Kisah nyata saat menjalani kehidupan tidak normal dengan kata lain kena santet. Dahulu akupun sama seperti lainnya, beranggapan dan bersikap "Setelah terima Sakramen Permandian dan terima Yesus sebagai juru selamat maka akan luput dari kuasa2 kegelapan, tidak percaya pada mistik tidak tak ada kemungkinan kena santet. Pada kenyataannya, pengalaman iman menegur dan meneguhkan jika sikap dan anggapan ku itu menunjukan aku sangat-sangat sombong sebagai anak terang atau anak Allah.dan aku keliru besar, salah, dan harus malu oleh karena kesombonganku itu.
Disaat menjalani hidup tidak normal atau kena santet, aku tidak mengatakan jika itu adalah ujian dari Tuhan. Dalam kamusku tidak ada tertulis jika "Tuhan menguji anak-anak-Nya", sebab Tuhan amat mengasihi manusia dan Tuhan ingin manusia jalani hidup di dunia fana dengan penuh kebahagiaan. Tuhan adalah seorang bapa/ayah yang maha baik, kebaikannya tak seorangpun bapa/ayah di dunia fana ini dapat menyamainya atau menandinginya. Ayah kandung yang baik yang memiliki predikat manusia yang tidak sempurna saja, tidak sanggup atau tidak sampai hati menguji anak-anaknya, yang membuat anaknya menderita dan ratap tangis.Terlebih-lebih Bapa di surga yang kita sebut dan akui sebagai Bapa yang maha baik dan maha penyayang.
Ujian itu asalnya dari manusia sendiri yang hatinya digegoti nafsu kejahatan dan dikuasai amarah, dendam, irihati dll yang asalnya dari kuasa-kuasa si jahat. Kalimat "ujian dari Tuhan" bagiku adalah;
Hati seseorang yang dirasuki nafsu kejahatan yang berasal kuasa kegelapan, kuasa neraka, kuasa alam kubur, kuasa si-jahat menginginkan kematianku dengan cara santet. Sebelum aku benar-benar menemui ajal-ku terlebih dahulu kehidupanku baik jasmani maupun rohani dibuat tersiksa dan sakit terlebih dahulu. Apakah ini merupakan ujian dari Tuhan? Menguji dengan menaruh kejahatan di hati seseorang untuk mencelakakan hidupku? dan apakah ini masih dapat dikatakan sebagai ujian? Kuyakini; Tuhan tak pernah menguji anak-anaknya karena Tuhan adalah Maha Kasih dan Penyanyang.
Hidup yang tiba-tiba menjadi tidak normal menjadikan hidup menjadi sangat tidak enak dan sangat menyakitkan. Diusik dengan hal-hal yang aneh menjadikan hidup menjadi tidak indah. Hidup dalam kebingungan yang sangat luar biasa. Senyuman boleh dikatakan sudah tak ada lagi. Resah dan bingung dengan keadaan yang aneh-aneh dan tidak biasa. Lebih baik sakit perut atau sakit kepala karena tahu apa obatnya. Jalani hidup tidak-normal akibat kena santet sungguh hidup kebingungan yang luar biasa; Kemana dan pada siapa? yang sanggup mengeluarkan santet yang ada dalam tubuh, agar segera kembali pada kehidupan yang normal.
Yang pertama kali terpikir olehku saat tahu terkena santet, mencari orang yang memiliki kemampuan mengeluarkan benda asing yang ada dalam tubuhku berupa santet, dalam hal ini dukun; "Kemana dan dukun siapa yang aku akan datangi?" itu yang ada dalam pikiranku saat itu. Bukan Tuhan yang pertama yang aku cari. Aku termasuk anak Allah yang konyol.
Setelah tanya dan tanya disibukan mencari dukun, akhirnya kudapatkan nama dukun yang konon memiliki kemampuan mengobati santet. Tanpa pikir panjang lagi aku mendatangi dukun tersebut, dengan harapan aku dapat segera kembali hidup normal dan terlepas dari santet. Sang dukun menjelaskan bahwa orang yang menyantet aku adalah ibu kandungku dan tanteku. Aku sedikit terkejut dan dalam pikiranku: "Wah, tegah nian jika ibu kandung berbuat begitu terhadap anak kandungnya". Begitu pula terhadap tanteku aku berpikir: Tegah juga tanteku menyantet keponakannnya sendiri". Syukur pada saat itu, aku tidak terbawa emosi, dan memang tujuanku bukan mencari tahu siapa pelaku yang mengirim santet Maksud tujuanku mendatangi sang dukun, agar segera mendapatkan kembali ketenangan hidup dan terlepas dari pengaruh santet, tidak mau tahu siapa yang telah mengirim santet. Penjelasan dukun selanjutnya; "Bentuk santet yang terkirim dalam bentuk serbuk dan telah menyebar dalam rumah, dan menurutnya sulit dibersihkan karena telah menempel disudut-sudut ruangan dan masuk dalam celah-celah di bawah lemari meski disiram air".
Disaat menjalani hidup tidak normal atau kena santet, aku tidak mengatakan jika itu adalah ujian dari Tuhan. Dalam kamusku tidak ada tertulis jika "Tuhan menguji anak-anak-Nya", sebab Tuhan amat mengasihi manusia dan Tuhan ingin manusia jalani hidup di dunia fana dengan penuh kebahagiaan. Tuhan adalah seorang bapa/ayah yang maha baik, kebaikannya tak seorangpun bapa/ayah di dunia fana ini dapat menyamainya atau menandinginya. Ayah kandung yang baik yang memiliki predikat manusia yang tidak sempurna saja, tidak sanggup atau tidak sampai hati menguji anak-anaknya, yang membuat anaknya menderita dan ratap tangis.Terlebih-lebih Bapa di surga yang kita sebut dan akui sebagai Bapa yang maha baik dan maha penyayang.
Ujian itu asalnya dari manusia sendiri yang hatinya digegoti nafsu kejahatan dan dikuasai amarah, dendam, irihati dll yang asalnya dari kuasa-kuasa si jahat. Kalimat "ujian dari Tuhan" bagiku adalah;
- Kalimat pemanis di bibir atau penyenyuk hati (cubisen = cuma bikin senang), untuk menghibur seseorang yang tertimpa kemalangan dan dirundung duka.
- Perbuatan manusia "lempar batu sembunyi tangan" oleh karena hal yang tersulit dilakukan manusia adalah mengakui kesalahan dan mengakui perbuatannya.
Hati seseorang yang dirasuki nafsu kejahatan yang berasal kuasa kegelapan, kuasa neraka, kuasa alam kubur, kuasa si-jahat menginginkan kematianku dengan cara santet. Sebelum aku benar-benar menemui ajal-ku terlebih dahulu kehidupanku baik jasmani maupun rohani dibuat tersiksa dan sakit terlebih dahulu. Apakah ini merupakan ujian dari Tuhan? Menguji dengan menaruh kejahatan di hati seseorang untuk mencelakakan hidupku? dan apakah ini masih dapat dikatakan sebagai ujian? Kuyakini; Tuhan tak pernah menguji anak-anaknya karena Tuhan adalah Maha Kasih dan Penyanyang.
Hidup yang tiba-tiba menjadi tidak normal menjadikan hidup menjadi sangat tidak enak dan sangat menyakitkan. Diusik dengan hal-hal yang aneh menjadikan hidup menjadi tidak indah. Hidup dalam kebingungan yang sangat luar biasa. Senyuman boleh dikatakan sudah tak ada lagi. Resah dan bingung dengan keadaan yang aneh-aneh dan tidak biasa. Lebih baik sakit perut atau sakit kepala karena tahu apa obatnya. Jalani hidup tidak-normal akibat kena santet sungguh hidup kebingungan yang luar biasa; Kemana dan pada siapa? yang sanggup mengeluarkan santet yang ada dalam tubuh, agar segera kembali pada kehidupan yang normal.
Yang pertama kali terpikir olehku saat tahu terkena santet, mencari orang yang memiliki kemampuan mengeluarkan benda asing yang ada dalam tubuhku berupa santet, dalam hal ini dukun; "Kemana dan dukun siapa yang aku akan datangi?" itu yang ada dalam pikiranku saat itu. Bukan Tuhan yang pertama yang aku cari. Aku termasuk anak Allah yang konyol.
Setelah tanya dan tanya disibukan mencari dukun, akhirnya kudapatkan nama dukun yang konon memiliki kemampuan mengobati santet. Tanpa pikir panjang lagi aku mendatangi dukun tersebut, dengan harapan aku dapat segera kembali hidup normal dan terlepas dari santet. Sang dukun menjelaskan bahwa orang yang menyantet aku adalah ibu kandungku dan tanteku. Aku sedikit terkejut dan dalam pikiranku: "Wah, tegah nian jika ibu kandung berbuat begitu terhadap anak kandungnya". Begitu pula terhadap tanteku aku berpikir: Tegah juga tanteku menyantet keponakannnya sendiri". Syukur pada saat itu, aku tidak terbawa emosi, dan memang tujuanku bukan mencari tahu siapa pelaku yang mengirim santet Maksud tujuanku mendatangi sang dukun, agar segera mendapatkan kembali ketenangan hidup dan terlepas dari pengaruh santet, tidak mau tahu siapa yang telah mengirim santet. Penjelasan dukun selanjutnya; "Bentuk santet yang terkirim dalam bentuk serbuk dan telah menyebar dalam rumah, dan menurutnya sulit dibersihkan karena telah menempel disudut-sudut ruangan dan masuk dalam celah-celah di bawah lemari meski disiram air".
Sang dukun minta aku menyiapkan sajian dan kembang, konon syarat yang di minta oleh si jahat. Dan oleh sang dukun aku diberi sebotol air yang telah diberi magis. Apa yang sang dukun katakan, aku siapkan, sediakan dan penuhi yakni sajian dan kembang. Air putih yang diperoleh dari sang dukun tadi, aku percik keseluruh bagian dalam rumah sebagaimana petunjuk yang kudapat dari sang dukun. Namun kehidupan yang tidak normal bukannya menjadi hidup yang normal kembali, malah semakin bertambah tidak normal jadinya. Hal itu tak mengherankan karena tadinya hanya satu si jahat kini bertambah satu temannya lagi, setelah dari dukun.
Hidup semakin kacau dan tak ada damai dalam sepanjang hari, sehabis dari dukun. Pendek kata sehabis dari dukun bukannya mendapatkan ketenangan batin, justru bertambah kacau jadinya. Bagaimana tidak? sebelumnya hidup yang tidak normal telah membuat hidup kacau dan tidak ada ketenangan yakni; setiap jam empat subuh tangan menepuk-nepuk pangkal paha membangunkan diri sendiri dari tidur, turun dari tempat tidur, lalu turun jalan, membuka pintu rumah, lalu jalan tinggalkan rumah. Saat sadar, menemukan diri berada berdiri di tengah rawa-rawa atau di tengah-tengah pekuburan. Pada jam-jam tertentu tangan kanan berayun berputar kencan ibarat baling-baling. Sehabis dari dukun, kejadiannya semakin menjadi-jadi. Hidup menjadi kian kacau dan semakin tak ada kegembiraan dalam sepanjang hari. Pikiran tertambah oleh ucapan sang dukun, "Bentuk santet yang terkirim dalam bentuk serbuk dan telah menyebar dalam rumah, dan menurutnya sulit dibersihkan karena telah menempel disudut-sudut ruangan dan masuk dalam celah-celah di bawah lemari meski disiram air". Ucapan sang dukun membuat hidup terus berpikir, cara membersihkan serbuk santet itu. Pikirku ;"mungkin dengan cara membakar rumah?", timbul keinginan untuk membakar rumah saat itu. Terjebak dalam kebodohan sendiri.
Pada saat aku mulai memasuki rasa putus asa dengan kehidupan yang tidak normal. Disaat itu aku merasakan kasih, rangkulan dan pelukan Tuhan yang amat luar biasa dan yang penuh kasih. Merasakan bahwa Tuhan tidak membiarkan aku hidup yatim piatu di dunia fana ini, Dia ada bersamaku. Dia menyertai dan mendampingiku. Dia prihatin dengan kehidupanku yang tidak normal yang aku jalani. Bukannya Dia tidak menolongku saat itu, tapi Dia menunggu saat yang tepat untuk berbicara dan menolongku. Dan Dia menunggu aku mempersilahkan Dia berjalan di depanku.
Tegur sapanya begitu lembut saat itu; "Anak-ku, Aku tahu penderitaan batin-mu dan kehidupan yang sangat menyakitkan yang kau jalani. Mengapa engkau tidak mencari misteri yang tersimpan dalam Tabernakel yang ada dalam gereja?" Dia menerangi pikiranku dengan rahmat-Nya pada saat itu, hingga aku memiliki kemampuan untuk berpikir untuk meminta pertolongan dari seorang Romo/Pastor. Tapi saat itu aku terbentur dengan persoalan, Romo/Pastor siapa yang aku akan datangi meminta tolong dan yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan benda asing yakni santet dari dalam tubuhku. Karena saat itu aku dalam persembunyian karena merasa malu akibat usahaku jatuh bangkrut, hingga aku tak tahu menahu lagi Romo/Pastor yang ada di Paroki-ku dulu sebelum aku pindah dan bersembunyi di suatu tempat jauh dari keramaian kota. Dia kembali berbisik dengan sangat lembut: "Anak-ku, Kenapa tidak menghubungi Keuskupan Agung saja?". Dengan bisikan itu aku terinspirasi untuk nulis surat ke Keuskupan Agung, meminta tolong dan memberitahu kehidupanku yang tidak normal ( kena santet ). Tuhan tidak pernah terlambat dalam hal pertolongan, Dia datang tepat pada waktunya, Indah pada waktunya.
Disaat nulis surat di komputer, kejadian aneh terjadi pada saat itu. Aku katakan kejadian aneh karena pada hari-hari sebelumnya, nyalakan komputer pembatas yang ada di meter PLN tak pernah jatuh. Tapi pada saat itu baru saja mau mengetik, pembatas yang ada di meter PLN jatuh terus. Jika bukan pembatas yang ada di meter PLN jatuh, komputer loadingnya lambat dan heng hingga harus restart berulang kali, pada hari-hari sebelumnya keadaan demikian tak pernah terjadi. Aku dihambat dan dialangi, agar tak bisa nulis surat di komputer saat itu. Tapi pada akhirnya si Jahat tidak berhasil menghambat dan mengalangiku menulis surat di komputer, rahmat-Nya menerangi akal pikiranku, apa yang harus aku lakukan agar si jahat tidak menggangguku nulis surat di komputer. Aku membuat tanda salib di-pembatas yang terdapat di meteran PLN dan di komputer dengan air dari Sendang Sono yang sempat aku bawa pulang dari Sendong Sono beberapa waktu yang lalu. Meski sempat teralang dan tertunda menulis surat di komputer, tapi pada akhirnya berhasil juga nulis sepucuk surat yang ditujukan kepada Keuskupan Agung.
Puji Tuhan, aku mendapat balasan surat dari bapak Uskup, dalam surat balasan beliau memberi petunjuk; aku harus bertemu dengan seorang Romo/Pastor asal Pertapaan Karmel Batu Malang di Wisma Kare Tamalanrea. Aku pergi menemui Romo/Pastor di Wisma Kare Tamalanrea sebagaimana yang dimaksud Bapak Uskup dalam surat balasannya. Kami bertemu, lalu sharing, dan konseling. Beliau menjelaskan secara panjang lebar tentang santet. Santet tidak hanya terbatas santet buatan ahli santet dalam hal ini dukun atas permintaan seseorang lalu dikirim ke-seseorang sebagai korban, santet dapat pula terjadi oleh akibat omongan yang berbau sumpah atau sumpah dari seeorang. Aku katakan pada Romo/pastor saat itu; "Aku tidak mau mengetahui siapa yang mengirim santet itu, aku hanya ingin agar segera mendapatkan kembali ketenangan hidup dan terlepas dari pengaruh santet dan kembali pada kehidupan yang normal semula. Mengenai siapa yang telah mengirimkan santet, itu urusan dari orang yang memesan dan menyuruh dukun mengirimkan santet dan orang itu pula akan mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan Tuhan.
Mengeluarkan benda asing berupa santet dari dalam tubuh manusia bukan pekerjaan yang mudah dan gampang, tak ada yang mampu memasukan tangannya ke dalam bagian tubuh manusia untuk mengambil benda asing berupa santet itu. Disini tidak membicarakan cara-cara lain mengeluarkan santet, sebenarnya ada beberapa cara mengeluarkan santet dari dalam tubuh korban. Ada juga yang gunakan trik sulap, dan ini adalah cara menipu yang dilakukan oleh manusia terhadap korban santet. Disini aku batasi pembahasan cara mengeluarkan santet dari dalam tubuh manusia sebagaimana yang aku tahu dan yang aku alami sendiri yakni cara katolik. Mengeluarkan santet dari dalam tubuh korban santet tergantung keinginan dan kerinduan untuk kembali hidup normal, dan keadaan rohani korban dalam hal ini iman untuk mendorong keluar santet yang terdapat dalam tubuh korban. Romo/Pastor tak mampu melakukan sesuatu yang berarti tanpa adanya kerjasama yang baik dan peran aktif dari korban santet. Tangan Romo/Pastor tak mampu mengambil santet dari dalam tubuh korban santet. Peran aktif dari korban santet sangat diperlukan. Peran Romo/Pastor, mendoakan dan sebagai sutradara. Keberhasilan mengeluarkan santet dari dalam tubuh korban santet sangat-sangat ditentukan oleh korban santet itu sendiri. Mungkin saja ada korban santet yang harus menjalani suatu masa pemulihan iman terlebih dahulu dan melakukan puasa dalam jangka waktu tertentu, tergantung pertumbuhan iman korban santet.
Sempat terkejut, saat Romo/Pastor katakan jika santet tidak berhasil dikeluarkan dari dalam tubuhku di Makassar, aku harus ke-Pertapaan Karmel di Batu Malang. Yang membuat aku terkejut saat itu, terpikir besaran biaya yang diperlukan dalam hal ini tiket Makassar-Malang pulang pergi dan biaya hidup selama berada di Malang dengan jangka waktu berapa lama? Karena pada saat itu aku dalam keadaan kesulitan keuangan, usaha yang kubangun jatuh bangkrut. Apakah Tuhan mengecewakan aku pada saat itu? Jawabku: "Tuhan tidak kecewakan aku, saat itu". Tuhan setia adanya, Dia menyertai aku dalam suka dan dalam duka dalam untung dan dalam malang, dstnya. Sungguh luar biasa, Allah yang ku sembah adalah Allah yang hidup, Allah yang Maha-Dahsyat dan sungguh luar biasa, bagi-ku.
Ada dorongan yang sangat kuat dalam diriku untuk mengusir kuasa si-jahat yang menguasai hidupku di saat itu. Peran Romo/Pastor saat itu sebagai pengarah dan konsultan dalam masalah santet yang sedang aku hadapi. Aku mulai melakukan aksi mengusir kuasa si jahat ( mengeluarkan santet ) dengan cara dan doa apa adanya, sebatas yang aku tahu dan ketahui. Saat aku memulai aksi mengusir kuasa si-jahat (santet), aku terbanting-banting dan kedua kaki-ku bergerak mengayun kencang, kedua lututku bertemu berbenturan keras yang menyebakan rasa sakit yang luar biasa dan menyebabkan memar kebiruan sesudahnya. Apakah aku berhenti pada saat itu? Tidak. Dorongan yang kuat, terus mendorongku untuk melakukan aksi perlawanan mengusir kuasa si-jahat. Tapi pada akhirnya aku tak dapat lanjutkan upaya mengusir kuasa si-jahat saat itu. Aku harus berhenti, tapi tidak berarti aku mengalah atau kalah. Aku berhenti beraksi waktu itu karena orang-orang yang ada dalam rumah dalam hal ini ayah dan ibuku teriak-teriak kesakitan, perut ayah dan ibuku tiba-tiba melilit kesakitan yang amat sangat.
Pikiranku kembali diterangi rahmat pada saat itu; ayah dan ibuku harus diungsikan ke suatu tempat, sebab jika ayah dan ibu tidak diungsikan maka ayah dan ibu akan dijadikan tameng oleh si-jahat. Setelah ayah dan ibu aku ungsikan di rumah family. Aku kembali melakukan aksi mengusir kuasa si-jahat, mengeluarkan santet dari dalam tubuhku. Mengeluarkan santet atau mengusir si-jahat tidaklah mudah, karena si-jahat akan gunakan trik tipu daya dan tidak kenal lelah dan putus-asa bertahan agar tetap tinggal dalam tubuh-ku.. Saat mengusir si-jahat agar tinggalkan tubuhku dan pergi kemana saja yang dia inginkan dan dia kehendaki. Si-jahat menjawab; "Bahwa dia akan pergi dengan baik". Tampak tak ada perlawanan, tapi jangan lengah dan tertipu, sesungguhnya si-jahat belum pergi dan masih bercokol dalam tubuh. Tetap lakukan pengusiran dengan cara berdoa dan membaca kitab suci, yang akan membuat si-jahat merasa kepanasan dan tidak betah untuk tetap tinggal.
Saat aku doa rosario. kejadian aneh terjadi saat itu dan sempat membuat aku merasa heran. Salib yang terdapat di rosario seharusnya dalam posisi tergantung, saat itu melayang setinggi batas panjang untai rosario. Si-jahat menyatakan dirinya bahwa dia hebat karena mampu melayangkan salib rosario, dan menggangu konsentrasi doaku. Si-jahat meminta aku menyembahnya dan menyatakan dirinya patut disembah oleh manusia. Aku tetap dalam doa meski sempat terganggu oleh kejadian salib rosario melayang. Sikapku ini timbulkan kemarahan si jahat, aku dibentur ke dinding tembok dan dibanting-banting dilantai kamar. Si-jahat minta aku sediakan tiga peti mati, satu peti mati untuk aku sendiri dan dua peti mati itu untuk ayah dan ibuku jika aku berkeras mengusirnya keluar dari dalam tubuhku. Kujawab; "silahkan, jika engkau mampu mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku. Adapun engkau mampu mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku, jika Bapa di Surga tidak ijinkan dan restui maka engkau tak sanggup laksanakan mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku. Yang berhak mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku adalah Bapa di Surga bukan engkau si-jahat. Kami adalah keluarga Allah dan kami anak-anak Allah, hanya Allah di Surga yang patut kami sembah dan kuasa-Nya yang berlaku dalam hidup kami, bukan kepadamu hai si-jahat. Dengan darah Yesus aku mengusirmu keluar dari dalam tubuhku, pergilah ke tempat dimana engkau suka dan aku tak akan mengantarmu ketempat yang engkau suka itu. Tinggalkan aku sekarang juga, jika tidak aku akan mengejarmu hingga sampai neraka sekalipun. Dan aku akan membakarmu dengan doa dan bacaan-bacaan injil. Si-jahat mengatakan, akan keluar dan pergi tinggalkan tubuhku.
Meski sijahat mengatakan akan keluar dan pergi ... jangan percaya karena sifat si-jahat yang tidak kenal putus asa menggoda manusia, akan coba terus bertahan untuk tetap tinggal. Disaat itu aku terus memanasi dan membakarnya dengan baca-bacaan kitab suci dan doa. Si-jahat yang diam dan pura-pura telah pergi tinggalkan tubuhku kembali beraksi karena tidak tahan dengan panas bacaan injil dan doa. Si-jahat menawarkan gemerlap yang ditawarkan oleh dunia, tawarkan jabatan dan kekayaan duniawi dengan catatan aku ketempat-tempat ibadah untuk menyatakan agar umat Allah menyembah si-jahat termasuk aku harus menyembah si-jahat. Aku tetap berpegang teguh Yesus juru-selamatku, dan mengusir si-jahat keluar dari dalam tubuhku. Sikapku yang tidak bersedia menyembah si-jahat, kembali tubuhku dibentur ke dinding tembok dan dibanting-banting dilantai kamar.
Sikapku yang teguh yang diterangi oleh rahmat dan didampingi oleh roh kudus, membuat si-jahat tak mampu bertahan tetap tinggal dalam tubuhku. Pada akhirnya si-jahat benar-benar harus pergi dan keluar tinggalkan tubuhku ketempat dimana dia suka. Kepergian si-jahat ditandai dengan seekor belalang sebesar jari telunjuk orang dewasa keluar dari dahiku tepatnya dibagian mana aku tidak jelas karena saat itu aku tidak memperhatikannya dengan baik, keluar dan terbang pergi dan menghilang hanya se meter dari pandanganku. Pada saat itu juga hidupku kembali menjadi normal.
Puji Tuhan ....
Puji Tuhan, aku mendapat balasan surat dari bapak Uskup, dalam surat balasan beliau memberi petunjuk; aku harus bertemu dengan seorang Romo/Pastor asal Pertapaan Karmel Batu Malang di Wisma Kare Tamalanrea. Aku pergi menemui Romo/Pastor di Wisma Kare Tamalanrea sebagaimana yang dimaksud Bapak Uskup dalam surat balasannya. Kami bertemu, lalu sharing, dan konseling. Beliau menjelaskan secara panjang lebar tentang santet. Santet tidak hanya terbatas santet buatan ahli santet dalam hal ini dukun atas permintaan seseorang lalu dikirim ke-seseorang sebagai korban, santet dapat pula terjadi oleh akibat omongan yang berbau sumpah atau sumpah dari seeorang. Aku katakan pada Romo/pastor saat itu; "Aku tidak mau mengetahui siapa yang mengirim santet itu, aku hanya ingin agar segera mendapatkan kembali ketenangan hidup dan terlepas dari pengaruh santet dan kembali pada kehidupan yang normal semula. Mengenai siapa yang telah mengirimkan santet, itu urusan dari orang yang memesan dan menyuruh dukun mengirimkan santet dan orang itu pula akan mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan Tuhan.
Mengeluarkan benda asing berupa santet dari dalam tubuh manusia bukan pekerjaan yang mudah dan gampang, tak ada yang mampu memasukan tangannya ke dalam bagian tubuh manusia untuk mengambil benda asing berupa santet itu. Disini tidak membicarakan cara-cara lain mengeluarkan santet, sebenarnya ada beberapa cara mengeluarkan santet dari dalam tubuh korban. Ada juga yang gunakan trik sulap, dan ini adalah cara menipu yang dilakukan oleh manusia terhadap korban santet. Disini aku batasi pembahasan cara mengeluarkan santet dari dalam tubuh manusia sebagaimana yang aku tahu dan yang aku alami sendiri yakni cara katolik. Mengeluarkan santet dari dalam tubuh korban santet tergantung keinginan dan kerinduan untuk kembali hidup normal, dan keadaan rohani korban dalam hal ini iman untuk mendorong keluar santet yang terdapat dalam tubuh korban. Romo/Pastor tak mampu melakukan sesuatu yang berarti tanpa adanya kerjasama yang baik dan peran aktif dari korban santet. Tangan Romo/Pastor tak mampu mengambil santet dari dalam tubuh korban santet. Peran aktif dari korban santet sangat diperlukan. Peran Romo/Pastor, mendoakan dan sebagai sutradara. Keberhasilan mengeluarkan santet dari dalam tubuh korban santet sangat-sangat ditentukan oleh korban santet itu sendiri. Mungkin saja ada korban santet yang harus menjalani suatu masa pemulihan iman terlebih dahulu dan melakukan puasa dalam jangka waktu tertentu, tergantung pertumbuhan iman korban santet.
Sempat terkejut, saat Romo/Pastor katakan jika santet tidak berhasil dikeluarkan dari dalam tubuhku di Makassar, aku harus ke-Pertapaan Karmel di Batu Malang. Yang membuat aku terkejut saat itu, terpikir besaran biaya yang diperlukan dalam hal ini tiket Makassar-Malang pulang pergi dan biaya hidup selama berada di Malang dengan jangka waktu berapa lama? Karena pada saat itu aku dalam keadaan kesulitan keuangan, usaha yang kubangun jatuh bangkrut. Apakah Tuhan mengecewakan aku pada saat itu? Jawabku: "Tuhan tidak kecewakan aku, saat itu". Tuhan setia adanya, Dia menyertai aku dalam suka dan dalam duka dalam untung dan dalam malang, dstnya. Sungguh luar biasa, Allah yang ku sembah adalah Allah yang hidup, Allah yang Maha-Dahsyat dan sungguh luar biasa, bagi-ku.
Ada dorongan yang sangat kuat dalam diriku untuk mengusir kuasa si-jahat yang menguasai hidupku di saat itu. Peran Romo/Pastor saat itu sebagai pengarah dan konsultan dalam masalah santet yang sedang aku hadapi. Aku mulai melakukan aksi mengusir kuasa si jahat ( mengeluarkan santet ) dengan cara dan doa apa adanya, sebatas yang aku tahu dan ketahui. Saat aku memulai aksi mengusir kuasa si-jahat (santet), aku terbanting-banting dan kedua kaki-ku bergerak mengayun kencang, kedua lututku bertemu berbenturan keras yang menyebakan rasa sakit yang luar biasa dan menyebabkan memar kebiruan sesudahnya. Apakah aku berhenti pada saat itu? Tidak. Dorongan yang kuat, terus mendorongku untuk melakukan aksi perlawanan mengusir kuasa si-jahat. Tapi pada akhirnya aku tak dapat lanjutkan upaya mengusir kuasa si-jahat saat itu. Aku harus berhenti, tapi tidak berarti aku mengalah atau kalah. Aku berhenti beraksi waktu itu karena orang-orang yang ada dalam rumah dalam hal ini ayah dan ibuku teriak-teriak kesakitan, perut ayah dan ibuku tiba-tiba melilit kesakitan yang amat sangat.
Pikiranku kembali diterangi rahmat pada saat itu; ayah dan ibuku harus diungsikan ke suatu tempat, sebab jika ayah dan ibu tidak diungsikan maka ayah dan ibu akan dijadikan tameng oleh si-jahat. Setelah ayah dan ibu aku ungsikan di rumah family. Aku kembali melakukan aksi mengusir kuasa si-jahat, mengeluarkan santet dari dalam tubuhku. Mengeluarkan santet atau mengusir si-jahat tidaklah mudah, karena si-jahat akan gunakan trik tipu daya dan tidak kenal lelah dan putus-asa bertahan agar tetap tinggal dalam tubuh-ku.. Saat mengusir si-jahat agar tinggalkan tubuhku dan pergi kemana saja yang dia inginkan dan dia kehendaki. Si-jahat menjawab; "Bahwa dia akan pergi dengan baik". Tampak tak ada perlawanan, tapi jangan lengah dan tertipu, sesungguhnya si-jahat belum pergi dan masih bercokol dalam tubuh. Tetap lakukan pengusiran dengan cara berdoa dan membaca kitab suci, yang akan membuat si-jahat merasa kepanasan dan tidak betah untuk tetap tinggal.
Saat aku doa rosario. kejadian aneh terjadi saat itu dan sempat membuat aku merasa heran. Salib yang terdapat di rosario seharusnya dalam posisi tergantung, saat itu melayang setinggi batas panjang untai rosario. Si-jahat menyatakan dirinya bahwa dia hebat karena mampu melayangkan salib rosario, dan menggangu konsentrasi doaku. Si-jahat meminta aku menyembahnya dan menyatakan dirinya patut disembah oleh manusia. Aku tetap dalam doa meski sempat terganggu oleh kejadian salib rosario melayang. Sikapku ini timbulkan kemarahan si jahat, aku dibentur ke dinding tembok dan dibanting-banting dilantai kamar. Si-jahat minta aku sediakan tiga peti mati, satu peti mati untuk aku sendiri dan dua peti mati itu untuk ayah dan ibuku jika aku berkeras mengusirnya keluar dari dalam tubuhku. Kujawab; "silahkan, jika engkau mampu mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku. Adapun engkau mampu mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku, jika Bapa di Surga tidak ijinkan dan restui maka engkau tak sanggup laksanakan mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku. Yang berhak mengambil nyawaku dan nyawa ayah-ibuku adalah Bapa di Surga bukan engkau si-jahat. Kami adalah keluarga Allah dan kami anak-anak Allah, hanya Allah di Surga yang patut kami sembah dan kuasa-Nya yang berlaku dalam hidup kami, bukan kepadamu hai si-jahat. Dengan darah Yesus aku mengusirmu keluar dari dalam tubuhku, pergilah ke tempat dimana engkau suka dan aku tak akan mengantarmu ketempat yang engkau suka itu. Tinggalkan aku sekarang juga, jika tidak aku akan mengejarmu hingga sampai neraka sekalipun. Dan aku akan membakarmu dengan doa dan bacaan-bacaan injil. Si-jahat mengatakan, akan keluar dan pergi tinggalkan tubuhku.
Meski sijahat mengatakan akan keluar dan pergi ... jangan percaya karena sifat si-jahat yang tidak kenal putus asa menggoda manusia, akan coba terus bertahan untuk tetap tinggal. Disaat itu aku terus memanasi dan membakarnya dengan baca-bacaan kitab suci dan doa. Si-jahat yang diam dan pura-pura telah pergi tinggalkan tubuhku kembali beraksi karena tidak tahan dengan panas bacaan injil dan doa. Si-jahat menawarkan gemerlap yang ditawarkan oleh dunia, tawarkan jabatan dan kekayaan duniawi dengan catatan aku ketempat-tempat ibadah untuk menyatakan agar umat Allah menyembah si-jahat termasuk aku harus menyembah si-jahat. Aku tetap berpegang teguh Yesus juru-selamatku, dan mengusir si-jahat keluar dari dalam tubuhku. Sikapku yang tidak bersedia menyembah si-jahat, kembali tubuhku dibentur ke dinding tembok dan dibanting-banting dilantai kamar.
Sikapku yang teguh yang diterangi oleh rahmat dan didampingi oleh roh kudus, membuat si-jahat tak mampu bertahan tetap tinggal dalam tubuhku. Pada akhirnya si-jahat benar-benar harus pergi dan keluar tinggalkan tubuhku ketempat dimana dia suka. Kepergian si-jahat ditandai dengan seekor belalang sebesar jari telunjuk orang dewasa keluar dari dahiku tepatnya dibagian mana aku tidak jelas karena saat itu aku tidak memperhatikannya dengan baik, keluar dan terbang pergi dan menghilang hanya se meter dari pandanganku. Pada saat itu juga hidupku kembali menjadi normal.
Puji Tuhan ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar