Banyak orang bermimpi melakukan hal-hal besar tetapi tidak pernah
menyaksikan hal-hal besar itu menjadi kenyataan. Hanya sedikit orang
arif yang tidak tergoda untuk melakukan hal-hal besar, tetapi mereka
melakukan segala sesuatu termasuk hal-hal yang paling kecil dengan
gairah yang besar.
Seperti apakah keadaan batin Anda sekarang? Apakah sedang kurang
bergairah, kurang bersemangat, loyo, atau sedang bersemangat, penuh
gairah dan vitalitas?
Apa yang membuat Anda kurang bersemangat atau sedang bersemangat? Apa
yang membuat batin bergairah atau tidak bergairah? Bukankah batin yang
menemukan objek yang menyukakan hati membuatnya bergairah dan objek yang
tidak menyukakan hati membuatnya tidak bergairah? Batin yang
berhubungan sedemikian rupa dengan objek yang menarik hati akan
bergairah dan gairah itu akan meningkat dan menjadi semakin kuat.
Sebaliknya, batin yang berhubungan sedemikian rupa dengan objek yang
tidak menarik hati tidak membuatnya bergairah.
Gairah yang kita kenal selalu memiliki objek. Oleh karena itu ada
berbagai bentuk gairah yang ditentukan oleh objeknya. Ada gairah untuk
memenuhi kebutuhan pangan-sandang-papan. Ada gairah untuk memuaskan
kebutuhan seks atau memuaskan keinginan-keinginan indrawi. Ada gairah
untuk menikmati seni atau hobby. Ada gairah untuk memiliki kesuksesan,
kekayaan, kekuasaan, prestise, kehormatan. Ada gairah untuk melakukan
hal-hal besar. Ada gairah untuk mencari pengetahuan, pengalaman,
kebenaran, Tuhan.
Namun demikian bangkit-tidaknya suatu gairah pertama-tama bukan
ditentukan oleh objeknya, melainkan oleh keinginan. Keinginan ini
diperkuat oleh gambaran atau image tentang objeknya, entah objek fisik
di luar batin maupun objek mental di dalam batin. Ketika batin
berhubungan dengan objek keinginan, muncullah sensasi tertentu. Ketika
pikiran menelusup untuk menikmati sensasi itu secara permanent, maka
lahirlah keinginan yang mengobarkan gairah untuk menikmati objeknya
sesuai dengan image atau gambaran yang dibentuk atasnya. Semakin kuat
keinginan untuk mendapatkan objeknya, semakin besar gairah yang
ditimbulkan.
Kapan suatu gairah itu melemah atau lenyap? Begitu objek keinginan
didapatkan, gairah itu lenyap seketika. Gairah itu akan bangkit kembali
ketika keinginan terbangkitkan. Keinginan yang lemah membuat gairah
lemah; keinginan yang kuat membuat gairah kuat. Akan tetapi sekuat
apapun suatu gairah, akhirnya gairah itu akan melemah dan lenyap seiring
dengan melemahnya atau lenyapnya keinginan.
Kalau Anda ingin membangkitkan gairah kehidupan yang bersumber dari
keinginan, maka keinginan musti dipupuk dan dikobarkan. Akan tetapi
setiap keinginan menciptakan konflik, pergulatan, dan penderitaan. Oleh
karena itu gairah yang bersumber dari keinginan tidak bebas konflik,
pergulatan, dan penderitaan. Gairah ini tidak berbeda dari nafsu dan
kelekatan. Ia memiliki kenikmatan dan kesakitannya sendiri.
Gairah kehidupan untuk memenuhi kehidupan fisikal adalah perlu dan
wajar. Akan tetapi gairah yang diciptakan oleh keinginan-keinginan
psikologis untuk mengejar kenikmatan-kenikmatan psikologis hanya
memperkuat ego atau diri dan menciptakan lebih banyak penderitaan.
Mari kita bertanya, adakah gairah yang lain yang tidak bersumber dari
keinginan, bukan bersumber dari harapan, bukan emosi atau perasaan,
bukan nafsu, bukan kelekatan, tidak menciptakan kenikmatan dan
kesakitan? Adakah gairah kehidupan yang bebas konflik, pergulatan, dan
penderitaan? Adakah gairah kehidupan yang tidak memiliki objek tertentu?
Adakah gairah kehidupan tanpa sebab dan dengan demikian bukan akibat
dari sesuatu? Adakah api gairah murni yang memiliki vitalitas dan
intensitas yang tak pernah padam, yang tak terkondisi oleh apapun, yang
mampu membakar apa yang palsu dan membebaskan?
Gairah murni adalah energy kehidupan yang tidak bersumber dari
keinginan. Oleh karena itu kita tidak bisa membangkitkan gairah murni
dengan memupuk imaginasi, pikiran, harapan, dan keinginan. Alih-alih
kita perlu menyelami, melihat, dan memahami secara langsung apa saja
yang bukan gairah murni itu dan membiarkan lenyap sepenuhnya.
Kita tidak bisa membuat gairah sebagai nafsu dan kelekatan itu
berhenti dengan menolak atau melawannya. Daya upaya yang keras untuk
membunuh nafsu dan kelekatan justru membuat nafsu dan kelekatan itu
menguat dalam bentuk yang lain. Apa saja yang kita lawan justru akan
tetap bertahan. Kita juga tidak bisa bebas daripadanya hanya dengan
bersikap tidak mau tahu atau melarikan diri daripadanya karena ia akan
tetap terus mengejar kita.
Gairah sebagai nafsu adalah seperti api yang melalap objek-objek di
sekitarnya dan membuat objek-objek itu tidak bernilai pada dirinya
kecuali sebagai pemuas nafsu. Batin yang terbakar oleh gairah sebagai
nafsu terbelenggu dalam penjara yang dipenuhi asap kenikmatan dan
kesakitan. Kalau api gairah sebagai nafsu itu dilihat dalam kejernihan,
bukankah batin menerobos asap penderitaan itu dan keluar dengan api
gairah murni yang berbeda? Lalu bisakah kita membiarkan nyala api gairah
murni itu bertindak dalam hubungan-hubungan kita, termasuk dalam
hubungan dengan hal-hal yang paling kecil sekalipun?*
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar