Aku
menjadi katolik menerima Yesus Kristus menjadi juru-mudi dan
juru-selamat dalam kehidupanku bukan dari sejak bayi. Aku menjadi
katolik saat aku di-kelas enam Sekolah Dasar. tepatnya 24 Desember,
pukul 00:00 aku terima sakramen permandian dalam perayaan misa kudus
Malam Natal. Awal perjalanan imanku dalam Yesus Kristus nan Jaya yang
kusembah dan kuyakini menjadi juru-mudi dan juru-selamatku. Sakramen
permandiaan yang ku terima bukan tiket, bukan garansi dan bukan pula
pasport masuk surga. Sakramen permandian yang ku terima merupakan awal
dari perjalanan imanku dalam kehidupan baru menuju surga dimana setiap
orang dambakan dalam kehidupannya. Tiket atau garansi masuk surga
ditentukan oleh sikap dan perilaku hidupku sehari-hari dalam arungi
samudera kehidupan. Yang menentukan aku masuk surga yakni seberapa
banyak "Cinta-Kasih" yang ku-applikasikan dalam kehidupanku.
Awalnya
ayah tidak menyetujui aku menjadi katolik dan menerima Yesus Kristus
dalam kehidupanku. Ayah tidak setuju karena sikap hidup yang memegang
teguh adat dan tradisi leluhur. Dalam pikiran ayah berkembang pemikiran
jika kelak meninggal, aku sebagai anak laki-laki satu-satunya sebagai
pewaris adat dan tradisi leluhur dalam keluarga tidak lagi menjalankan,
menghormati arwahnya dengan tata cara adat dan tradisi leluhur membakar
hio ... dstnya.
Ada keraguan dalam diriku saat itu,
akan terjadi tengkar mulut dalam rumah sehubungan dengan rencana aku
menerima sakramen permandian sebagaimana yang kuingat jelas dalam
ingatanku saat kedua kakak-ku dan ibuku menerima baptisan terjadi
suasana tidak nyaman dalam rumah yakni tengkar mulut yang hebat dengan
ayah. Apa yang kuragukan terjadi, ada letupan kecil tengkar mulut antara
ayah dan ibuku, kali ini ayah terlihat sedikit melunak tapi tidak
setuju jika aku terima sakramen permandian. Agar mendapat ijin dan agar
ayah mau meluluskan kerinduanku terima sakramen permandian digunakan
alasan sakramen permandian akan memudahkan aku melanjutkan studi di
sekolah-sekolah katolik dan aku masih dapat memegang dan membakar hio
menghormati arwah leluhur. Alasan itu untuk memuluskan jalan agar aku
mendapat ijin dari ayah terima sakramen permandian. Akhirnya ayah sangat
melunak dan memberi ijin aku terima sakramen permandian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar