Menjelang Dies Natalis PMKRI cabang Makassar Sanctus Albertus Magnus ke - 57 tak ada salahnya jika kita membuka kembali lembaran sejarah PMKRI.
Sejarah PMKRI apakah hanya perlu diketahui oleh para aktivis PMKRI aktif dan alumni PMKRI Saja? Pikirku; sejarah PMKRI perlu diketahui oleh seluruh umat Katolik di seluruh Indonesia khususnya generasi muda Katolik yang menyandang predikat "Generasi Penerus, generasi harapan Gereja dan Tanah Air" Generasi muda katolik yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat pemisah, generasi muda Katolik diharapkan turut berperan aktif sebab mati hidupnya PMKRI yang kita cintai di masa akan datang ada di pundak generasi muda Katolik. Sangatlah menyedihkan jika disuatu saat PMKRI punah atau hanya tinggal nama besarnya akibat tak ada lagi generasi muda katolik yang menaruh minat pada PMKRI.
PMKRI adalah salah asset Nasional milik gereja Katolik, tak ada salahnya jika seluruh umat katolik di Indonesia bahu membahu memikul beban tanggungjawab yang sama agar PMKRI tetap lestari hingga cucu-cicit mengenal nama PMKRI tak hanya tinggal sebuah nama. PMKRI bukan hanya milik segelintar umat dalam hal ini aktivis PMKRI aktif dan alumni PMKRI, tapi milik seluruh umat Katolik di seluruh Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Ada kecenderungan jika PMKRI sudah kurang diminati oleh generasi muda Katolik saat ini. Saya pikir, kiranya para rohaniawan dan rohaniawati khususnya yang memiliki peranan terdepan dalam paroki dalam hal ini Romo/Pastor, Sekolah Katolik, para orang tua agar memotivasi mendorong generasi muda Katolik khususnya Remaja untuk mengenal, jatuh cinta dan akhirnya berhimpun di PMKRI, bukan membuat suatu komunitas baru dengan alasan yang tampaknya benar tapi lupa jika komunitas baru tersebut perlahan-lahan meracuni kehidupan PMKRI yang pada akhirnya akan memunahkan PMKRI. Para aktivis PMKRI aktif saatnya menjemput bola bukan menunggu bola, memperkenalkan PMKRI kepada generasi muda katolik agar mereka jatuh cinta dan pada akhirnya bersedia berhimpun di PMKRI.
Seharusnya kita sebagai umat Katolik harus merasa bangga bahwa kita memiliki PMKRI dimana PMKRI adalah salah-satu asset Nasional milik Gereja Katolik. PMKRI tak terlepas dari sejarah besar Republik Indonesia, beberapa pendahulu PMKRI gugur di medan juang yang tercatat sebagai Pahlawan Tidak Dikenal. Mereka menyumbangkan nyawa dan darah mereka tertumpah mengisi dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, hingga kita saat ini dapat menikmati hasil perjuangan mereka.
Sejarah PMKRI apakah hanya perlu diketahui oleh para aktivis PMKRI aktif dan alumni PMKRI Saja? Pikirku; sejarah PMKRI perlu diketahui oleh seluruh umat Katolik di seluruh Indonesia khususnya generasi muda Katolik yang menyandang predikat "Generasi Penerus, generasi harapan Gereja dan Tanah Air" Generasi muda katolik yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat pemisah, generasi muda Katolik diharapkan turut berperan aktif sebab mati hidupnya PMKRI yang kita cintai di masa akan datang ada di pundak generasi muda Katolik. Sangatlah menyedihkan jika disuatu saat PMKRI punah atau hanya tinggal nama besarnya akibat tak ada lagi generasi muda katolik yang menaruh minat pada PMKRI.
PMKRI adalah salah asset Nasional milik gereja Katolik, tak ada salahnya jika seluruh umat katolik di Indonesia bahu membahu memikul beban tanggungjawab yang sama agar PMKRI tetap lestari hingga cucu-cicit mengenal nama PMKRI tak hanya tinggal sebuah nama. PMKRI bukan hanya milik segelintar umat dalam hal ini aktivis PMKRI aktif dan alumni PMKRI, tapi milik seluruh umat Katolik di seluruh Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Ada kecenderungan jika PMKRI sudah kurang diminati oleh generasi muda Katolik saat ini. Saya pikir, kiranya para rohaniawan dan rohaniawati khususnya yang memiliki peranan terdepan dalam paroki dalam hal ini Romo/Pastor, Sekolah Katolik, para orang tua agar memotivasi mendorong generasi muda Katolik khususnya Remaja untuk mengenal, jatuh cinta dan akhirnya berhimpun di PMKRI, bukan membuat suatu komunitas baru dengan alasan yang tampaknya benar tapi lupa jika komunitas baru tersebut perlahan-lahan meracuni kehidupan PMKRI yang pada akhirnya akan memunahkan PMKRI. Para aktivis PMKRI aktif saatnya menjemput bola bukan menunggu bola, memperkenalkan PMKRI kepada generasi muda katolik agar mereka jatuh cinta dan pada akhirnya bersedia berhimpun di PMKRI.
Seharusnya kita sebagai umat Katolik harus merasa bangga bahwa kita memiliki PMKRI dimana PMKRI adalah salah-satu asset Nasional milik Gereja Katolik. PMKRI tak terlepas dari sejarah besar Republik Indonesia, beberapa pendahulu PMKRI gugur di medan juang yang tercatat sebagai Pahlawan Tidak Dikenal. Mereka menyumbangkan nyawa dan darah mereka tertumpah mengisi dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, hingga kita saat ini dapat menikmati hasil perjuangan mereka.
Sejarah PMKRI
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) pada awalnya merupakan hasil fusi Federasi KSV (Katholieke Studenten Vereniging) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Yogyakarta. Federasi KSV yang ada saat itu meliputi KSV St. Bellarminus Batavia (berdiri di Jakarta, 10 November 1928), KSV St. Thomas Aquinas Bandung (berdiri 14 Desember 1947), dan KSV St. Lucas Surabaya (berdiri 12 Desember 1948). Federasi KSV yang berdiri tahun 1949 tersebut diketuai oleh Gan Keng Soei (KS Gani) dan Ouw Jong Peng Koen (PK Ojong) Salah Satu Pendiri Kompas. Adapun PMKRI Yogyakarta yang pertama kali diketuai oleh St. Munadjat Danusaputro, didirikan pada tanggal 25 Mei 1947.
Keinginan Federasi KSV untuk berfusi dengan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta saat itu, karena pada pertemuan antar
KSV dipenghujung 1949, dihasilkan keputusan bersama bahwa “….Kita bukan
hanya mahasiswa Katolik, tetapi juga mahasiswa Katolik Indonesia …”
Federasi akhirnya mengutus Gan Keng Soei dan Ouw Jong Peng Koen untuk
mengadakan pertemuan dengan moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta.
Setelah mendapat saran dan berkat dari Vikaris Apostolik Batavia yang pro Indonesia, yaitu Mgr. PJ Willekens, SJ. Utusan
Federasi KSV (kecuali Ouw Jong Peng Koen yang batal hadir karena sakit)
bertemu dengan moderator pada tanggal 18 Oktober 1950 dan pertemuan
dengan Ketua PMKRI Yogyakarta saat itu yaitu PK Haryasudirja bersama
stafnya berlangsung sehari kemudian. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut
intinya wakil federasi KSV yaitu Gan Keng Soei mengajak dan membahas
keinginan ”Mengapa kita tidak berhimpuan saja dalam satu wadah
organisasi nasional mahasiswa Katolik Indonesia ? Toh selain sebagai
mahasiswa Katolik, kita semua adalah mahasiswa Katolik Indonesia. “
Maksud Federasi KSV ini mendapat tanggapan positif moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta. Dan dua keputusan lain yang dihasilkan adalah :
- Setelah pertemuan tersebut, masing-masing organisasi harus mengadakan kongres untuk membahas rencana fusi.
- Kongres Gabungan antara Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta akan berlangsung di Yogyakarta tanggal 9 Juni 1951.
Dalam
kongres gabungan tanggal 9 Juni 1951, kongres dibuka secara resmi oleh
PK Haryasudirja selaku wakil PMKRI Yogyakarta bersama Gan Keng Soei yang
mewakili Federasi KSV. Diluar dugaan, Kongres yang semula
direncanakan berlangsung hanya sehari, ternyata berjalan alot terutama
dalam pembahasan satu topik, yakni penetapan tanggal berdirinya PMKRI.
Disaat
belum menemui kesepakatan, Kongres Gabungan sempat diskors untuk
memberikan kesempatan kepada masing-masing organisasi untuk kembali
mengadakan kongres secara terpisah pada tanggal 10 Juni 1951. Akhirnya
Kongres Gabungan untuk fusi-pun kembali digelar pada tanggal 11 Juni
1950 dan berhasil menghasilkan 14 keputusan yaitu :
- Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta berfusi menjadi satu sebagai organisasi nasional mahasiswa katolik bernama:”Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia” yang kemudian disingkat PMKRI. Sebutan perhimpunan ini disepakati sebagai pertimbangan agar organisasi baru ini sudah bersiap-siap untuk mau dan mampu menampung masuk dan menyatunya organisasi-organisasi mahasiswa Katolik lain yang telah berdiri berlandaskan asas dan landasan lain, seperti KSV-KSV di daerah-daerah pendudukan Belanda guna menuju persatuan dan kesatuan Indonesia..
- Dasar pedoman (AD/Anggaran Dasar) PMKRI Yogyakarta diterima sebagai AD sementara PMKRI hingga ditetapkannya AD PMKRI yang definitif.
- PMKRI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947.
- PMKRI berkedudukan ditempat kedudukan Pengurus Pusat PMKRI.
- Empat cabang pertama PMKRI adalah : PMKRI Cabang Yogyakarta, PMKRI Cabang Bandung, PMKRI Cabang Jakarta, dan PMKRI Cabang Surabaya.
- Dalam ART setiap cabang PMKRI harus dicantumkan kalimat,”PMKRI berasal dari Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta yang berfusi tanggal 11 Juni 1951”
- Santo pelindung PMKRI adalah Sanctus Thomas aquinas
- Semboyan PMKRI adalah “Religio Omnium Scientiarum Anima” yang artinya Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan.
- Baret PMKRI berwarna merah ungu (marun) dengan bol kuning di atasnya.
- Kongres fusi ini selanjutnya disebut sebagai Kongres I PMKRI.
- Kongres II PMKRI akan dilangsungkan di Sueabaya, paling lambat sebelum akhir Desember 1952 dan PMKRI Cabang Surabaya sebagai tuan rumahnya.
- Masa kepengurusan PMKRI adalah satu tahun, dengan catatan: untuk periode 1951-1952 berlangsung hingga diselenggarakannya Kongres II PMKRI.
- Pengurus Pusat PMKRI terpilih segera mendirikan cabang-cabang baru PMKRI diseluruh Indonesia dan mengenai hal ini perlu dikoordinasikan dengan pimpinan Waligereja Indonesia.
- PK Haryasudirja secara aklamasi ditetapkan sebagai Ketua Umum PP PMKRI periode 1951-1952.
Dengan keputusan itu maka kelahiran PMKRI yang ditetapkan pada tanggal 25 Mei 1947 menjadi acuan tempat PMKRI berdiri. PMKRI didirikan di Balai Pertemuan Gereja Katolik Kotabaru Yogyakarta di jalan Margokridonggo (saat ini Jln. Abubakar Ali). Balai pertemuan tersebut sekarang bernama Gedung Widya Mandala.
Penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta, sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr. Soegijapranata. Atas saran beliaulah tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan beliau menetapkan tanggal tersebut adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
Penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta, sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr. Soegijapranata. Atas saran beliaulah tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan beliau menetapkan tanggal tersebut adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar