Kitab Suci adalah Firman Allah, namun banyak orang masih keliru
memahaminya sebagai Firman yang didiktekan oleh Allah sendiri. Hasilnya
sungguh kontraproduktif. Mereka bingung mengapa banyak hal dalam Kitab
Suci kita yang tidak akurat dan tidak konsisten. Wajah Allah dalam
Perjanjian Lama bahkan sulit diterima, sebab terkesan kejam dan
menakutkan.
Berkaitan dengan proses terjadinya Kitab Suci, jangan dibayangkan bahwa
Allah mendatangi seorang nabi pada suatu malam, lalu mendiktekan isi
Kitab Suci mulai dari Kejadian sampai Wahyu kepadanya untuk ditulis.
Firman Allah ”turun” bagi manusia melalui berbagai peristiwa
sehari-hari. Para Penulis Suci menangkap kehendak-Nya setelah mereka
merefleksikan peristiwa-peristiwa tersebut.
Karena itulah, kemampuan untuk berefleksi dan untuk memahami kehendak
Allah melalui tanda-tanda zaman sangat penting. Sayangnya, banyak orang
tidak peduli akan hal itu. Inilah yang dikecam Yesus. Orang-orang mahir
memprediksi turunnya hujan, namun tak kunjung sadar bahwa Tuhan hadir
menyapa mereka.
Tuhan berfirman kepada kita setiap waktu. Kita diundang untuk peka agar
mampu menangkap sapaan-Nya itu. Refleksikan baik-baik setiap peristiwa
yang kita alami, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Ada
makna di balik setiap peristiwa. Allah selalu membimbing kita. Tak
sedetik pun Ia pernah melupakan kita.
oleh :Johannes Jarot Hadianto
Sumber :Hidup Katolik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar