Minggu, 30 September 2012

Asal Mula Kue Bulan / Tiong Cu Pia


Kue bulan atau kue Tiong Ciu Pia adalah penganan tradisional Tionghoa yang menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim Gugur setiap tahunnya. Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkian-nya, gwee pia atau Tiong Chiu Pia.

Asal mula 中秋節 Hari Raya Zhong Qiu {Hok Kian : Tiong Ciu}, disebut juga sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, adalah karena dirayakan pada pertengahan musim gugur, di mana pada waktu ini para petani baru ada suasana hati yang lega dan santai, untuk merayakan hasil panen yang berlimpah. 

Perayaan Tiong Ciu sudah mulai dilakukan pada tahun ke-2 masa Kaisar 秦始皇 Qin Shi Huang [Dinasti Qin = 221 – 206 SM], penanggalan Imlek bulan 8 tanggal 15. Pada hari tersebut Kaisar Qin Shi Huang berkumpul bersama dengan penduduk desa di Wu Kao Shan. Pada malam harinya semua orang menikmati pemandangan indahnya bulan di langit yang terang dengan sangat gembira, sambil bernyanyi-nyanyi dan sambil minum arak.

Pada masa Dinasti Tang [618-907 M], Hari Raya Tiong Ciu ditetapkan sebagai malam bulan purnama. Pada waktu itu ada syair yang berbunyi: “1 tahun ada 12 X bulan purnama, tapi yang paling bulat dan yang paling indah dilihat, yaitu bulan purnama di Hari Raya Tiong Ciu

Pada masa Dinasti Song [960-1279 M], Perayaan Kue Bulan baru mulai terkenal di kalangan rakyat banyak. Setiap penanggalan Imlek tanggal 15 bulan 8, semua orang menikmati indahnya pemandangan bulan purnama sambil makan kue-kue.

Orang zaman dulu membagi Hari Raya Zhong Qiu menjadi 3 bagian:
  1. Imlek tanggal 14 bulan 8 : disebut 迎月會Ying Yue Hui, pesta menyambut kedatangan bulan purnama.
  2. Imlek tanggal 15 bulan 8 : disebut 賞月會 Shang Yue Hui, pesta menikmati pemandangan bulan purnama.
  3. Imlek tanggal 16 bulan 8 : disebut 追月會 Zui Yue Hui, pesta mengejar bulan purnama.
Namun pada masa Dinasti Yuan (1271-1368 M), Festival Zhong Qiu baru memiliki makna cinta Negara. Ada sebuah buku yang berjudul 浪跡叢談 Lang Ji Cong Tan, ada mencatat peristiwa sebagai berikut: Pada masa akhir Dinasti Yuan, ada seorang tua dari Dinasti Song, pada beberapa hari sebelum Hari Raya Zhong Qiu, menyebarkan desas-desus kemana-mana: Makanlah kue bulan pada Hari Raya Zhong Qiu, dengan demikian dapat terhindar dari wabah menular !

Oleh karena ini, orang yang membeli dan memakan kue bulan sangat banyak. Maka, orang-orang yang setia kepada Negara Song bertekad untuk menggulingkan Dinasti Yuan (orang Mongol) dan memulihkan kekuasaan Dinasti Song. Kemudian mereka secara khusus membuat sangat banyak kue bulan, di mana di dalam kue tersebut diselipkan secarik kertas yang bertuliskan: Bunuh Mongolia pada malam Tahun Baru Imlek !

4 (empat) bulan kemudian, Dinasti Yuan berhasil digulingkan oleh 朱元璋 Zhu Yuan Zhang yang kemudian naik tahta menjadi Kaisar dan bergelar 明太朱 Ming Tai Zhu. Kemudian Ming Tai Zhu menjadikan kue bulan sebagai Peringatan Mendirikan Negara [Dinasti Ming = 1368 – 1644 M], dan menjadikan Hari Raya Zhong Qiu sebagai Hari Raya memulihkan kekuasaan Negara.

Pertengahan Musim Gugur merupakan musim untuk berkumpul kembali bersama keluarga, disebut juga Bulan Yang Bulat Sempurna 月圓 (Yue Yuan), keluargapun berkumpul bersama 人圓 (Ren Yuan).
Festival Kue Bulan, tak terduga ternyata memiliki demikian banyak cerita. Orang zaman dulu melihat bulan yang terang di atas langit, bulat bundar dan berwarna kuning, merasa sangat indah, lalu membuat sebagai kue untuk dimakan, di luar dugaan menimbulkan banyak kisah yang menarik.

Kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan.
Setiap tanggal 15 bulan ke-8 , penanggalan Cina, masyarakat Cina merayakan upacara bulan purnama yang disebut Zhong Qiu Jie. Saat itu bulan akan bulat penuh dan bersinar terang. Nah, di waktu ini pulalah masyarakat Cina yang masih memegang tradisi, mengadakan sembahyang Tiong Ciu Phia. Sesuai dengan namanya persembahan yang digunakan saat upacara sembahyangan itu adalah kue tiong ciu phia. Masyarakat kita lebih mengenalnya sebagai kue bulan.

Sembahyang yang menurut penanggalan internasional bakal jatuh 15 September itu, ditujukan kepada para dewa dewi, terutama Dewi Bulan.

Ada beberapa legenda yang melatar-belakangi mengapa Sang Dewi Bulan harus mendapat persembahan kue khusus ini.

Masyarakat Cina menyantap dan membagikan kue ini sebagai tanda syukur terhadap rejeki yang mereka terima sepanjang tahun ini. Dibalik rasa dan penampilannya yang manis, kue ini ternyata menyimpan cerita yang menarik. Versinya pun banyak sekali, hampir semuanya mengandung nilai filsafat yang tinggi.

Versi Raja Ho Le
 
Raja Ho Le adalah seorang raja yang tamak dan senang memperkaya diri sendiri. Rakyatnya sangat menderita, apalagi saat sang raja memerintahkan tabib istana agar membuatkan dia obat untuk memperpanjang umur. Ratu Jango sang permaisuri tidak setuju dengan permintaan sang suami, maka dicurilah ramuan obat tersebut kemudian diminumnya. Beberapa saat setelah meminum ramuan tersebut, ratu Jango menghilang dan muncul dalam mimpi seorang suhu. Lewat mimpi tersebut sang ratu mengatakan bahwa dirinya sekarang telah bersemayam di bulan dan menyebut dirinya Dewi Bulan. Sejak saat itu setiap tahun menurut kalendar Cina, masyarakat Cina selalu memperingati perjuangan ratu Jango dalam menyelamatkan masyarakat dari ketamakan Raja Ho Le.

Versi perjuangan prajurit Cina
Kue bulan bermula ketika cina dibawah penjajahan Mongolia. Pada akhir rejim mereka, pemerintahan sangatlah buruk. Raja hidup berhura-hura, padahal rakyat mereka penuh penderitaan. Saat keadaan ekonomi negara kacau, ada beberapa aktivis menyerukan revolusi. Sebuah revolusi direncanakan. Namum, karena pengawasan yang ketat dari pemerintahan mongolia, pesan dan surat dari para pemberontak tidak mungkin disebarkan. Akhirnya seorang aktivis bernama Chu Yuen-chang, dan deputi seniornya, Liu Po-wen memperkenalkan sejenis makanan yang disebut “kue bulan”. Ia mengatakan dengan memakan kue bulan saat festival terang bulan (Chung Chiu festival) akan menjaga mereka dari penyakit dan segera terbebas dari krisis. Liu berpakaian sebagai pendeta Tao membawa dan membagikan kue bulan penduduk-penduduk kota.

Saat Chung Chiu festival tiba, rakyat membuka kue bulan dan mereka menemukan secarik kertas dalam kue, “habisi orang-orang tartar tanggal 15 pada bulan ke delapan”. Sebagai hasilnya semua rakyat bangkit berevolusi melawan pemerintahan Mongolia dan mereka berhasil !!!. Sejak saat itu kue bulan menjadi salah satu makanan tradisional saat terang bulan.

Versi Hou Yi dan Chang-E
Jaman dahulu kala, dilangit terdapat 10 matahari menghangatkan langit. Selama musim panas, Kesepuluh matahari bersinar sangat terik, yang mengakibatkan kekeringan dimana-mana. Pohon-pohon pada mati. Kehidupan menjadi sangat sulit untuk kaisar dan rakyatnya

Sang Kaisar kemudian memanggil pemanah terkenal yang dapat memanah sangat jauh dengan ketepatan tinggi. Kaisar memerintahkan Hou Yi untuk memanah sembilan dari sepuluh matahari dari langit. Dengan menggunakan kesembilan panah saktinya, pemanah ini berhasil memanah kesembilan matahari dan musim panas menjadi normal kembali. Rakyat menjadi sejahtera kembali.

Kaisar menghadiahkan Hou Yi dengan uang dan perhiasan yang banyak. Hou Yi menggambil uang tersebut untuk menikahi wanita yang sangat ia cintai Chang Oh. Pernikahan ini sangat meriah dan keluarga dari Hou Yi dan Chang Oh sangat bahagia. Kemudian Kaisar memanggil kembali Hou Yi untuk membangun sebuah istana baru. Hou Yi bukan saja seorang pemanah terhebat, ia juga arsitek terbaik kaisar. Istana yang paling indah dan besar dibangun, didekorasi penuh emas permata dan diisi dengan sutra dan kerajinan tangan yang sangat indah.

Kaisar sangat kagum dengan Kehebatan Hou Yi. Kali ini, Kaisar memilih untuk tidak menghadiahkan Hou Yi emas permata, melainkan ia menghadiahkan Hou Yi botol kecil yang berisi elixir keabadian. Kaisar memperingatkan Hou Yi agar berhati-hati untuk tidak meminum keseluruhan isi botol, melainkan dibagi bersama istrinya Chang Oh.

Hou Yi berlari segera kerumah untuk membagi hadiahnya bersama Chang Oh. Chang Oh begitu gembira, dan langsung meminum keseluruh isi elixir keabadian. Setelah menelan elixir tersebut, kepalanya berputar dengan cepat dan iapun terjatuh. Tiba-tiba badannya menjadi sangat ringan dan ia mulai melayang kelangit! iapun menjadi sangat frustasi dan berpeganggan terhadap apa saja yang ia dapat raih, kursi, tumbuhan, bahkan suaminya yang dapat mencegahnya melayang. Terakhir ia memegang kandang kelinci yang berisi kelinci putihnya. Hou Yi berteriak dengan putus asa melihat istrinya yang cantik Chang Oh melayang kebulan.

Chang Oh terjebak dibulan untuk hidup selamanya tanpa suaminya, ia hanya ditemani kelinci putihnya. Hanya satu keajaiban muncul yaitu jembatan bulan muncul malam hari, setahun sekali, saat bulan kedelapan lunar kalender, yaitu sekitar bulan September dan Oktober. Jembatan itu menghubungkan Bulan dan Bumi. Selama malam itu Chang Oh dan Hou Yi kembali bersama untuk waktu yang singkat akan kebahagiaan. (This history is came from Colette Chooey)

Sebagai lambang kerja keras
Biasanya dirayakan oleh keluarga petani pada pertengahan musim gugur. Selain sebagai perayaan yang melambangkan hasil akhir dari kerja keras selama setahun di ladang, perayaan ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun Dewa Bumi. Para keluarga petani menunjukkan rasa terima kasih mereka pada Dewa Bumi dan Tuhan yang dilambangkan dengan bulan.

Tiong Ciu Pia Taste to Celebrate Moon Cake Festival

Tiong Ciu Pia Taste to Celebrate Moon Cake Festival
 
Tiong Ciu Pia is a traditional cake which is famous to Chinese people to celebrate Moon Cake Festival. In the moon cake festival 2012, the Shangri-La Hotel Surabaya, Indonesia presents nine flavors of Tiong Ciu Pia.

Tiong Ciu Pia is a traditional cake which are famous in Chinese people to celebrate Full Moon Cake Festival.

Every 15th day of the 8th month in the Chinese calendar is celebrated as the Moon Cake Festival. Celebrated by all citizens of Chinese descent in the world. In 2012 these Moon Cake Festival falls on September 30th, 2012. This moment is also awaited by Indonesian Chinese descent who are still running tradition of trust in which the full moon day, The full Moon Goddess will appear and reveal itself.

Pagelaran Festival Lampion dan Kue Bulan 2012 di Makassar

Panggung Utama Pagelaran Festival Lampion dan Kue Bulan 2012 Makassar
Pagelaran Festival Lampion dan Kue Bulan ( Zhon Qiu Jie / Tiong Ciu Pia ) Makassar 29 - 30 September 2012 untuk memeriahkan Zhon Qiu Jie atau Hari Makan Kue Bulan ( Zhon Qiu Jie / Tiong Ciu Pia ) sedunia.

Warga Tionghoa memperingati ( Zhon Qiu Jie / Tiong Ciu Pia ) setiap 15 bulan kedelapan 2563 Imlek Minggu 30 September 2012.
  
Pagelaran Festival Lampion dan Kue Bulan ( Zhon Qiu Jie / Tiong Ciu Pia ), digelar oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo bekerja sama BRI Syariah, Pemuda Buddhist Girinaga, Tribun Timur, dan stand yang menjajakan makanan khas tradisional Makassar maupun Tionghoa.

Pagelaran Festival Lampion dan Kue Bulan ( Zhon Qiu Jie / Tiong Ciu Pia ) panitia penyelenggara menyediakan dua panggung; panggung utama terletak di depan kantor Perkumpulan Hainan Makassar menyajikan tarian khas Mandarin dan Bugis Makassar. Dan panggung hiburan tak jauh dari dari panggung utama.

Pagelaran Festival Lampion dan Kue Bulan ( Zhon Qiu Jie / Tiong Ciu Pia ) dihadiri Walikota Makassar, Ir Ilham Arief Sirajuddin, MM, Sehabis memberi sambutan beliau bernyanyi. 

Tujuan dari Pagelaran Festival Lampion dan Kue Bulan ( Zhon Qiu Jie / Tiong Ciu Pia ), untuk memberi alternatif hiburan bagi warga Makassar, memperkenalkan seni budaya warga Tionghoa, dan menarik kunjungan wisatawan ke kota Makassar.

Jumat, 28 September 2012

IKRAR KAUL KEKAL

6 Enam Frater CMM Conggregatio Beatae Mariae Virginis Matris Misericordiae Gereja Roh Kudus Tomohon, Sulawesi Utara mengucapkan Ikrar Kaul Kekal 

















Saat-saat yang menegangkan membatalkan atau melanjutkan niat mengucapkan Ikrar Kaul Kekal


Proficiat buat Para Frater CMM yang baru mengucupkan Ikrar Kaul Kekal, semoga tetap setia

Sumber : Koleksi foto Beatrix Lenak

Look who's stalking

Mau tahu siapa yang melihat profil Facebook anda ?

Salah satu hal yang membedakan dan mungkin menjadi penyebab keberhasilan Facebook dibandingkan Friendster adalah penghargaan terhadap privasi. Selain banyaknya iklan-iklan yang sangat mengganggu penggunanya, Friendster bukan juga memperbolehkan monitoring atas kegiatan user Friendster lain jika melihat akun anda. Malahan Friendster memperkenalkan fitur "Who's viewed Me" di bulan September 2005 yang memberikan informasi siapa saja yang melihat profil Friendster anda dan lebih parahnya lagi fitur ini diaktifkan secara default. Bagi sebagian orang mungkin hal ini menarik, khususnya peminat situs kencan atau situs pencarian jodoh untuk mengetahui siapa saja yang mengunjungi dan melihat-lihat profilnya. Tetapi hal ini jelas merupakan pelanggaran privasi pengunjung profil dan akan menimbulkan keengganan pengguna layanan untuk diketahui aktivitasnya. Sebaliknya, Facebook bukan saja tidak mendukung aktivitas identifikasi aktivitas akun orang lain sekalipun ia mengunjungi profil anda, tetapi jelas-jelas melarang hal ini dan tidak memberikan izin akses pada databasenya untuk kegiatan ini, malahan sebaliknya mengancam siapapun yang membuat aplikasi (apps) monitoring aktivitas monitoring akun orang lain akan diblokir. Banyak apps yang sudah mengalami nasib diblokir oleh Facebook, salah satunya adalah fancheckhttp://apps.facebook.com/fancheck/

Dasar Pemikiran
Dalam kebijakannya, Facebook jelas-jelas mengatakan bahwa Facebook tidak menyediakan fungsi untuk melacak siapa yang melihat profil, timeline atau foto anda. Aplikasi pihak ke 3 (apps) juga tidak akan bisa menyediakan fungsi ini dan jika ada aplikasi yang mengklaim bisa melakukan kegiatan ini akan dihapus dari apps Facebook karena melanggar kebijakan Facebook karena melakukan pembohongan pada pengguna. (lihat gambar 1)
Gambar 1, Facebook tidak menyediakan fungsi melacak siapa yang melihat profil anda.
Jika anda bertanya-tanya, mengapa Facebook tidak memperbolehkan kita mengetahui siapa saja yang berkunjung ke profil kita, padahal profil tersebut adalah milik kita jawabannya cukup simple, Facebook memperbolehkan pemilik profil untuk menentukan siapa yang boleh melihat profilnya, apakah profil tersebut dapat dilihat oleh umum, teman atau dirinya sendiri saja. Jika anda tidak ingin profil Facebook anda dilihat oleh umum, anda bisa melakukan setting pada [Custom Privacy] di pilihan [Privacy Settings] dan anda bisa menentukan apakah profil anda bisa dilihat oleh [Public], [Friends], [Friends of Friends], [Specific People or Lists] atau [Only Me].
Sebaliknya, anda tidak dapat menentukan ketika anda hanya berkunjung ke profil teman anda dan tidak melakukan posting, like atau komentar, lalu tanpa sepengetahuan anda teman anda bisa mengetahui bahwa anda melakukan kunjungan ke profilnya. Kalau anda setuju, artinya anda sepaham dengan Facebook, jika anda tidak setuju dengan hal ini, mungkin anda dapat mempertimbangkan untuk menggunakan Friendster yang membolehkan hal ini.

Apps penipu
Dari saat awal popularitas Facebook, banyak aplikasi bermunculan dan melakukan klaim bisa melakukan hal ini. Sejak tahun 2009 hal ini sudah marak bermunculan dan sekalipun banyak aplikasi sudah dinonaktifkan oleh Facebook, tetapi selalu bermunculan aplikasi-aplikasi pengganti dan sampai hari ini apps tipuan yang serupa masih bermunculan dengan tambahan trik-trik baru.
Salah satu contoh tipuan awal yang muncul bertujuan untuk membuat FB group dengan anggota sebanyak mungkin dan pada masa kejayaannya FB group ini mampu mendulang anggota sampai jutaan (lihat gambar 2)

Gambar 2, Tipuan stalking apps yang banyak ditemukan pada tahun 2009
Patah tumbuh, hilang berganti. Ibarat kata pepatah maka aplikasi-aplikasi ini setiap kali diblokir oleh Facebook ia akan bermetamorfosis dan mencari nama dan teknik lain untuk mengelabui korbannya. Menurut pantauan Vaksincom, sampai bulan Agustus 2012 program stalking masih sangat marak dan memakan korban yang tidak main-main. Sampai jutaan penguna Facebook menjadi korban aplikasi stalking palsu ini. Semuanya memang tertarik ingin mengetahui siapa yang melihat profilnya, ada apps yang hanya tipu-tipu dan memburu "like" saja tanpa memberikan apps yang dimaksud. (lihat gambar 3) 

Gambar 3, Pages pemancing fans "Cara mengetahui siapa yang sering melihat profil kita" yang berburu "like" Facebook.
Namun ada apps yang lebih canggih yang berani memberikan informasi siapa saja kontak Facebook and ada yang melihat profil anda. Namun tentunya informasi yang diberikan adalah informasi palsu, meskipun memang diambil dari kontak anda. Dan tentunya apps ini melanggar ketentuan Facebook,namun hebatnya apps palsu ini mampu menjaring jutaan korbannya dan tetap aktif sampai saat artikel ini dibuat. 

Yang pertama adalah "Who visited your profile" dan "My Top Fans". Selain menampilkan kontak dari teman Facebook anda yang dipalsukan seolah-olah memang benar mereka melakukan kunjungan ke profil anda dan terdeteksi oleh apps ini, "My Top Fans" bahkan memiliki situs web sendiri yang beralamat di http://www.my-top-fans.com yang di daftarkan dari Canada melalui registrant Go Daddy.
Kehebatan kedua dari "My Top Fans" adalah cengkeramannya rupanya sudah sampai ke Indonesia dan teknik yang digunakan adalah memperkenalkan melalui Facebook Pages dengan nama "NEW VERSION!!! CARA MENGETAHUI SIAPA YANG MELIHAT FACEBOOK KITA" yang bertujuan mendapatkan "like" sebanyak mungkin dan kelihatannya cukup berhasil karena page ini berhasil mendapatkan "like" sebanyak 870.000. (lihat gambar 4) 


Gambar 4, Page lokal stalking baru yang memanfaatkan popularitas "My Top Fans"
Apps page "My Top Fans" sendiri mendapatkan like sebanyak 2,4 juta "like", mengalahkan FB Page Agnes Monica yang "hanya" mendapatkan 2,3 juta like. (lihat gambar 5) 
Gambar 5, Apps stalking palsu My Top Fans yang mendapatkan 2,4 juta like
Mengapa "My Top Fans" bisa berjaya mendapatkan 2,4 juta like ? Penyebabnya adalah kecerdikannya memberikan informasi seakan-akan memang benar apps-nya benar bisa mendeteksi siapa saja yang melihat profil anda, namun mereka bermain sangat cerdik dan tidak menampilkan Who's Viewing Your Profile, tetapi "your TOP fans" sehingga secara hukum tidak melanggar ketentuan Facebook. (lihat gambar 6) 

Gambar 6, Informasi penyesatan yang ditampilkan oleh My Top Fans
Keuntungan Stalking
Lalu apa motivasi pembuat apps stalking ini ? Tentunya untuk membuat satu apps Facebook ditambah dengan website seperti My Top Fans membutuhkan biaya dan tanpa ada model ekonomi yang baik, praktek seperti ini akan hilang cepat atau lambat. Namun stamina apps ini yang bisa bermetamorfosis sejak tahun 2009 sampai saat ini menunjukkan bahwa ada model bisnis yang baik dan mampu mempertahankan apps palsu ini untuk terus berubah setiap kali di tutup oleh Facebook. Salah satu keuntungan finansial yang didapatkan oleh apps palsu adalah keuntungan iklan seperti yang ditunjukkan dalam gambar 7 di bawah ini dimana pengguna apps akan diminta untuk mengisi survey dari glassdoor.com.

Gambar 7, Pembuat apps palsu mendapatkan keuntungan finansial dari survey dan iklan yang diakses oleh korbannya.
Jika anda sudah menjadi korban aplikasi Stalking ini, Vaksincom menyarankan anda untuk segera menghapus aplikasi ini dari Apps anda dari [Apps Settings].

Sumber :
PT. Vaksincom

Kamis, 27 September 2012

Latihan Rohani menurut St. Ignatius Loyola

Latihan Rohani (Spiritual Exercises) dari St. Ignatius dari Loyola menandai spiritualitas Katolik dengan memberikan semacam cara praktis untuk melakukan meditasi dalam kehidupan rohani bagi mereka yang ingin bertumbuh dalam kekudusan. Dalam karyanya, Spiritual Exercises (SE), St. Ignatius menjabarkan banyak cara untuk berdoa, namun yang paling berpengaruh dan paling dikenal adalah apa yang disampaikannya dalam Latihan Pertama (First Exercise- SE 45-54) di mana imajinasi, ingatan, pemahaman dan kehendak dikerahkan dalam meditasi, dan diakhiri dengan percakapan yang akrab dengan Tuhan (yang disebut colloquy). Dengan cara ini, semua kemampuan jiwa diarahkan untuk masuk ke dalam misteri iman agar misteri tersebut dapat tergabung di dalam kehidupan kita dan hati kita, dan dapat menghasilkan buah, yaitu membuat kita menjadi semakin menyerupai Kristus.

Langkah-langkah meditasi secara garis besar menurut St. Ignatius, adalah:

1. Langkah pendahuluan meditasi: 
A. Imajinasi 
  • Langkah pertama meditasi apapun selalu menyadari bahwa kita berada di dalam hadirat Allah, dan kita memohon kepada-Nya agar membantu kita melakukan meditasi dengan baik dan menghasilkan buah yang baik bagi pertumbuhan rohani kita; dan kita menyampaikan maksud hati yang murni untuk mengasihi dan melayani Dia dengan lebih baik dan mempersembahkannya untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar lagi.
  • Langkah kedua, adalah mendayakan imajinasi kita -yang seringnya juga menyebabkan pelanturan (distraction) saat berdoa- untuk menghadirkan sesuatu yang berhubungan dengan misteri yang ingin kita renungkan dalam doa meditasi itu. Maka, jika kita sedang memeditasikan kisah sengsara Tuhan Yesus, kita harus menggunakan imajinasi untuk membayangkan Kristus Tuhan di Taman Getsemani, di hadapan para ahli taurat, di hadapan Pilatus, pada saat memikul salib, dan ketika akhirnya Ia menyerahkan nyawa-Nya dan wafat bagi kita.
  • Langkah ketiga adalah untuk memohon kepada Tuhan rahmat khusus atau buah yang kita cari di dalam meditasi itu. Ketika kita sedang merenungkan tentang dosa, maka kita memohon agar kita dapat memperoleh rasa sesal yang mendalam, dan dukacita oleh karena dosa kita karena semua itu merupakan tindakan yang berlawanan dengan kasih kepada Allah dan sesama. Jika kita merenungkan kelahiran Tuhan Yesus, maka kita mohon agar memperoleh sukacita yang mendalam dan rasa syukur sebab Ia telah berkenan menjelma menjadi manusia. Jika kita merenungkan kisah sengsara Kristus, kita mohon agar kita dapat turut merasakan dukacita Kristus, yang rela menderita demi menebus dosa-dosa kita. Jika kita merenungkan tentang kebangkitan-Nya, kita mohon agar diberi suka cita yang besar atas kemenangan Kristus atas dosa dan maut.

B. Dayakan ingatan.
Berikutnya adalah dayakan ingatan akan suatu kejadian yang telah berlalu yang ingin kita pikirkan secara mendalam. Dapat saja berupa dosa Adam dan Hawa, atau bahkan dosa-dosa saya sendiri. Atau dapat pula kejadian-kejadian yang ada dalam Injil.

C. Renungkanlah
Setelah kita mendayakan ingatan kita akan suatu kejadian tertentu, lalu ingatan itu mengarahkan pikiran kita untuk menghubungkannya dengan kasih Tuhan, belas kasih-Nya yang tak terbatas, pelanggaran dosa, rasa kurang berterima kasih, dukacita dan pengorbanan Kristus, dst. Kita dapat pula merenungkan tentang pikiran Kristus yang ada di dalam Hati-Nya, hasrat-Nya agar kita mau bekerja sama dengan-Nya dan agar kita dapat hidup kudus. Di samping itu, kita dapat pula merenungkan kelemahan kita, kecenderungan kita akan dosa tertentu, apa panggilan Tuhan terhadap hidup kita, bagaimana caranya untuk melayani Tuhan dengan lebih baik, bagaimana untuk menghindari dosa dan bertumbuh dalam kebajikan.

Renungan ini dapat mendorong kita untuk mengungkapkan kasih kepada Allah, pertobatan, penyesalan, ketetapan hati ataupun resolusi untuk mengubah diri ke arah yang baik, ataupun persembahan diri kepada Tuhan. Atau dapat juga hanya merupakan kontemplasi akan apa yang direnungkan. Sikap-sikap batin ini sangat berharga dalam meditasi.
 
D. Colloquy
Puncak meditasi adalah percakapan yang intim dan langsung dengan Tuhan, yang disebut oleh St Ignatius sebagai ‘colloquy‘ (SE 63). Doa adalah mengangkat hati kepada Tuhan. Bagian- bagian awal dari meditasi bertujuan untuk mempersiapkan kita membuat percakapan dengan Tuhan dengan akrab, dengan perasaan, pemahaman yang mendalam. Ini adalah saatnya memberikan diri dengan murah hati kepada Tuhan

St. Ignatius memberi contoh-contoh tentang colloquy yang mengakhiri periode meditasi (30-60 menit). Dalam Latihan Rohani tentang Dosa, colloquy dibuat di hadapan Kristus yang tersalib, yang kita bayangkan hadir di hadapan kita. St. Ignatius mengajarkan kita untuk mulai berkata-kata dengan Dia, dan bertanya kepada-Nya, bagaimana bahwa Ia yang adalah Sang Pencipta telah merendahkan diri begitu rupa sampai menjadi manusia, dan untuk menembus kekekalan menuju kematian di dalam waktu di dunia ini, agar dapat wafat demi menebus dosa-dosa kita. Kitapun harus bertanya pada diri sendiri: “Apa yang dapat kuperbuat untuk Kristus? Apakah yang sedang kuperbuat untuk Dia? Apakah yang harus kuperbuat untuk Kristus?” Ketika kupandang Kristus di dalam sengsara-Nya tergantung di salib, aku harus merenungkan apa yang hadir di pikiran saya tentang hal itu.”

Colloquy harus mendorong keakraban kita dengan Kristus, Allah Bapa, Roh Kudus dan Bunda Maria. Percakapan ini merupakan kesempatan untuk menyampaikan kasih kita kepada Tuhan, dan keinginan kita untuk melayani Dia dan berjalan bersama-Nya. Di dalam colloquy ini kita memohon rahmat untuk: 1) memperoleh pengetahuan dan kebencian akan dosa; 2) memahami ketidakteraturan dari perbuatan pelanggaran kita agar kita dapat memperbaikinya; 3) memperoleh pengetahuan tentang dunia sehingga kita dapat berjuang untuk membuang dari kita segala yang bersifat duniawi dan sia-sia.

2. Prinsip dan pondasi meditasi
Latihan rohani tersebut diawali dengan renungan akan tujuan akhir hidup kita (Spiritual Exercises 23): “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, dan melayani Tuhan, dan dengan demikian ia memperoleh keselamatan jiwanya. Dan segala sesuatu yang lain di dunia diciptakan untuk manusia dan bahwa mereka dapat membantunya untuk mencapai tujuan akhir yang untuknya manusia diciptakan. Dari sini, artinya, manusia harus mempergunakan hal-hal duniawi tersebut asalkan hal-hal tersebut dapat membantunya mencapai tujuan akhir-nya, dan ia harus membuang hal-hal tersebut sejauh itu menghalanginya untuk mencapai tujuan akhir. Untuk ini, adalah penting untuk membuat diri kita tidak terikat kepada semua hal yang diciptakan, di dalam segala sesuatu yang diperbolehkan menjadi pilihan bebas kita dan yang tidak dilarang; sehingga di pihak kita, kita tidak menginginkan kesehatan daripada penyakit, kekayaan daripada kemiskinan, penghormatan daripada penghinaan, umur panjang daripada umur pendek, sehingga di dalam segala sesuatu, hanya menginginkan dan memilih apa yang paling kondusif bagi kita untuk mencapai tujuan akhir yang untuknya kita diciptakan.” (Spiritual Exercises 23)

Di sini St. Ignatius mengajarkan: 1) keutamaan tujuan akhir di dalam setiap pengambilam keputusan; 2) kenyataan bahwa semua hal yang diciptakan adalah hanya merupakan sarana/ alat untuk mencapai tujuan akhir; 3) pentingnya melakukan discernment tentang penggunaan semua hal yang diciptakan; 4) sangat pentingnya ‘interior detachment‘ (ketidakterikatan dalam batin’ yang disebut juga ‘indifference‘) dari semua hal yang diciptakan (termasuk kesehatan, umur panjang, kekayaan, kehormatan, dst; dan 5) kita harus memilih sarana yang paling kondusif untuk mencapai tujuan akhir kita. Dengan kata lain, kita harus memilih apa yang dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar kepada Tuhan: ad majorem Dei gloriam. ‘Indifference‘ yang dimaksudkan oleh St. Ignatius adalah sikap batin untuk bertumbuh dalam kebijaksanaan adikodrati, yaitu kebajikan untuk memilih sarana/ cara yang terbaik demi mencapai tujuan akhir, dan juga karunia nasehat, yang olehnya kita membiarkan diri digerakkan oleh Allah untuk memilih sarana yang terbaik untuk mewujudkan rencana-Nya untuk menguduskan kita dan menyempurnakan kita dalam kasih.

3. Struktur Latihan Rohani yang diajarkan oleh St. Ignatius.
St. Ignatius membagi Latihan Rohani tersebut menjadi empat ‘minggu’. Ini bukan tujuh hari dalam seminggu, tetapi hanya menunjukkan tingkatan dalam perjalanan rohani dan komitmen yang sepenuh hati bagi pelayanan kepada Tuhan.

A. Minggu pertama: Meditasi tentang neraka
Untuk menggambar meditasi tentang neraka, baik jika kita membaca kutipan tulisan St Teresia dari Avila, Life (ch. 32): “Suatu ketika di dalam doa saya menemukan diri saya, tanpa saya ketahui bagaimana, di dalam keadaan di mana kelihatannya seperti di tengah neraka. Aku mengerti bahwa Allah menghendaki aku melihat di sana sebuah tempat yang disiapkan oleh setan-setan bagi saya, … yang dapat kuterima oleh karena dosa-dosaku…..Di sisi sana ada semacam cekungan di dinding …, di mana saya dimasukkan ke sana dan ditutup dengan rapat…. Aku merasakan api di jiwaku, yang tak kumengerti bagaimana mengungkapkannya…. Kesakitan tubuh yang paling tak tertahankan…. semua tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan jiwa yang merana….sebuah derita kesedihan yang begitu dalam dan dengan dukacita karena ditinggalkan. Sebab untuk mengatakan bahwa jiwa itu dicabut dari akarnya adalah terlalu kecil, sebab sepertinya ada sesuatu yang lain yang mengakhiri hidup kita; tapi di sini jiwa itu sendiri yang nampaknya memotong-motong dirinya sendiri, … terbakar dan hancur menjadi berkeping-keping…. Semuanya menyesakkan, dan tak ada terang, tapi semuanya hitam kelam. Aku tak mengerti bagaimana bisa terjadi, bahwa tanpa terang, semua dapat terlihat dengan pedih… Aku tak tahu bagaimana, tetapi aku mengerti bahwa itu adalah sebuah rahmat dan bahwa Tuhan menghendakiku untuk melihat dengan mata saya sendiri sebuah tempat yang darinya saya telah dibebaskan oleh karena belas kasihan-Nya.”

Maka fase ini adalah waktu untuk merenungkan di dalam hidup kita kasih Allah yang tidak terbatas bagi kita. Kita melihat bahwa tanggapan kita akan kasih Tuhan terhalang oleh dosa. Kita berjuang mengalahkan dosa, sebab kita tahu bahwa Allah ingin membebaskan kita dari segala sesuatu yang menghalangi tanggapan kasih kita kepada-Nya. Fase pertama ini berakhir dengan meditasi tentang panggilan Kristus untuk mengikuti Dia

B. Meditasi Minggu kedua: Meditasi Kristus sebagai Raja, Dua Standar, dan Tiga Klasifikasi Orang
Meditasi dan doa-doa dari minggu kedua ini mengajarkan bagaimana kita harus mengikuti Kristus sebagai murid-Nya. Di sini kita merenungkan perikop-perikop: Kelahiran Kristus dan Pembaptisan-Nya, khotbah di bukit, mukjizat-mukjizat penyembuhan-Nya dan pengajaran-Nya, membangkitkan Lazarus dari mati. St. Ignatius juga mengajarkan meditasi tentang Kristus sebagai Raja. Prinsip dan pondasi dari meditasi ini adalah untuk mengajarkan kita membuat semua pilihan demi mencapai tujuan akhir, yaitu mengasihi, memuji dan melayani Tuhan. Di sini St. Ignatius mengajarkan kita untuk membuat semua pilihan keputusan kita untuk melayani Kristus Raja yang mengatasi dunia demi kemuliaan Tuhan (SE 91-100). Selanjutnya, St. Ignatius juga mengajarkan meditasi tentang adanya Dua Standar yang berlawanan di dunia, yaitu standar iblis dan standar Kristus (SE 136-147). Meditasi Dua Standar ini dilanjutkan dengan meditasi tentang Tiga Klasifikasi Orang (149-157).

Di meditasi Tiga Klasifikasi orang ini kita merenungkan tiga orang yang memperoleh kekayaan besar dengan cara yang halal. Maka masalahnya bukan masalah dosa. Mereka memperoleh kekayaan ini tanpa memperhitungkan kemuliaan Tuhan ataupun kehendak-Nya. Namun melalui fase minggu kedua ini, ketiga orang itu menginginkan keselamatan jiwa dan damai dari Tuhan karena melaksanakan kehendak-Nya. Mereka telah meninggalkan dosa melalui tahap minggu pertama, dan kini mereka ingin mengetahui kehendak Tuhan bagi mereka. Setelah merenung, mereka mengakui bahwa mereka mempunyai keterikatan yang berlebihan terhadap kekayaan mereka. Namun terdapat tiga kemungkinan reaksi terhadap kesadaran tentang hal itu: 1) tipe orang yang pertama: ingin melepaskan keterikatan yang berlebihan ini, tetapi tidak berhasil karena tidak memilih satu saranapun untuk memeranginya; 2) tipe orang kedua: ingin melepaskan keterikatan yang berlebihan dan melakukan kehendak Tuhan, namun keinginan ini tidak murni, sebab mereka menghendaki Tuhan menyetujui kepemilikan harta mereka; mereka ingin agar kehendak Tuhan sesuai dengan kehendak mereka, bukannya benar- benar terbuka untuk menyesuaikan diri mereka dengan kehendak Tuhan; 3) tipe orang ketiga: melepaskan keterikatannya dengan harta miliknya, “Mereka menghendaki untuk mempertahankan ataupun melepaskannya [harta milik] semata-mata tergantung dari yang Tuhan gerakkan di dalam kehendak mereka, dan juga sesuai dengan apa yang mereka pandang menjadi lebih baik bagi pelayanan dan pujian bagi kemuliaan Ilahi.” ( Spiritual Exercises 155 ):

Jadi tujuan meditasi di fase ini adalah: 1) agar kita tidak tuli terhadap panggilan Kristus yang menghendaki kita bekerja bersama Dia, sehingga dengan berjerih payah bersama-Nya, kita dapat masuk pula dalam kemuliaan-Nya. 2) berkarya bersama Tuhan; 3) St. Ignatius mengajarkan hal yang lebih tinggi: yaitu mencapai semangat kebesaran jiwa/magnanimity, yaitu melalui pemberian diri ataupun pengorbanan diri yang total bagi kemuliaan Allah.

Maka menurut St. Ignatius, ketiga hal ini berhubungan dengan tiga tingkat kerendahan hati (SE 165-167): 1) kerendahan hati untuk taat kepada hukum Tuhan di atas segala sesuatu; 2) disposisi ketidakterikatan dengan hal-hal duniawi, kerendahan hati menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak Tuhan, seperti Bunda Maria, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”; membuang keterikatan terhadap dosa-dosa (bahkan dosa ringan sekalipun) yang disengaja; sehingga demi kasih kepada Tuhan, lebih baik memilih mati daripada dengan sengaja melakukan dosa, bahkan dosa yang ringan; 3) kerendahan hati untuk memilih jalan hidup yang dilalui Kristus sebagai jalan hidupnya sendiri.

Atas dasar ini, seseorang juga dapat memilih jalan hidup panggilan yang ingin ditempuhnya ( Spiritual Exercises 135, Spiritual Exercises 169-189), yang didasari oleh satu kesadaran bahwa jalan panggilan hidup ini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir. Ada dua cara yang diajarkan oleh St. Ignatius dalam memilih panggilan hidup:

1.Tiga kondisi yang dapat meyakinkan kita akan kehendak Tuhan dalam hidup kita:
1) Kondisi pertama, (ini jarang terjadi/ extraordinary) bahwa kita sudah dengan sangat yakin; inilah kehendak Tuhan bagi kita.
2) Kondisi kedua: kita sampai pada suatu kejelasan dan pengetahuan tentang apa yang harus kita pilih setelah melalui pengalaman konsolasi dan desolasi.
3) Kondisi ketiga (yang paling umum) adalah ketika kita merasakan damai sejahtera akan pilihan kita tersebut.

2. Empat pertimbangan lain untuk mengetahui kehendak Tuhan:
1) Periksalah, atas dasar kasih kepada siapa yang mendorong kita melakukan hal itu: apakah murni untuk kemuliaan Tuhan ataukah untuk kemuliaan diri kita sendiri.
2) Bayangkanlah jika ada seseorang datang kepada kita meminta saran/ bimbingan akan permasalahan yang sama ini, untuk memberikan kemuliaan yang lebih besar kepada Tuhan. Kita membayangkan apakah jawaban kita kepadanya, dan lalu terapkanlah jawaban itu kepada diri kita sendiri.


3) Pikirkan seandainya kita sedang dalam sakrat maut, pikirkan apa yang akan kita pilih pada saat itu sebelum kita memasuki kekekalan.
4) Pikirkan kita pada saat hari penghakiman, dan bagaimana kita berharap telah memutuskan tentang hal itu, agar mencapai pada pemenuhan hasrat batin dan sukacita pada saat penghakiman itu.

C. Meditasi Minggu ketiga (tentang Kisah Sengsara Yesus- Kontemplasi pertama)
Kita merenungkan Perjamuan Terakhir, kisah sengsara dan wafat Tuhan Yesus. Kita melihat bahwa penderitaan-Nya dan rahmat Ekaristi sebagai pernyataan kasih Allah yang paling sempurna.

St. Ignatius menjelaskan tentang rahmat Allah yang diperoleh di minggu ketiga ini mengarahkan kita kepada kontemplasi yang pertama: “Di sini saatnya memohon agar turut merasakan dukacita yang mendalam… karena Tuhan menjalani sengsara-Nya demi dosa-dosa saya.” (Spiritual Exercises 193). Selanjutnya, “Ingatlah betapa Ia menderita semua ini demi dosa-dosa saya… dan juga tanyakan [pada diri sendiri], Apakah yang harus kulakukan bagi-Nya?”.

Saat merenungkan kisah sengsara Tuhan Yesus, adalah layak jika kita memohon, “dukacita bersama Kristus yang berduka cita, hati yang hancur bersama dengan Kristus yang hancur, karunia air mata dan penderitaan batin karena besarnya penderitaan yang telah dipikul oleh Kristus demi aku.” (Spiritual Exercises 203)
.
D. Meditasi Minggu ke-empat: Kebangkitan Kristus dan penampakan Kristus setelah kebangkitan-Nya kepada Bunda Maria dan para murid-Nya ( Spiritual Exercises, 218-225)
“Di sini kita memohon rahmat untuk bersukacita dan bergembira dengan sangat oleh karena kemuliaan dan suka cita yang besar dari Kristus Tuhan kita.”(Spiritual Exercises, 221)

Setelah meng-kontemplasikan peristiwa-peristiwa mulia, kita merenungkan, “betapa keilahian, yang nampaknya tersembunyi sepanjang kisah sengsara Kristus, kini memperlihatkan diri dan menyatakan dirinya secara ajaib di dalam Kebangkitan-Nya yang kudus ini, melalui akibat-akibat-nya yang sejati dan terkudus.” (Spiritual Exercises, 223). Selanjutnya, kita merenungkan, “peran Sang Penghibur yang diutus oleh Kristus dan membandingkannya dengan cara sahabat saling menghibur.”

Pada minggu ke-empat ini kita mengalami penghiburan rohani yang mendalam dan sukacita, peluasan jiwa, dan persatuan yang erat dengan Yesus Kristus, yang menghibur kita dengan akrab. Penghiburan ini memperlengkapi kita untuk meneguhkan pilihan status panggilan hidup ataupun reformasi hidup yang telah dibuat di dalam latihan rohani ini. Sebab pengalaman damai sejahtera rohani yang mendalam merupakan tanda bahwa kita telah dengan benar melihat kehendak Allah bagi kita.

4. Doa di dalam Latihan Rohani
Terdapat dua macam bentuk doa yang diajarkan di Latihan Rohani, yaitu meditas dan kontemplasi. Di dalam meditasi, kita menggunakan pikiran. Kita merenungkan prinsip-prinsip dasar yang membimbing kehidupan kita. Kita berdoa dengan kata-kata, gambar dan ide-ide. Kontemplasi adalah lebih berupa perasaan daripada pikiran. Kontemplasi sering mencampur emosi dan menyalakan keinginan-keinginan yang mendalam. Di dalam kontemplasi, kita mengandalkan imajinasi kita untuk menempatkan diri kita di dalam “setting” peristiwa dalam Injil ataupun dalam kejadian yang diusulkan oleh St. Ignatius. Kita berdoa dengan Kitab Suci, bukan mempelajarinya.

Dengan meditasi dan kontemplasi ini, kita melakukan “discerment of spirits“/ pembedaan roh. Kita melihat pergerakan batin dan melihat ke mana pergerakan itu memimpin kita. Jika kita melakukannya secara rutin, kita akan terbantu dalam membuat keputusan dengan baik. St. Ignatius menekankan pentingnya pemeriksaan batin yang dilakukan secara teratur/ rutin di dalam kehidupan rohani. Jika kita melakukannya secara rutin, jiwa kita akan menyadari akan titik kelemahan kita, dan jika kita terus merenungkannya dan berjuang mengalahkan titik kelemahan itu, maka kita akan dapat memperoleh kebajikan yang menjadi lawan dari titik kelemahan tersebut. Untuk melawan kekurangan tertentu (misalnya, kesombongan, kemalasan, dst), St. Ignatius menyarankan diadakannya pemeriksaan batin dua kali sehari, agar kita dapat menelusuri perkembangan kita mengalahkan kelemahan kita itu.

Demikianlah sekilas tentang ringkasan Latihan Rohani (Spiritual Exercises) yang diajarkan oleh St. Ignatius dari Loyola. Penekanan yang diajarkannya adalah, agar kita dapat menjalankan kehidupan kita di dunia ini dengan mata hati terarah kepada tujuan akhir kita kelak bersama Tuhan di surga. Dengan demikian, dalam segala sesuatu hati kita terdorong untuk melakukan apapun yang dapat mendatangkan kemuliaan yang lebih besar kepada Tuhan: for the greater glory of God, ad majorem Dei gloriam!


Sumber :  Katolisitas

Rabu, 26 September 2012

Nilai Manusia dan Cincin Emas

Photo: Twitter : @BundaPenolong

Nilai Manusia dan Cincin Emas

Seorang pemuda mendatangi Zen-sei dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk tujuan lain?"

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya dan berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukanlah satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"

Melihat cincin Zen-sei yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."

"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil," kata guru

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.

Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zen-sei dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."

Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zen-sei dengan raut wajah yang lain dan berkata, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai cincin ini sesungguhnya. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping perak. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk melihatnya, dan itu membutuhkan proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas "

Semoga sekelumit cerita di atas dapat menambah kedalaman jiwa kita dalam memandang makna hidup dan kehidupan ini.

Tuhan memberkati....Seorang pemuda mendatangi Zen-sei dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk tujuan lain?"

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya dan berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukanlah satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"

Melihat cincin Zen-sei yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."

"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil," kata guru

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.

Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zen-sei dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."

Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zen-sei dengan raut wajah yang lain dan berkata, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai cincin ini sesungguhnya. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping perak. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk melihatnya, dan itu membutuhkan proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas "

Semoga sekelumit cerita di atas dapat menambah kedalaman jiwa kita dalam memandang makna hidup dan kehidupan ini.

Tuhan memberkati....

Selasa, 25 September 2012

Selamat Jalan Sahabat-ku Tedy Lay Nyan Tek

Selamat jalan sahabat, 

Tuhan lebih mengasihi dan mencintai-mu hingga kami relakan kepergian-mu kembali kepangkuan Bapa Allah Maha Kuasa di surga.


Segenap Pengurus Pusat dan Cabang, serta Alumni Ikatan Alumni SMA Katolik Rajawali Makassar merasa kehilangan dengan kepergianmu ke rumah Bapa u/ selamanya mendahului kami semuanya. 

RIP Tedy Lay Nyan Tek, teriring doa dikau beristirahat dengan tenang dan bahagia berada dipangkuan Bapa di Surga. Kami tetap mengenangmu sebagai salah satu alumnus terbaik SMA Katolik Rajawali Makassar. Kelak kita akan bertemu dalam perjamuan kudus di surga. 

Selamat jalan sahabat ... Tedy Lay Nyan Tek ...

Senin, 24 September 2012

DPR Turut Berduka Atas Meninggalnya Ondos

JAKARTA, PedomanNEWS - Kabar meninggalnya anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Theodorus Jacob Koekerist (Ondos) baru diketahui Ketua DPR RI Marzuki Alie pagi tadi. Bahkan, Marzuki yang mengaku usai memberikan materi perkuliahan, sempat menerka-nerka sosok Ondos. Namun, saat diperlihatkan foto Ondos oleh wartawan melalui foto di BlackBerry Messanger, Marzuki baru mengaku mengetahui. 

Marzuki menyampaikan rasa dukanya, karena telah kehilangan salah satu anggotanya di DPR. "Pertama, saya turut berduka dan baru mendengar itu. Atas nama pribadi dan dewan menyampaikan kepada keluarga Theodorus Jacob dan juga PDIP berbela sungkawa, karena yang bersangkutan telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Apapun sudah rencana Tuhan dan kita semua akan kembali kepadaNya. Semoga dapat menerima secara tabah. Semoga diampuni semua kesalahannya dan diterima seluruh amal dan perbuatannya, sesuai dengan kepercayaannya," papar Marzuki dengan raut sedih, gedung DPR Senayan, Jakarta, Senin (24/9). 

Diberitakan sebelumnya, anggota Dapil Jawa Timur 6, meninggal akibat kecelakaan saat mengendarai mobil di tol KM 29 Porong-Waru dan menabrak truk. Berikut Profil singkat Ondos: 

Nama lengkap : Ir. Theodorus Jacob Koekertis (Ondos)
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 9 Februari 1962
Agama : Katholik
Isteri : Maria Silabakti
Alamat rumah : Jalan Aster Blok F5/8 Sektor 1.5, Griyaloka, BSD, Tangerang Selatan
Riwayat Pendidikan: SD Frater Makassar 1974, SMP Frater Makassar 1977 SMA Katholik Makassar, 1981 ITB 1990 

Minggu, 23 September 2012

7 Kutipan Katolik Terbaik untuk Orang Muda Katolik (Paus Benediktus XVI)



“Teman-teman yang terkasih : jadilah [orang yang] hati-hati dan bijaksana, bangunlah kehidupanmu diatas fondasi yang kokoh yang adalah Kristus. Kebijaksanaan dan kehati-hatian akan membimbing langkahmu, tidak ada yang akan membuatmu takut dan damai akan memerintah di hatimu. Maka kamu akan terberkati dan berbahagia dan kebahagiaanmu akan mempengaruhi orang lain. Mereka akan penasaran apa rahasia kehidupanmu dan mereka akan menemukan bahwa batu karang yang menopang keseluruhan bangunan dan diatasnya terletak keseluruhan keberadaanmu, yang adalah pribadi Kristus, temanmu, saudara dan Tuhan, Putra Allah yang berinkarnasi, yang memberi makna bagi seluruh alam semesta.”

“Jadikan Kristus, Putra Allah, pusat kehidupanmu. Tapi ijinkan aku juga untuk mengingatkanmu bahwa mengikuti Yesus dalam iman berarti berjalan di sisi-Nya di dalam persekutuan dengan Gereja. Kita tidak bisa mengikuti Yesus menurut cara kita sendiri. Siapapun yang tergoda untuk melakukannya “dengan caranya sendiri” atau untuk mendekati kehidupan iman dengan semacam individualisme yang umum sekarang, tidak pernah akan sungguh menemui Yesus, atau akan berakhir dengan mengikuti Yesus yang palsu.

“Bertumbuh dalam persahabatan dengan Kristus harus berarti mengenali pentingnya partisipasi suka cita dalam kehidupan parokimu, komunitas dan gerakan, juga perayaan Misa Minggu, penerimaan Sakramen Tobat yang sering, dan pemeliharaan doa pribadi dan meditasi tentang sabda Allah. Persahabatan dengan Yesus juga akan menuntunmu untuk menjadi saksi iman dimanapun kamu berada, bahkan ketika kamu bertemu penolakan atau indiferens (sikap acuh tak acuh). Kita tidak bisa bertemu Kristus dan tidak ingin untuk membuatnya dikenal orang lain. Jadi jangan simpan Kristus untuk dirimu sendiri! Bagilah sukacita imanmu dengan orang lain. Dunia memerlukan kesaksian imanmu, dunia sungguh membutuhkan Allah.”

“Untuk menderita dengan orang lain dan untuk orang lain; utuk menderita demi kebenaran dan keadilan; untuk menderita karena kasih dan untuk menjadi orang yang sungguh mengasihi – ini adalah elemen-elemen fundamental kemanusiaan, dan mengabaikannya akan menghancurkan manusia sendiri” (ibid). Mari kita dengan antusias menyambut ajaran-ajaran ini dan melaksanakannya. Mari kita melihat Kristus, yang tergantung di kayu salib yang kasar, dan mari kita meminta Ia mengajari kita kebijaksanaan misterius Salib, yang olehnya manusia hidup. Salib bukan tanda kegagalan, tapi merupakan ekspresi pemberian diri dalam kasih yang memperluas bahkan kepada kurban tertinggi  dari kehidupan seseorang.”

“Jika kamu berdiam dalam kasih Kristus, berakar dalam iman, kamu akan menemukan, bahkan ditengah kemunduran dan penderitaan, sumber kebahagiaan dan sukacita sejati. Iman tidak bertentangan dengan tujuan akhirmu yang tertinggi, iman mengangkat dan menyempurnakannya. Orang muda yang terkasih, jangan puas dengan apapun kecuali Kebenaran dan Kasih, jangan puas dengan apapun selain daripada Kristus.”
“Siapapun yang telah menemukan Kristus harus menuntun yang lain kepada-Nya. Kegembiraan yang besar tidak bisa disimpan untuk diri sendiri. Ia harus diteruskan”

“Orang muda yang terkasih, jika kamu ingin menemukan dan hidup dengan setia bentuk kehidupan yang Tuhan panggil untuk tiap orang dari kamu, kamu harus tinggal dalam kasih-Nya sebagai teman-Nya. Dan bagaimana kita mempertahankan persahabatan kecuali melalui komunikasi yang sering, percakapan, berada bersama dalam keadaan baik dan buruk? Santa Teresa Yesus berkata bahwa doa adalah “komunikasi yang bersahabat, sering menghabiskan waktu sendirian dengan orang yang kita tahu bahwa Ia mencintai kita”

Kamis, 20 September 2012

APAKAH ORANG KATOLIK YANG BERDOA DI DEPAN PATUNG MENYEMBAH BERHALA?

Walaupun adakalanya umat Katolik berdoa di depan patung, umat Katolik tidak menyembah berhala. Jika umat Katolik menunjukkan sikap hormat di depan patung Tuhan Yesus, Bunda Maria ataupun para orang kudus lainnya, itu adalah karena umat Katolik menghormati pribadi yang digambarkan oleh patung tersebut. Penghormatan ini disebut dulia relatif, seperti yang sudah pernah diuraikan di link ini: http://katolisitas.org/6656/apa-itu-devosi-kepada-bunda-maria Contoh penghormatan ‘Dulia relatif‘ yaitu pada saat Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat patung ular dari tembaga yang dipasang di sebuah tiang, agar barang siapa yang memandang patung itu akan tetap hidup walaupun telah dipagut ular (Bil 21:8-9). Ular tembaga yang ditinggikan di tiang ini menjadi gambaran akan Yesus Kristus yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lihat Yoh 3:14). Tentu saat itu, orang Israel tidak menyembah berhala, sebab Allah-lah yang menyuruh mereka menghormati dengan ‘memandang ke atas’ ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu. Penghormatan dulia- relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat (kerub) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37). Di dalam tabut diletakkan roti manna (Kel 25:30), tongkat Harun (Bil 17:10) dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai ke tanah terjanji yang dipimpin oleh nabi Yosua. Kitab Yosua mencatat bahwa Yosua bersama- sama para tua- tua sujud ke tanah menghormati tabut Tuhan: “Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel….” (Yos 7:6). Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang nampak, yaitu kotak dengan patung malaikat (kerub) di atasnya, tetapi adalah Allah yang dilambangkan-Nya. Yosua dan para tua- tua Yahudi pada saat itu tidak menyembah berhala, Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya atas apa yang harus mereka perbuat terhadap Akhan, yang melanggar perintah-Nya.

Dengan demikian, larangan pembuatan patung dalam Perjanjian Lama (lih. Kel 20:4) berada dalam kesatuan dengan ayat sebelumnya (ayat 3) dan sesudahnya (ayat 5), yaitu bahwa Allah melarang umat-Nya membuat patung yang menyerupai apapun untuk disembah sebagai allah lain di hadapan-Nya. Namun jika tidak disembah, gambaran yang menyerupai sesuatu tidak dilarang Tuhan. Allah sendiri menyuruh membuat patung kerub/ malaikat untuk ditempatkan di tempat kudus-Nya (lih. Kel 25:1,18-20; 1Taw 28:18-19; 1Raj 6:23-35). Di Perjanjian Lama, Allah memang melarang umat-Nya menggambarkan Diri-Nya ke dalam bentuk patung, karena Ia sendiri belum menggambarkan Diri-Nya. Namun kemudian Allah sendiri memperbaharui ajaran ini, dengan menggambarkan Diri-Nya di dalam Kristus (lih. Kol 1:15); dengan demikian, manusia memperoleh gambaran akan Tuhan. Oleh karena itu penggambaran akan Kristus dalam bentuk patung, lukisan atau bahkan gambar dalam film kartun tidaklah melanggar perintah Allah, karena Allah telah terlebih dahulu menggambarkan Diri-Nya di dalam Kristus. Gambar/ patung itu tidak disembah, namun hanya dimaksudkan sebagai alat bantu untuk mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan.

Maka sikap hormat di hadapan patung/ gambar Tuhan Yesus, Bunda Maria atau para kudus lainnya bukan merupakan penyembahan berhala, sebab yang dihormati bukan patung itu sendiri melainkan pribadi yang dilambangkannya. Sejak abad awal gereja jemaat purba (katakomba) telah dihiasi oleh gambar- gambar rohani (Christian art), yang terlihat dari dinding- dinding gereja bawah tanah tersebut, yang antara lain ditemukan di abad ke-16 (31 Mei 1578, katakomba di Via Salaria). Adanya gambar Kristus Gembala yang baik, atau Kristus yang duduk di antara para orang kudus dan simbol- simbol serta ornamen lainnya (seperti daun palma, domba, salib, ikan, dst) juga nampak pada kubur batu (sarcophagi) umat Kristen. Kubur yang terkenal milik Julius Bassus (45-101), sudah dihiasi gambar- gambar peristiwa dalam Perjanjian Baru. Patung St. Hippolytus dan St. Petrus sudah dibuat di awal abad ke-3. Maka pandangan bahwa jemaat purba menolak semua gambar atau patung adalah pandangan yang keliru. Setelah jaman Kaisar Konstantin (306-307) memang terdapat perkembangan pesat dalam hal seni Kristiani, namun tidak ada perubahan prinsip di sini. Ornamen- ornamen di basilika merupakan perkembangan dari ornamen- ornamen di dinding katakomba; patung- patung di basilika dibuat lebih besar dan lebih indah daripada patung- patung di kubur batu/ sarcophagi.

Dasar Kitab Suci

  • Bil 21:8-9; Yoh 3:14: Dulia relatif: Allah memerintahkan Musa untuk membuat patung ular tembaga di sebuah tiang, yang menjadi gambaran Yesus yang ditinggikan di kayu salib
  • Kel 20 3-5: Larangan membuat patung untuk disembah sebagai allah lain
  • Kel 25:1,18-20; 1Taw 28:18-19; 1Raj 6:23-35, 7:23-26: Allah memerintahkan pembuatan patung kerub yang diletakkan di atas tabut perjanjian.
  • Yos 7:6: Yosua sujud sampai ke tanah di hadapan tabut perjanjian.
  • Yeh 41:17-18: ukiran gambar- gambar kerub/ malaikat dan pohon- pohon korma di ruang Bait Suci.

Dasar Tradisi Suci

  • Tertullian (160-220): “Adalah cukup bahwa Tuhan yang sama, sebagaimana dengan hukum melarang pembuatan patung yang menyerupai apapun, juga dengan perintah yang khusus, seperti dalam kasus ular tembaga [jaman Nabi Musa], memerintahkan untuk membuat patung [yang menyerupai ular].” (Tertullian, On Idolatry, chapt. 5)
  • St. Basilius Agung (330-379): “Penghormatan yang kita berikan kepada satu gambar mengacu kepada tokoh yang digambarkannya” (St. Basilius, De Spiritu Sancto. 18,45)
  • St. Ambrosius (397) menuliskan dalam suratnya bahwa suatu malam Rasul Paulus menampakkan diri kepadanya, dan St. Ambrosius mengenali Rasul Paulus dari kemiripan dengan gambar/ lukisan tentangnya (Ep. ii, in P.L., XVII, 821)
  • St. Agustinus (wafat 430) menyebutkan beberapa kali tentang lukisan Tuhan Yesus dan para orang kudus di gereja- gereja (lih. St. Agustinus, “De cons. Evang.”, x, in P.L., XXXIV, 1049; “Contra Faust. Man.”, xxii, 73, in P.L., XLII, 446); ia mengatakan bahwa beberapa orang bahkan menghormati lukisan- lukisan tersebut (“De mor. eccl. cath.“, xxxiv, P.L., XXXII, 1342).
  • St. Jerome (Hieronimus- wafat 420) menulis tentang gambar- gambar lukisan para Rasul dan ornamen- ornamen yang ada dalam gedung- gedung gereja.
  • St. Gregorius Agung (wafat 604). Ia menulis kepada Serenus dari Marseilles, Uskup Ikonoklas, yang telah merusak gambar-gambar di keuskupannya: “Bukannya tanpa alasan bahwa jemaat purba memperbolehkan kisah- kisah para kudus untuk dilukiskan di tempat- tempat kudus. Dan kami sungguh memuji anda sebab anda tidak memperbolehkan lukisan- lukisan itu untuk disembah, tetapi kami menyalahkan anda karena anda telah merusaknya. Sebab adalah satu hal tentang menyembah sebuah gambar, namun adalah hal lain tentang mempelajari dari apa yang nampak di gambar itu, tentang apa yang harus kita sembah. Apa yang ada di buku adalah untuk mereka yang dapat membaca, seperti halnya gambar bagi mereka yang tidak dapat membaca yang memandangnya; melalui gambar, bahkan mereka yang tidak terpelajar dapat melihat tentang contoh yang harus mereka ikuti; melalui gambar, mereka yang buta huruf dapat membaca…. (Ep. ix, 105, in P.L., LXXVII, 1027) Catatan: Kita mengetahui bahwa masalah ‘buta huruf’ baru dapat dikurangi secara signifikan di Eropa pada abad ke-12; bahkan untuk negara-negara Asia dan Afrika baru pada abad 19/20. Jadi tentu selama 12 abad, bahkan lebih, secara khusus, gambar-gambar dan patung mengambil peran untuk pengajaran iman, karena praktis, mayoritas orang di dunia pada saat itu tidak dapat membaca.

Dasar Magisterium

  • KGK 2129    Perintah Allah melarang tiap-tiap lukisan tentang Allah yang dibuat oleh tangan manusia. Buku Ulangan menjelaskan: “Karena kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari Tuhan berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api, hati- hatilah supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apa pun” (Ul 4:15-16). Allah yang transenden secara absolut telah menampakkan diri kepada Israel. “Dialah segala-galanya”, tetapi serentak pula “Ia adalah lebih besar daripada segala perbuatan-Nya” (Sir 43:27-28). Ia adalah “bapa keindahan” (Keb 13:3).
  • KGK 2130    Namun demikian, di dalam Perjanjian Lama, Allah sudah menyuruh dan mengizinkan pembuatan patung, yang sebagai lambang harus menunjuk kepada keselamatan dengan perantaraan Sabda yang menjadi manusia: sebagai contoh, ular tembaga (Bdk. Bil 21:4-9; Keb 16:5-14; Yoh 3:14-15), tabut perjanjian, dan kerub (Bdk. Kel 25:10-22; 1 Raj 6:23-28; 7:23-26).
  • KGK 2131    Berkenaan dengan misteri penjelmaan Sabda menjadi manusia, maka konsili ekumene ketujuh di Nisea tahun 787 membela penghormatan kepada ikon [gambar], yang menampilkan Kristus atau juga Bunda Allah, para malaikat dan para kudus, melawan kelompok ikonoklas. Dengan penjelmaan menjadi manusia, Putera Allah membuka satu “tata gambar” yang baru.
  • KGK 2132    Penghormatan Kristen terhadap gambar tidak bertentangan dengan perintah pertama, yang melarang patung berhala. Karena “penghormatan yang kita berikan kepada satu gambar menyangkut gambar asli di baliknya” (Basilius, Spir. 18,45), dan “siapa yang menghormati gambar, menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya” (Konsili Nisea 11: DS 601, Bdk.Konsili Trente: DS 1821-1825; SC 126; LG 67). Penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar adalah satu “penghormatan yang khidmat”, bukan penyembahan; penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah.
    “Penghormatan kepada Allah tidak diberikan kepada gambar sebagai benda, tetapi hanya sejauh mereka itu gambar-gambar, yang mengantar kepada Allah yang menjadi manusia. Gerakan yang mengarahkan ke gambar sebagai gambar, tidak tinggal di dalam ini, tetapi mengarah kepada Dia, yang dilukiskan di dalam gambar itu” (Tomas Aquinas., S.Th. 2-2,81,3, ad 3).

Pandangan Martin Luther tentang penggunaan patung/ lukisan

  • “Seseorang tidak dapat memahami hal- hal spiritual kecuali jika gambar- gambar dibuat tentang mereka.” (Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, (translation by William J Cole) 46, p. 308)
  • “Tidak ada yang lain yang dapat disimpulkan dari perkataan: “Jangan kamu mempunyai allah- allah lain di hadapan-Ku”, kecuali apa yang berkaitan dengan berhala. Tetapi gambar- gambar ataupun patung-patung dibuat tanpa berhala, pembuatan benda- benda tersebut tidak dilarang.” (Martin Luther, ibid., 18, p. 69)
“Kalau saya telah melukis gambar di dinding dan saya melihatnya tanpa berhala, maka hal itu tidak dilarang ba
 
Dikutip dari Situs Katolisitas

--Deo Gratias--