins Hendrik Plein sekarang berdiri Kantor Radio Republik Indonesia (RRI) yang sebelumnya menggunakan rumah kediaman Haji Lala di Jalan Penghibur. Sebagian besar lahan bekas Kerk Plein dibangun perkantoran sedangkan di Juliana Park kini berdiri gedung eks Bank Duta.

Taman-taman dibuat sebagai salah satu langkah pemerintah Belanda untuk mengatasi suhu di daerah ini yang cukup panas. Kini taman-taman tersebut telah hilang, menyebabkan suhu Kota Makassar terasa menyengat. Lebih jelasnya, sebaran bangunan kolonial pada periode ini dapat dilihat pada peta 2.

@Nandarkeo ( pemerhati sejarah)

Benteng Somba Opu

Meriam yang ada di depan Museum Karaeng Pattingaloang
Lokasi : Jl Daeng Tata Kelurahan Somba Opu Kecamatan Barombong. Benteng yang berbentuk persegi empat ini memiliki luas 1.500 hektar dan dipagari dengan dinding tebal. Benteng ini dibangun pada abad ke-XV oleh Raja Gowa ke-X Tunipallangga (1548-1566) ini dibangun untuk membentengi kompleks Kerajaan Gowa. Pada pertengahan abad ke-17 benteng ini diratakan dengan tanah oleh VOC bersama sekutunya (24 Juni 1669) dalam Perang Makassar. Namun sejak tahun 1980, BSO ditemukan kembali dan akhirnya direnovasi dan diberikan rumah-rumah adat khas Sulawesi Selatan. Jadi, seperti berasa di dalam Taman Mini Indonesia Indah ala Sulawesi Selatan.