1. Pengantar
Jika
kita melihat “iklan” dalam media massa. Kita mungkin terkesan,
tertarik, percaya dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Itukah
arti percaya? Bagaimana kita dapat percaya kepada Tuhan Yesus? Mampukah
kita menghayatinya? Apa yang harus kita buat? Kita belajar dari Bunda
Maria.
2. Teladan Iman Bunda Maria
Dalam
Injil Lukas ketika Maria mengunjungi Elisabet dan dalam bimbingan Roh
Kudus, Elisabet memberikan kesaksian, “Maria adalah Bunda Allah” (bdk.
Luk 1:43). Lebih daripada itu, Elisabet pun memuji Maria, “Berbahagialah
Maria, karena ia telah percaya dan hidup dalam Sabda Allah” (bdk. Luk
1: 45). Gereja pun merayakan pada tanggal 15 Agustus, Hari Raya Santa
Perawan Maria Diangkat ke Surga, jiwa dan badannya masuk ke dalam
kemuliaan surgawi. Apa artinya? Maria telah “dimuliakan jiwa dan
raganya.” Mengapa?
Karena
Maria telah memberikan teladan iman bagi orang beriman. Ia tidak hanya
tampil sebagai “ibu biologis” tetapi ia menjadi “Bunda Allah.” Dia
menunjukkan ketaatan iman, yakni “Ia menundukkan budi dan kehendak-Nya
pada rencana dan kehendak Allah. Dengan “fiatnya” (Bdk. Luk 1: 38),
Allah telah menjadi manusia dan keselamatan Allah semakin menyata dan
konkret terjadi dalam hidup manusia. Teladan iman Maria menjadi kekuatan
kita untuk percaya kepada Allah dalam situasi apapun. Karena itu Maria
disebut “yang berbahagia” karena imannya yang hidup.
Itulah
sebabnya, Maria memuliakan Tuhan karena ia tidak hanya percaya
melainkan ia menunjukkan perbuatan imannya. Seperti yang dikatakan oleh
Santo Yakobus dalam suratnya, “iman tanpa perbuatan adalah sia-sia atau
mati” (bdk. Yak 2: 17). Karena iman Maria, ia yang telah “Dikandung
Tanpa Noda Dosa”, ia menjadi “Bunda Allah”, Maria yang “Tetap Perawan”,
pada akhirnya Maria “Diangkat ke Surga” masuk ke dalam kemuliaan
surgawi.
Model
iman dan teladan hidup Maria ini menjadi pengharapan kita sehingga
Maria secara istimewa ikut serta dalam misteri penebusan Kristus dan dia
adalah teladan kita untuk masuk surga dan menerima “tubuh rohani” atau
kebangkitan badan pada akhir jaman. Melalui iman kita percaya bahwa kita
yang akan menerima kebangkitan badan dan tubuh rohani kita. Oleh sebab
itu, Betapa pentingnya untuk “hidup dalam iman”. Sebab kata Santo Paulus
“orang benar akan hidup oleh iman” (bdk. Rm 1: 17).
3. Penutup
Memang
tidak mudah beriman. Banyak tantangannya. Banyak liku-likunya. Belum
lagi ada orang terdekat kita bahkan menentang kita. Namun, bila kita
hidup dalam iman dan kerendahan hati sampai akhir, kita akan menerima
anugerah “hidup yang kekal”. Kita akan berjumpa dengan Allah, bersatu
dengan Allah, memandang Allah dari “muka ke muka” dalam kasih. Semoga
seperti Maria, kita pun berbahagia menjadi anak-anak Allah.
Serafim Maria CSE
Salah satu penulis di situs carmelia.net
Sumber: Carmel of St. Elijah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar