Rabu, 03 Oktober 2012

Maria sebagai Model Orang Beriman

1.  Pengantar
Jika kita melihat “iklan” dalam media massa. Kita mungkin terkesan, tertarik, percaya dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Itukah arti percaya? Bagaimana kita dapat percaya kepada Tuhan Yesus? Mampukah kita menghayatinya? Apa yang harus kita buat? Kita belajar dari Bunda Maria.

2. Teladan Iman Bunda Maria
Dalam Injil Lukas ketika Maria mengunjungi Elisabet dan dalam bimbingan Roh Kudus, Elisabet memberikan kesaksian, “Maria adalah Bunda Allah” (bdk. Luk 1:43). Lebih daripada itu, Elisabet pun memuji Maria, “Berbahagialah Maria, karena ia telah percaya dan hidup dalam Sabda Allah” (bdk. Luk 1: 45). Gereja pun merayakan pada tanggal 15 Agustus, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, jiwa dan badannya masuk ke dalam kemuliaan surgawi. Apa artinya? Maria telah “dimuliakan jiwa dan raganya.” Mengapa?
Karena Maria telah memberikan teladan iman bagi orang beriman. Ia tidak hanya tampil sebagai “ibu biologis” tetapi ia menjadi “Bunda Allah.” Dia menunjukkan ketaatan iman, yakni “Ia menundukkan budi dan kehendak-Nya pada rencana dan kehendak Allah. Dengan “fiatnya” (Bdk. Luk 1: 38), Allah telah menjadi manusia dan keselamatan Allah semakin menyata dan konkret terjadi dalam hidup manusia. Teladan iman Maria menjadi kekuatan kita untuk percaya kepada Allah dalam situasi apapun. Karena itu Maria disebut “yang berbahagia” karena imannya yang hidup.
Itulah sebabnya, Maria memuliakan Tuhan karena ia tidak hanya percaya melainkan ia menunjukkan perbuatan imannya. Seperti yang dikatakan oleh Santo Yakobus dalam suratnya, “iman tanpa perbuatan adalah sia-sia atau mati” (bdk. Yak 2: 17). Karena iman Maria, ia yang telah “Dikandung Tanpa Noda Dosa”, ia menjadi “Bunda Allah”, Maria yang “Tetap Perawan”, pada akhirnya Maria “Diangkat ke Surga” masuk ke dalam kemuliaan surgawi.
Model iman dan teladan hidup Maria ini menjadi pengharapan kita sehingga Maria secara istimewa ikut serta dalam misteri penebusan Kristus dan dia adalah teladan kita untuk masuk surga dan menerima “tubuh rohani” atau kebangkitan badan pada akhir jaman. Melalui iman kita percaya bahwa kita yang akan menerima kebangkitan badan dan tubuh rohani kita. Oleh sebab itu, Betapa pentingnya untuk “hidup dalam iman”. Sebab kata Santo Paulus “orang benar akan hidup oleh iman” (bdk. Rm 1: 17).

3. Penutup
Memang tidak mudah beriman. Banyak tantangannya. Banyak liku-likunya. Belum lagi ada orang terdekat kita bahkan menentang kita. Namun, bila kita hidup dalam iman dan kerendahan hati sampai akhir, kita akan menerima anugerah “hidup yang kekal”. Kita akan berjumpa dengan Allah, bersatu dengan Allah, memandang Allah dari “muka ke muka” dalam kasih. Semoga seperti Maria, kita pun berbahagia menjadi anak-anak Allah. 

Serafim Maria CSE
Salah satu penulis di situs carmelia.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar