Sabtu, 16 Juni 2012

NAMAKU YOSEP DAN DIA ADALAH ISTRIKU

(Kisah nyata dari pengalaman Romo Damas di sebuah paroki di sebelah Timur pulau Kei Besar, kabupaten Maluku Tenggara, dalam lingkup Keuskupan Amboina-Maluku,yang mengisahkan tentang perjuangan dan pengorbanan seorang suami yang terluka akibat ditinggalkan oleh sang istri selama belasan tahun. Namun, sang suami tetap memegang teguh janji pernikahnya, “apa yang telah disatukan Tuhan tidak boleh diceraikanmanusia.” Mengampuni istrinya ketika ia kembali dan menerimanya layaknya St. Yoseph menerima kehamilan Maria tunangannya, dan membawanya ke rumahnya, ke dalam hati tulusnya), adalah ungkapan iman Yosep yang saleh dan tulus)

Ketika umat lain berkumpul bersama romo Damas, si Yoseph mengambil jarak, dan sambil diam ia memandang langit biru di atasnya seakan ia bertanya dan berharap bahwa suatu ketika wanita yang dinikahinya 15 tahun yang silam akan kembali kepadanya. Imannya membuat dia percaya dan harapannya menarik dia ke depan yang membuatnya semakin yakin bahwa luka pengkhianatan oleh sang istri hanya akan tersembuhkan oleh setetes embun pengampunan.

Lamunan si Yosep tiba-tiba terhenti ketika Romo Damas bertanya; “Yoseph, kenapa Anda diam saja?” Si Yoseph pun kaget karena ditanyai oleh sang romo. Sebelum ia sempat menjawab, ada umat lain yang menimpali; “Romo, si Yosep sedang memikirkan istrinya yang telah meninggalkannya selama 15 tahun.” Romo Damas pun terhentak kaget mendengar informasi itu. Tiba-tiba umat lain pun menambahkan, “itulah bodohnya si Yosep, yang harus menanti istrinya dalam ketidakpastian. Sudah dikhianati tapi tetap setia menanti dalam kehampaan.” Si Yosep mengangkat mukanya perlahan lalu memandang i sang romo, ia berpaling kepada teman-teman awam di sekitarnya, ia berkata perlahan tapi penuh keyakinan; “Apa pun yang terjadi, dia adalah istri sahku. Apa yang telah disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia siapa pun, termasuk aku yang hina dina ini. Aku adalah Yoseph dan dia adalah istriku.” Romo Damas pun kaget mendengar jawaban polos penuh iman dan harap ini, dan dalam hati ia berkata, “memang namamu adalah Yosep dan apa yang telah ditunjukkan dan dilakukan oleh Santo Yoseph, suami Maria, kini menjadi nyata dalam diri, kata dan sikap hidupmu, Yosep.”

Terkagum-kagum akan caranya si Yosep menjawab teman-temannya, Romo Damas pun berkata kepada si Yosep; “Apakah engkau bersedia menerima kembali istrimu bila suatu hari ia akan kembali padamu?” Si Yosep pun menjawab; “Ia romo. Aku akan menerimanya, apa pun keadaannya kelak. Ia telah menikah denganku di depan altar kudus. Ia adalah istriku, dan sampai kapan pun, dan dalam keadaan apa pun ia kelak, ia tetaplah istriku.” Tanpa mendapatkan berita dari siapa pun, tapi seakan Roh Kudus membisikan di hatinya, Romo Damas berkata; “Yoseph, karena imanmu maka dengarlah kata-kataku; “Hitunglah mulai dari hari ini....dalam 3 sampai 7 hari pasti istrimu akan kembali kepadamu.” Akhirnya, si Yosep pun pulang dengan sebuah harapan bahwa ia akan melihat, memeluk dan tinggal lagi serumah dengan istrinya yang sudah 15 tahun meninggalkannya.

Hari-hari pun dihitung dan dilalui si Yoseph dalam sebuah penantian dengan penuh harapan sambil seakan berkata kepad dua buah hatinya (dua orang anak yang telah ditinggalkan oleh sang istri sejak kecil sehingga si Yosep harus memelihara mereka sebagai ayah dan ibu bagi keduanya); “Nak, bersabarlah karena tak lama lagi kalian akan melihat lagi ibu kandung kalian yang telah mengandung, melahirkan kalian.

Tepat pada hari ketiga seperti yang dikatakan oleh romo Damas, terdengarlah berita bahwa si istri Yoseph telah kembali ke kampung halamannya dengan dua orang anak dari laki-laki lain. Apa yang aneh dan menjadi buah bibir orang-orang sekampung adalah “si Yoseph membukan pintu rumah dan hatinya untuk menerima kembali istrinya dengan dua orang anak yang bukan anak kandungnya. Apa yang luar biasa dari si Yosep adalah ketika orang lain menghujatnya karena menganggapnya lelaki bodoh karena menerima kembali sang istri di rumah dan di hatinya, si Yoseph hanya menjawab; “Dia adalah istri sahku. Aku bertanggung jawab untuk memeliharanya bersama dengan anak-anakku. Anaknya adalah anakku.”

Wow...wow...Santo Yosep benar-benar hidup dalam diri si Yosep di zaman ini. Sebuah kisah pernikahan yang retak akibat perselingkuhan, tapi kesetiaan, iman, harap, kasih dan pengampunan telah merajut kembali tali pernikahan yang telah hancur, retak dan putus itu menjadi surga bagaikan surga di atas bumi. Akhirnya, kita harus akui bahwa si Yosep telah hidup seperti pribadi St. Yosep yang namanya dipakai sebagai nama permandiannya. “Aku adalah Yosep dan dia adalah istri sahku, apa pun kata orang tentangnya dan tentangku.”



Sumber :Gereja Katolik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar