“Berikan aku satu alasan. Ya satu saja alasan, mengapa aku harus bertahan hidup ? Tanyanya pada-ku. Rona wajahnya yang pucat dan kedua matanya sembab. Kupandang dia dengan hati yang ter-iris-iris.
Berdoa, berdoa dan bermohonlah kepada Tuhan” Jawabku pelan.
Dia menghela nafas panjang lalu berkata: “Ah, sudahlah. Saya merasa bahwa Tuhan itu sudah tuli pada doa-doaku. Tuhan yang pernah bersabda: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” toh tidak memberikan padaku apa yang kupinta. Tuhan bahkan tak pernah membukakan pintu bagi diriku.” Lalu dia berdiri dan meninggalkan aku sendirian. Kekecewaan telah menjadi beban hidup. Kekecewaan telah menyatu dengan hidup.
Sesungguhnya hidup adalah suatu perjuangan diri. Suatu pertarungan mencari kebenaran. Dan kebenaran itu hanya dapat kita temukan dalam rasa sakit dan pedih. Dalam pergolakan jiwa melawan kepentingan diri kita sendiri. Hidup yang berjalan lancar, enteng dan lunak sesungguhnya bukanlah hidup yang nyata tetapi suatu impian semu. Tulis Pengkhotbah : “segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar” adalah esensi kehidupan kita semua. Sebab kita tak pernah akan merasa puas menerima kenyataan. Dari situlah sumber kemajuan iman kita berasal. Bukan dari peristiwa yang menyenangkan tetapi dari rasa pedih menghadapi kesepian, duka dan ketidakberdayaan kita menerima kenyataan yang kita alami.
Ada satu sajak yang amat indah, ditulis oleh Rabindranath Tagore (penyair India, 1861-1941) dalam bukunya Gitanjali bab ke 79:
Janganlah aku berdoa agar diluputkan dari bahaya tetapi agar berani untuk menghadapinya.
Janganlah aku bermohon untuk dihindarkan dari kepedihan tetapi agar mampu menaklukkannya.
Janganlah aku mencari teman senasib dalam pergumulan hidup ini tetapi agar mampu berjuang dengan daya upayaku sendiri.
Janganlah aku meminta agar diselamatkan dari keterasingan tetapi agar dengan sabar melangkah menuju ke kebebasanku.
Janjikanlah padaku agar aku tidak menjadi seorang pengecut: Tidak hanya sanggup merasakan keagungan-Mu dalam keberhasilanku tetapi juga dapat merasakan genggaman-Mu di dalam kegagalanku.
Aku memandang bayangan punggungnya yang perlahan menjauh. Aku melihat suatu tantangan hidup dibopongnya, suatu beban yang moga-moga mampu dihadapinya. Dan itulah sebabnya mengapa kita harus bertahan hidup. Mengapa kita harus berjuang terus untuk mencari dan menemukan kebenaran. Karena kita adalah umat Allah. Karena kita adalah saudara Tuhan. Karena Tuhan menyayangi kita, tidak tuli dan tidak pernah meninggalkan kita. Hanya Dia ingin iman kita terasah dengan baik agar kita mampu menjadi terang yang menyinarkan cahaya-Nya setiap saat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar