Ketika dilantik menjadi PM China pada tahun 1998, Zhu Rongji mengatakan dengan lantang: "Berikan kepada saya 100 peti mati, 99 untuk para koruptor dan 1 untuk diriku jika saya melakukan hal yang sama!". Dan Zhu tidak sekedar bicara.
Cheng Kejie, pejabat tinggi Partai Komunis China, dihukum mati karena terbukti menerima suap lima juta dolar AS. Tidak ada tawar-menawar. Permohonan banding wakil ketua Kongres Rakyat Nasional itu ditolak pengadilan.
Bahkan isteri Cheng Kejie, Li Ping, yang membantu suaminya meminta uang suap, dihukum penjara.
Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, Hu Chang-ging juga tidak luput dari peti mati karena terbukti menerima suap berupa mobil dan permata senilai Rp 5 Miliar. Ratusan bahkan mungkin ribuan peti mati telah terisi, tidak hanya oleh para pejabat korup, tapi juga pengusaha, bahkan wartawan yang tertangkap menyuap dan menerima uang suap.
Selama 4 bulan dalam tahun 2003 lalu, 33.761 polisi dipecat, sebagian besar diantaranya dihukum penjara. Mereka dipecat tidak hanya karena menerima suap, tapi juga berjudi, mabuk-mabukan, memeras rakyat, membawa senjata di luar tugas dan berkualitas di bawah standar.
Agaknya Zhu Rongji paham betul pepatah Cina:
"Bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera".
Dan, sejak 'ayam-ayam' itu dibunuh, semua 'kera' menjadi takut.
Kini pertumbuhan ekonomi China mencapai lebih dari 9 % pertahun (tertinggi di dunia) dengan nilai pendapatan domestik bruto sebesar 1.000 Dollar AS. Cadangan devisa mereka saat ini sudah mencapai 300 Milliar Dollar AS.
Menurut guru besar Universitas Peking, Prof. Kong Yuanzhi, sukses China itu karena Zhu serius memberantas korupsi.
Perang terhadap korupsi diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia China.
Zhu Rongji telah mengeluarkan dana besar untuk pendidikan manajemen, mengirim ribuan siswa belajar ke luar negeri, dan juga mengundang pakar-pakar bisnis berbicara di China.
Cheng Kejie, pejabat tinggi Partai Komunis China, dihukum mati karena terbukti menerima suap lima juta dolar AS. Tidak ada tawar-menawar. Permohonan banding wakil ketua Kongres Rakyat Nasional itu ditolak pengadilan.
Bahkan isteri Cheng Kejie, Li Ping, yang membantu suaminya meminta uang suap, dihukum penjara.
Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, Hu Chang-ging juga tidak luput dari peti mati karena terbukti menerima suap berupa mobil dan permata senilai Rp 5 Miliar. Ratusan bahkan mungkin ribuan peti mati telah terisi, tidak hanya oleh para pejabat korup, tapi juga pengusaha, bahkan wartawan yang tertangkap menyuap dan menerima uang suap.
Selama 4 bulan dalam tahun 2003 lalu, 33.761 polisi dipecat, sebagian besar diantaranya dihukum penjara. Mereka dipecat tidak hanya karena menerima suap, tapi juga berjudi, mabuk-mabukan, memeras rakyat, membawa senjata di luar tugas dan berkualitas di bawah standar.
Agaknya Zhu Rongji paham betul pepatah Cina:
"Bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera".
Dan, sejak 'ayam-ayam' itu dibunuh, semua 'kera' menjadi takut.
Kini pertumbuhan ekonomi China mencapai lebih dari 9 % pertahun (tertinggi di dunia) dengan nilai pendapatan domestik bruto sebesar 1.000 Dollar AS. Cadangan devisa mereka saat ini sudah mencapai 300 Milliar Dollar AS.
Menurut guru besar Universitas Peking, Prof. Kong Yuanzhi, sukses China itu karena Zhu serius memberantas korupsi.
Perang terhadap korupsi diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia China.
Zhu Rongji telah mengeluarkan dana besar untuk pendidikan manajemen, mengirim ribuan siswa belajar ke luar negeri, dan juga mengundang pakar-pakar bisnis berbicara di China.
Lalu bagaimana dengan pemberantasan korupsi di Indonesia...?
Berapa banyak kasus korupsi yang sudah ditangani KPK?
Berapa banyak peti mati atau liang lahat untuk para koruptor yang sudah di isi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar