Tempat yang menarik
untuk didatangi dalam satu kunjungan ke Toraja, ada 5 (lima) objek wisata utama
yang wajib dikunjungi yaitu :
- To’Barana : perkampungan adat Toraja 12km dari Rantepao, Toraja Utara, di sini kita bisa menyaksikan dari dekat pengrajin tenunan khas Toraja.
- Ke’te Kesu : perkampungan adat Toraja dengan rumah khas Toraja “Tongkonan” yang sudah berumur ratusan tahun. Di bagian belakang kampung terdapat kuburan adat, dimana kita bisa melihat bentuk peti mati menyerupai babi atau kerbau serta patung-patung orang yang sudah meninggal yang dalam bahasa Toraja disebut tau-tau. Berjarak 4km sebelah tenggara Rantepao.
- Lemo : kompleks pemakaman tradisional di dinding batu yang menyerupai jeruk dan dikelilingi lembah yang indah. Kompleks kuburan tua ini telah tercatat dalam list cagar budaya, di bagian luar dinding terdapat tau-tau dari si mati.
- Londa : kompleks pemakaman tradisional dimana kita bisa melihat dari dekat tengkorak, tulang belulang dan peti-peti mati yang disusun di dalam gua serta tau-tau di atas bukit. Terletak 5km arah selatan dari Rantepao, Toraja Utara
- Batutumonga : 22km dari pusat kota Rantepao, dari atas ketinggian 1300mdpl kita bisa menikmati keindahan Rantepao dan sekitarnya, melihat hamparan sawah di lembah ditemani secangkir kopi Toraja
Kelima
tempat wisata di atas masih banyak yang bisa dikunjungi tapi tergantung berapa
lama anda akan menghabiskan waktu liburan di Toraja.
Patung-patung khas Tana Toraja. |
Dengan menumpang bus berpendingin (AC), memulai perjalanan dari kawasan Pelabuhan Paotere, Makassar. Bis berjalan perlahan saat memasuki Kabupaten Maros, karena ada perbaikan jalan hampir sepanjang puluhan kilometer.
Kiri kanan jalan tampak jejeran rumah panggung berukuran kecil khas Bugis, dengan latar perbukitan yang cantik. Hamparan sawah dan kolam-kolam besar berisi ikan peliharaan, menambah cantik lanskap yang ada di sekitar Maros. Sesekali kami menemui sutar, alat transportasi berupa sepeda motor yang digabung dengan becak berukuran kecil dan pendek.
Di Kabupaten Barru, melewati hamparan lautan lepas yang saat itu tengah dihiasi sinar matahari terbenam berwarna kuning keemasan. Satu dua rumah makan seafood sederhana tampak menggoda selera untuk disinggahi. Namun, pesona Tana Toraja, terus memanggil untuk segera tiba di sana.
Waktu menunjukkan pukul 24 saat memasuki kota Rantepao, Tana Toraja. Disambut oleh sebuah patung raksasa, kolam tenang di bawahnya memantulkan cahaya lampu malam yang ada di sekitar patung berupa manusia itu. Jalanan sangat lengang, hanya ada satu dua kendaraan yang lewat. Tana Toraja tak seperti kota besar di Pulau Jawa yang denyut kotanya terus berjalan.
Ornamen rumah Tongkonan. |
Saat memasuki lobi hotel, kesan megah dan elegan langsung menyambut. Ornamen dan desain bangunannya kuat dengan identitas arsitektur dan budaya Tana Toraja. Sebuah bangunan mirip gazebo bergaya rumah Tongkonan di lantai dua, semakin memperkuat tampilan hotel sebagai cerminan etnis ini.
Banyak yang bilang, Tana Toraja kurang menarik jika tak ada upacara adat seperti pemakaman adat. Pendapat tersebut tak berlaku. Begitu banyak hal unik dan menarik lainnya. Sebut saja Desa Lemo, barisan rumah Tongkonan. Ada sekitar empat rumah Tongkonan yang sebagiannya digunakan warga sebagai lumbung padi.
Kondisi tanah saat itu agak basah, tapi hamparan rumput yang ada di sekitarnya berhasil menghalau lumpur tanah yang ada di bawahnya. Keunikan rumah Tongkonan yang luar biasa. Tumbuhan hijau di atas atapnya makin memperindah tampilan rumah antik itu. Selain barisan rumah adat, Lemo juga menawarkan puluhan makam unik yang berjejer di dinding batu, dilengkapi patung berupa manusia. Warga setempat menyebutnya Tau-Tau, patung yang mencirikan wajah orang yang meninggal, lengkap dengan diberi pakaian layaknya manusia yang masih hidup.
Jejeran toko oleh-oleh khas Tana Toraja buah tangan dari Lemo. Umumnya, yang dijual adalah patung-patung berukuran kecil berupa manusia berpakaian adat. Harga patung berkisar antara Rp. 15 ribu sampai Rp. 20 ribu, terdiri dari dua pasang patung (laki-laki & perempuan). Separuh lebih murah jika dibandingkan dengan patung souvenir yang dijual di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Patung souvenir tersebut juga diberi pakaian mirip Tau-Tau yang ada di pemakaman adat. Kain yang dipasang bercorak khas Tana Toraja.
Makam di Lemo. |
Makam bayi |
Selain makam bayi di dalam batang pohon, di Kambira juga terdapat rumah adat Tongkonan. Ada yang untuk didiami keluarga kecil, ada juga khusus untuk menyimpan padi. Cara mudah untuk mengetahui apakah rumah adat tersebut sebagai rumah tempat tinggal atau lumbung padi sangatlah mudah. Jika Tongkonan bertiang enam, maka bangunan panggung tersebut berfungsi sebagai penyimpanan/lumbung padi. Jika bertiang empat, maka tak lain adalah sebagai makam sementara warga Toraja. Jika tiangnya sangat banyak, maka dapat dipastikan itu adalah Tongkonan sebagai tempat tinggal.
Makam kaum bangsawan di Tampangallo. |
Papan nama kecil bergaya sederhana: “Tampangallo”. Harus menuruni tanjakan menurun licin dan berlumpur. Aspal mulus sepertinya masih menjadi sebuah mimpi di sepanjang jalur menuju pemakaman para bangsawan di Tampangallo ini.
Sawah hijau dan perbukitan cantik yang terhampar luas di sebelah kiri jalan terus menggoda untuk membidikkan lensa kamera. Melewati jalan setapak yang di sampingnya terdapat hamparan sawah yang belum digarap. Air keruh tampak tenang di atasnya, tanpa satu helai pun padi hijau yang tumbuh.
Sekumpulan makam bangsawan dari masa lampau mudah sekali ditemui di Tampangallo. Makam tersebut diletakkan di dinding berbatu di dalam sebuah goa berukuran lumayan besar. Beberapa buah tengkorak tergeletak begitu saja di atas bebatuan. Di sudut lain kembali menemui Tau-Tau dan beberapa peti yang bentuknya mirip lambung kapal. Ia terletak di dinding goa yang lokasinya sulit dijangkau.
Desa Kete’kesu
Desa Kete’kesu sangat popular di kalangan wisatawan. Desa ini berjarak sekitar empat puluh menit dari Tampangallo, dengan melewati kota Rantepao dan desa-desa kecil lainnya. Kete’kesu terkenal dengan barisan rumah Tongkonan yang sangat rapi. Rumah-rumah saling berhadap-hadapan. Sebagian besar rumah tersebut tak tersentuh cat seperti Tongkonan yang sebelumnya saya temui di desa Kambira.
Barisan Tongkonan di Kete'kesu. |
Di kota Rantepao yang menyediakan makanan khas Tana Toraja: pa’piong. Umumnya pa’piong adalah campuran antara daging babi yang dimasak dengan aneka bumbu seperti daun serai, bawang putih, bawang merah, merica, daun bawang, dan telor. Selain babi, pa’piong juga berisi daging ayam. Cara memasak pa’piong sangat unik, yakni dengan cara mencampur potongan daging babi atau ayam serta semua bumbu di dalam sebatang bambu berukuran kira-kira 10-15 centimeter. Bambu tersebut lalu dibakar diatas api selama sekitar 15 menit.
Pa'piong |
Di pasar induk Rantepao Jalan Mappayukki. banyak pertokoan yang menjajakan suvenir dan makanan khas Toraja; mulai dari kopi Toraja yang sangat terkenal itu hingga kaos bergambar rumah Tongkonan. Rata-rata harga yang ditawarkan masih terasa bersahabat dengan kantong. Jika pandai menawar, bukan tak mungkin kaos untuk orang dewasa dihargai dengan Rp. 20 ribu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar