Minggu, 09 September 2012

Terima Yesus menjadi juru-mudi dan juru-selamat

Aku menjadi katolik menerima Yesus Kristus menjadi juru-mudi dan juru-selamat dalam kehidupanku bukan dari sejak bayi. Aku menjadi katolik saat aku di-kelas enam Sekolah Dasar. tepatnya 24 Desember, pukul 00:00 aku terima sakramen permandian dalam perayaan misa kudus Malam Natal. Awal perjalanan imanku dalam Yesus Kristus nan Jaya yang kusembah dan kuyakini menjadi juru-mudi dan juru-selamatku. Sakramen permandiaan yang ku terima bukan tiket, bukan garansi dan bukan pula pasport masuk surga. Sakramen permandian yang ku terima merupakan awal dari perjalanan imanku dalam kehidupan baru menuju surga dimana setiap orang dambakan dalam kehidupannya. Tiket atau garansi masuk surga ditentukan oleh sikap dan perilaku hidupku sehari-hari dalam arungi samudera kehidupan. Yang menentukan aku masuk surga yakni seberapa banyak "Cinta-Kasih" yang ku-applikasikan dalam kehidupanku.

Awalnya ayah tidak menyetujui aku menjadi katolik dan menerima Yesus Kristus dalam kehidupanku. Ayah tidak setuju karena sikap hidup yang memegang teguh adat dan tradisi leluhur. Dalam pikiran ayah berkembang pemikiran jika kelak meninggal, aku sebagai anak laki-laki satu-satunya sebagai pewaris adat dan tradisi leluhur dalam keluarga tidak lagi menjalankan, menghormati arwahnya dengan tata cara adat dan tradisi leluhur membakar hio ... dstnya.

Ada keraguan dalam diriku saat itu, akan terjadi tengkar mulut dalam rumah sehubungan dengan rencana aku menerima sakramen permandian sebagaimana yang kuingat jelas dalam ingatanku saat kedua kakak-ku dan ibuku menerima baptisan terjadi suasana tidak nyaman dalam rumah yakni tengkar mulut yang hebat dengan ayah. Apa yang kuragukan terjadi, ada letupan kecil tengkar mulut antara ayah dan ibuku, kali ini ayah terlihat sedikit melunak tapi tidak setuju jika aku terima sakramen permandian. Agar mendapat ijin dan agar ayah mau meluluskan kerinduanku terima sakramen permandian digunakan alasan sakramen permandian akan memudahkan aku melanjutkan studi di sekolah-sekolah katolik  dan aku masih dapat memegang dan membakar hio menghormati arwah leluhur. Alasan itu untuk memuluskan jalan agar aku mendapat ijin dari ayah terima sakramen permandian. Akhirnya ayah sangat melunak dan memberi ijin aku terima sakramen permandian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar