Inti dari meditasi adalah “Kesadaran” dan terdapat banyak cara untuk
mencapainya, namun perlu di ingat bahwa meditasi tidak dapat dilakukan
melalui jalan pintas namun melalui sebuah proses penempaan diri yang
panjang dan membutuhkan kontinuitas.
Selama meditasi sangat penting untuk menjaga tubuh selalu dalam
keadaan Rileks, tidak tegang. Biasanya ini diketahui dari bahu yang
ter-angkat, turunkan bahu dan tarik napas serta jaga postur tubuh
(punggung) untuk tetap tegak.
Cara 1 : Sadari Postur Tubuh.
Sadari postur tubuh anda, pastikan pungung selalu tegak (tidak membungkuk) setiap saat dalam berbagai aktivitas, baik ketika berjalan, berdiri, maupun duduk. Bagi yang belum terbiasa dengan pungung tegak sedikit terasa berat diawal dan terasa pegal, ini adalah normal karena tulang punggung yang terlanjur membungkuk seperti di Strech kembali ke posisi yang seharusnya, namun setelah beberapa waktu dan terbiasa dengan pungung yang tegak, anda akan menyadari bahwa ternyata pungung tegak memberikan banyak keuntungan. Antara lain Postur tubuh yang baik, anda dapat menghindari sakit punggung akibat postur tubuh yang bengkok (terutama ketika semakin berumur), dalam berjalan / melakukan aktivitas dengan pungung tegak dapat memberikan kestabilan dalam posisi berdiri maupun melangkah, serta banyak hal lain. Bagi para praktisi Aikido dan umumnya praktisi Meditasi punggung tegak merupakan keharusan, karena postur tubuh yang baik selain membantu kestabilan juga membantu sirkulasi energi dan konsentrasi didalam tubuh.
Menyadari Postur Tubuh merupakan cara meditasi tahap awal yang sangat
mudah dan dapat dilakukan dimana saja serta dapat dilakukan setiap
saat.
Cara 2 : Meditasi Klasik.
Saya sebut meditasi klasik karena ini merupakan meditasi dengan teknik yang umum dilakukan, pertama cari tempat yang cukup tenang dan terbebas dari gangguan, lalu duduk dengan posisi “Padmasana” atau “Sidhasana”, mudahnya posisi duduk bersila ala “Buddha” atau duduk bersila biasa. Pastikan postur tubuh khususnya punggung dalam keadaan tegak tidak membungkuk namun tetap dalam kondisi rileks tidak tegang.
Saya sebut meditasi klasik karena ini merupakan meditasi dengan teknik yang umum dilakukan, pertama cari tempat yang cukup tenang dan terbebas dari gangguan, lalu duduk dengan posisi “Padmasana” atau “Sidhasana”, mudahnya posisi duduk bersila ala “Buddha” atau duduk bersila biasa. Pastikan postur tubuh khususnya punggung dalam keadaan tegak tidak membungkuk namun tetap dalam kondisi rileks tidak tegang.
Untuk tangan ada beberapa versi; tangan terbuka diletakkan di depan
perut / bawah pusar. Atau bisa juga masing-masing diatas dengkul dengan
posisi jari telunjuk dan jari jempol bertemu sementara 3 jari lainnya
terbuka.
Dalam melakukan konsentrasi juga terdapat beberapa versi, intinya
sama tinggal pilih cara yang lebih nyaman bagi anda untuk diikuti.
Versi Klasik 1 :
Pusatkan konsentrasi awal pada pernapasan, saya tidak mengajarkan anda sebuah teknik pernapasan, tapi saya ingin anda bernapas biasa, namun sadarilah setiap tarikan udara yang masuk kedalam hidung; rasakan udara yang dingin, ketika menyentuh lubang hidung dan menjadi hangat ketika melewati saluran pernapasan, rasakan udara mengisi rongga paru-paru, sadari hangatnya udara yang keluar, sadari setiap detail yang bisa anda rasakan, jangan melakukan analisa apapun atas udara yang masuk atau keluar, analisa akan menyebabkan pikiran anda bekerja dan kesadaran terhenti sementara Meditasi adalah proses meningkatkan kesadaran dan mengendalikan pikiran. Lakukan teknik ini selama kurang lebih 15 menit setiap hari.
Versi Klasik 2 :
Duduk bersila sambil memejamkan mata dan berkonsentrasi pada cakra “Ajna” yang terletak di dahi tepat ditengah atas batang hidung dan dikedua sisi alis mata. Selama berkonsentrasi anda akan merasakan beberapa sensasi seperti rasa gatal, seperti ada semut yang berjalan dibagian tubuh tertentu dll, sadarlah untuk tidak menggaruk, biarkan rasa itu ada dan jangan dilawan, namun sadarilah ada rasa gatal dibagian tersebut, rasakan dan perhatikan (tepatnya awasi) rasa gatal tersebut untuk beberapa saat hingga kesadaran berhasil mengambil alih, rasa gatal akan hilang dengan sendirinya.
Sensasi rasa gatal itu sendiri merupakan proses alami dari Pikiran untuk mengalihkan konsentrasi Kesadaran dan menggagalkan tujuan meditasi. Bila dalam tahapan ini anda menggaruk artinya anda melawan rasa gatal dan secara otomatis mengikuti keinginan dari Pikiran, secara otomatis Pikiran telah menguasai Kesadaran.
Cara 3 : Mengawasi Pikiran
Mengawasi pikiran juga dapat dilakukan dimana saja, seringkali kita
mendapatkan pikiran kita menginstruksikan sesuatu dan kita langsung
melaksanakannya begitu saja tanpa menyadari. Mengawasi pikiran cukup
mudah dilakukan seperti halnya ketika kita mengawasi dan berkonsentrasi
ketika sedang bercakap-cakap dengan seorang teman, bedanya kita
mengawasi pikiran kita yang bercakap-cakap dengan diri kita sendiri.
Sebagai contoh : Dalam banyak kesempatan tanpa saya sadari sering
mendahului kendaraan lain, terutama ketika berada di jalan tol.
Belajar mengawasi pikiran adalah membiarkan setiap pikiran yang
muncul dan menyadarinya, dengan contoh diatas ketika muncul pikiran
Salib lewat kiri atau salib mobil didepan biar lebih cepat, saya hanya
mengawasi pikirian tersebut muncul dibenak saya tanpa melakukan apa yang
di-inginkan oleh pikiran tersebut, dengan menyadari hal tersebut saya
dapat melihat dengan jelas bahwa sebetulnya saya tidak perlu menyalib
mobil siapapun, kecepatan saya cukup dan jalan cukup lancar sehingga
sebetulnya menyalib adalah suatu tindakan yang tidak diperlukan sama
sekali. Setelah dua atau tiga kali pikiran yang sama berulang-ulang dan
saya tetap dalam kesadaran yang sama maka pikiran akan berhenti
mememerintahkan kita untuk menyalib.
Namun demikian pikiran seperti halnya roda yang akan tetap berputar
mencari momentumnya, sehingga ketika kita berhenti mengawasi, pikiran
akan mencoba kembali mengambil alih kesadaran.
Sebagai tambahan perlu disadari bahwa selama mengawasi pikiran kita
tidak melawan, tidak melakukan analisa dan tidak menjawab dan tidak
berargumentasi, benar-benar seperti seperti ketika kita sedang
memperhatikan teman bercerita, fokus penuh untuk mengawasi apa yang
disampaikan oleh Pikiran, biarkan pikiran bercakap-cakap sendiri.
Anda akan menemukan teknik ini cukup menarik dan lucu ketika anda
menyadari bahwa pikiran ternyata berbicara / memerintahkan hal-hal yang
sesungguhnya tidak diperlukan hanya untuk menunjukkan otoritas pikiran
terhadap diri kita.
Sumber : World of Harmony
Tidak ada komentar:
Posting Komentar