Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel. Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan panci terakhir di masukkannya biji-biji kopi. Setelah lima belas menit, ayahnya mematikan kompor memindahkan wortel-wortel dan telur-telur kedalam mangkuk, kemudian dituangkannya juga kopi kedalam cangkir. Setelah itu ia bertanya.
"Anakku, apa yang kau lihat?"
Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambilkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi, kopi yang harum. Dengan rendah hati ia bertanya.
" Apa artinya, Bapa?".

"Yang mana engkau, anakku?" sang ayah bertanya.
"Hidup tidak selalu mudah. Tidak selamanya menyenangkan, kadang hidup itu sangat susah. Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi? Bagaimana dengan ANDA sobat?
Sekarang pikirkanlah panci-panci itu, air mendidih adalah masalah-masalah dalam hidup kita. Sering kali sesuatu tidak terjadi sesuai keinginan kita. Orang tidak memperlakukan kita sesuai harapan, kita bekerja keras, namun hasilnya sedikit. Apa yang terjadi ketika kita ditimpa kesulitan?

Apakah ANDA seperti telur yang mulanya berhati lembut setelah terjadi banyak cobaan dalam hidupmu menjadi keras dan tak berperasaan? Kulit luar ANDA memang tetap sama tetapi didalamnya membenci sesama, membenci diri sendiri, menjadi keras hati, tanpa kehangatan dan hanya kepahitan? Janganlah menjadi seperti telur!

Supaya sukses kita harus mencoba ... dan mencoba lagi. Kita harus percaya pada apa yang kita lakukan. Kita tidak boleh menyerah, kita harus sabar, kita harus terus berusaha,. Masalah dan kesulitan memberikan kita kesempatan untuk menjadi lebih kuat ... dan lebih baik ... dan lebih kokoh. Bagaimana cara ANDA menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji kopi? Jadilah seperti biji kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar